Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mau Punya Hubungan yang Sehat? Jujur dan Terbukalah

6 Mei 2017   06:58 Diperbarui: 6 Mei 2017   08:39 912
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Takut kehilangan menjadi opsi kedua. Bagi orang-orang yang belum siap menerima rahasia orang yang dicintainya, ia akan pergi atau menghilang. Si penyimpan rahasia tak siap kehilangan orang yang sangat dicintainya. Ia belum siap kehilangan perhatian, kasih sayang, dan cintanya. Merahasiakan sesuatu adalah pilihan terbaik untuk mencegah perpisahan.

Ada pula orang yang sangat introvert. Ia terbiasa menyimpan rahasia. Tak suka kehidupan pribadinya diutak-atik orang lain, termasuk oleh orang terdekatnya. Tipe orang seperti ini sangat menjunjung tinggi privasi. Hal ini berbahaya, sebab sulit sekali untuk menumbuhkan kepercayaan bila salah satu pihak menutup diri.

Selain introvert dan rasa takut, faktor selanjutnya adalah rasa malu. Terkadang orang merahasiakan sesuatu karena desakan rasa malu. Ia terlalu malu untuk bersikap jujur dan terbuka. Rasa malu wajar, tapi tidak baik kalau terlalu berlebihan.

Perasaan segan, rendah diri, dan minder menjadi faktor pemicu seseorang menyembunyikan sesuatu. Terlebih jika ia menjalin relasi dengan orang yang kualitasnya lebih baik. Semakin sulit baginya untuk jujur dan terbuka. Orang yang berelasi dengan mereka yang kualitasnya jauh di atas dirinya akan segan menunjukkan sisi buruknya. Ia selalu ingin memperlihatkan yang terbaik.

Seseorang sengaja merahasiakan sesuatu dengan motif ingin melindungi orang yang dicintainya. Melindungi di sini berarti menjaga perasaan orang yang dicintai. Ia tak ingin orang yang dicintainya sakit hati setelah tahu rahasia atau masa lalunya. Melindungi juga memiliki dimensi lain. Dalam arti, melindungi orang yang dicintai dari konfrontasi dengan pihak-pihak tertentu. Terlebih bila rahasia itu sensitif, misalnya menyangkut politik, hukum, ras, dan agama. Ia tak ingin menempatkan orang yang dicintainya dalam bahaya.

Apa pun motifnya, merahasiakan sesuatu tetaplah tidak baik. Sama saja kita menyalahgunakan kepercayaan orang yang tulus mencintai dan menyayangi kita. Orang yang merahasiakan sesuatu akan dikejar-kejar perasaan takut rahasianya terbongkar. Bukan hanya takut, ia disergap rasa bersalah. Bersalah karena menyakiti orang yang dicintai dengan kebohongan.

Secara tidak langsung, sikap tidak jujur dapat menyakiti orang yang mencintai kita. Mereka merasa dibohongi, tidak bisa dipercaya, dan tidak pantas dicintai. Bahkan mereka menganggap kita hanya mempermainkan perasaan mereka. Mereka akan melakukan segala cara untuk membongkar rahasia kita. Mereka berupaya mencari tahu kebenaran. Mendengar kejujuran dari orang lain pun tak masalah asalkan mereka tahu apa yang sebenarnya terjadi. Cepat atau lambat, mereka akan tahu rahasia kita.

Nah, kita tidak mau seperti itu kan? Jangan biarkan sebuah hubungan baik menjadi rusak hanya karena rahasia. Apa yang perlu kita lakukan?

1. Ciptakan momen yang sempurna, lalu ceritakanlah

Siap atau tidak, kita mesti bercerita pada orang yang kita cintai. Beranilah untuk bercerita, jangan menjadi pengecut. Orang yang berani mengungkapkan kejujuran jauh lebih baik.  Menceritakan rahasia besar pun perlu waktu yang tepat. Ciptakan momen yang sempurna bersamanya. Pastikan mood dan kondisi psikologisnya cukup baik. Setelah itu, ceritakan rahasia kita pelan-pelan. Bersiaplah atas berbagai reaksi yang kemungkinan muncul setelah kita bercerita. Jangan heran bila pada awalnya dia shock, sedih, kecewa, dan marah. Semua perasaan itu wajar.

2. Biarkan dia tenang

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun