Mohon tunggu...
LATIFAH NURHIDAYATI
LATIFAH NURHIDAYATI Mohon Tunggu... mahasiswa S1 Teknologi informasi

Ifa adalah mahasiswi IT yang kreatif, berjiwa penulis, penuh semangat, dan selalu berusaha menyeimbangkan logika dengan perasaan. 🌸

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Perjalanan Skripsi

27 September 2025   18:39 Diperbarui: 27 September 2025   18:39 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
foto nugas di perpustakaan kampus

Masuk fase proposal, di situlah aku akhirnya sadar kenapa banyak orang bilang skripsi itu bukan cuma soal nulis, tapi juga soal mental.

Bab I masih aman lah, cuma pengantar, latar belakang, tujuan, yang penting banyakin kata-kata biar keliatan berbobot. Tapi begitu nyemplung ke Bab II? Waduh, rasanya kayak dilempar ke jurang teori tanpa tali. Harus nyari jurnal terbaru, baca teori SDLC, model Waterfall, ngebandingin pendapat Somerville sama Pressman, pokoknya bikin kepala cenat-cenut tiap malam.

Aku jadi pelanggan setia Google Scholar. Malam-malam, orang lain udah tidur, aku masih melek depan laptop. Lampu kos cuma nyala redup, badan pegel, mata sepet, laptop Acer mulai panas kayak kompor, tapi layar Word masih aja kosong. Aku ngedumel sendiri:
"Ya Allah, kapan kelar ini Bab II..."

Ada kalanya aku pengen nyerah. Tapi tiap inget perjuangan dari awal, aku mikir, "Masa baru Bab II aja udah tumbang? Ayolah Ifa, masa depan lo nggak boleh berhenti di sini."

Perlahan tapi pasti, aku mulai terbiasa. Kata-kata yang tadinya susah keluar, lama-lama ngalir juga. Jurnal yang awalnya bikin pusing, akhirnya bisa kupakai buat nguatkan teori. Sampai akhirnya... proposal itu selesai juga. Walaupun penuh coretan revisi dari dosen, tapi at least, jadi!

Dan tibalah hari paling menegangkan: seminar proposal.
Pagi-pagi aku udah nggak bisa makan. Deg-degan parah, tangan dingin kayak es, jantung berasa lomba marathon. Aku masuk ruangan, dosen penguji udah siap dengan wajah seriusnya.

Presentasi berjalan. Suara aku sempet gemeter, tapi aku maksa terus maju. Slide demi slide akhirnya kelar. Lalu, satu pertanyaan yang bikin aku kaget datang:
"Kenapa kamu pakai barcode, bukan RFID?"

Hening sejenak. Dalam hati aku panik: "Waduh, aku baca RFID cuma sekilas doang kemarin..."
Tapi aku tarik napas panjang, terus jawab dengan segala kemampuan yang aku punya. Nggak sempurna, mungkin belepotan, tapi setidaknya aku bisa berdiri dan ngadepin.

Begitu seminar selesai, aku keluar ruangan dengan senyum tipis. Rasanya kayak baru aja menang duel sama boss level di game RPG. Capek, keringetan, tapi puas.

"Alhamdulillah, survive juga ternyata."Bab 4 -- Revisi yang Nggak Ada Ujungnya

Nah, setelah sempro, perjuangan beneran dimulai. Dosen pembimbing kasih catatan panjang. Ada yang teknis, ada yang detail banget.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun