Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merdeka: Jujur, Toleran, dan Positif

17 Agustus 2017   07:14 Diperbarui: 19 Agustus 2017   01:00 1509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

"Kamu bukan orang Indonesia. Soalnya agama kamu beda dari kita-kita."

"Yeee...kata siapa kamu ini Indonesia? Darah campuran gitu kok. Pulang sana ke negara asalmu."

Isu SARA masih berlangsung tajam di negara kita. Tiap etnis membanggakan dirinya sendiri dan menghina etnis lain. Tiap agama merasa paling baik dan menghina agama lain. Padahal kita semua tahu, Indonesia terdiri dari berbagai suku, ras, budaya, dan agama. Indonesia menyatukan keberagaman. Ingat Bhineka Tunggal Ika? Berbeda-beda tapi tetap satu? Nah, itulah kita. Indonesia.

Tak sedikit orang-orang yang bisa dikatakan berdarah Indo, berdarah campuran, berdarah keturunan, atau apalah istilahnya, sangat mencintai Indonesia. Darah boleh saja campuran, tapi cinta pada Indonesia sangatlah murni dan teruji. Integritas pada negara? Jangan ditanya lagi: luar biasa. Bagaimana pun rupa fisik, bentuk tubuh, warna kulit, dan agama yang dipeluk, tetaplah bagian dari Indonesia. Mau kulit putih, kulit hitam, kulit kuning langsat, mata coklat, mata biru, mata hitam, rambut ikal, rambut lurus, pemeluk Islam, pemeluk Katolik, pemeluk Budha, atau apa pun, tetaplah orang Indonesia. Mau berdarah campuran dari generasi keberapa, mau berdarah murni Indonesia, tetaplah Indonesia. Indonesia itu menyatukan keberagaman dalam kesatuan yang utuh. Indonesia yang sesungguhnya adalah negara toleran. Setiap perbedaan dihargai. Tiap orang mendapat hak yang sama. Semua terbebas dari diskriminasi.

72 tahun sudah negara kita merdeka. Masih pantaskah radikalisme dipertahankan? Masih pantaskah saling menghina suku dan agama lain? So, hilangkan semua hal negatif itu. Hargai dan cintai mereka yang berbeda suku dan agama dengan kita, sama seperti kita mencintai mereka yang seagama dan satu etnis dengan kita. Jangan ragu memberi pertolongan hanya karena perbedaan suku dan agama. Belajarlah menghargai budaya dan agama lain. Percayalah bahwa setiap suku dan agama mengajarkan kebaikan.

  1. Positif

Saya masih ingat ucapan instruktur modeling sewaktu mengikuti ajang pemilihan duta. Begini katanya,

"Kalian itu keren dan istimewa. Di saat teman-teman kalian lebih milih pacaran dan lakuin kegiatan yang nggak jelas manfaatnya, kalian mau di sini. Mau belajar, mau berkegiatan positif, mau berkontribusi untuk kebaikan. Ingat ya, kalian ini istimewa."

Ucapannya benar. Secara tak langsung, dia menyoroti turunnya minat anak muda dalam melakukan kegiatan positif.

Sangat disayangkan. Anak-anak muda membuang kesempatan mereka begitu saja. Membuang masa muda yang hanya datang sekali seumur hidup untuk kegiatan yang tidak ada gunanya. Ironisnya, generasi muda sekarang ini semakin malas berorganisasi dan melakukan kegiatan positif. Andai saja mereka tahu, banyak sekali manfaat dari melakukan kegiatan positif. Memperluas pergaulan, menambah pengalaman, mengasah soft skill, dan mengembangkan bakat. Belakangan ini, anak muda lebih suka eksis di sosmed, narsis, pamer kekayaan, pamer kemesraan, dan saling membully. Mereka tak lagi tertarik melakukan kegiatan positif yang bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Lalu, apa hubungannya kegiatan positif dengan kemerdekaan? Kemerdekaan yang kita nikmati sebaiknya diisi dengan hal-hal positif. Bayangkan bila kita hidup di negara yang penuh konflik seperti Palestina. Tak terlukiskan hidup di tempat seperti itu. Jangankan bebas berekspresi. Sekedar mendapatkan rasa aman dan memastikan diri serta keluarga tidak terbunuh saja sudah bagus. Sedangkan kita hidup di negara yang sudah merdeka. Mau melanjutkan sekolah oke, mau berorganisasi tidak dilarang, mau berkreasi dan berekspresi silakan saja.

Keadaan sebaik ini layak disyukuri. Salah satu cara mensyukurinya dengan memperbanyak kegiatan positif. Gunakan waktu dan kesempatan untuk melakukan kebaikan. Jangan hanya narsis, bersenang-senang, mementingkan diri sendiri, atau pacaran saja. Bukan berarti berpacaran dengan lawan jenis dan bersenang-senang dengan orang terdekat tidak baik. Boleh-boleh saja, asalkan tidak berlebihan dan mengarah ke hal positif. Bahkan kita bisa memotivasi orang-orang yang kita cintai untuk melakukan kegiatan positif. Bagus kan?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun