Mohon tunggu...
Tugu Lasara
Tugu Lasara Mohon Tunggu...

Petani Nomaden

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taman Suropati, Jendela Hijau Jakarta

28 September 2015   11:05 Diperbarui: 28 September 2015   12:34 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Taman Suropati adalah ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai jeda dipenatnya Jakarta. Banyak kegiatan yang positif, menyehatkan, dan menghiburkan masyarakat.

Air mancur setinggi lima meter dan puluhan anaknya, setinggi setengah meter menyambut siapapun yang datang ke Taman Suropati. Ada dua air mancur, di sudut barat dan timur. Inilah salah satu lahan terbuka hijau yang menjadi favorit masyarakat Jakarta. Tua, muda, anak-anak, dan balita nimbrung di taman ini saban hari. Tak ada jeda: pagi, siang, sore, dan malam, taman ini selalu dikunjungi dan ada berbagai aktivitas.

Taman Suropati merupakan taman peninggalan pemerintah kolonial Belanda. Nama awalnya, Burgemeester Bisschopplein. Nama yang dicomot dari walikota pertama Batavia, yakni G.J. Bisshop. Disekililing taman berdiri rumah pejabat negara, ekspatriat, serta gedung pemerintahan: rumah jabatan wakil presiden, panglima TNI, gubernur DKI Jakarta, rumah dubes Amerika Serikat, dan kantor Bappenas. Hanya selemparan batu dari taman, ada mesjid bersejarah: Sunda Kelapa, dan Gereja Paulus yang dibangun tahun 1936.

Taman Suropati menjadi oase bagi masyarakat jakarta yang mencari lahan terbuka untuk kegiatan santai pelepas penat, lelah juga berolahraga. Di taman seluas 16.328 m2 itu, kita bisa melakukan olahraga: lari, bulutangkis, dan senam. Untuk lari memanfaatkan track yang melingkari taman. Bulu tangkis dan senam, memanfaatkan lapangan beralas granit didekat air mancur dan tengah  taman.

Taman Suropati bisa dikatakan taman untuk keluarga. Banyak  keluarga yang menikmati akhir pekan di sini. Orang tua dan anak-anak biasanya melakukan olahraga bulutangkis. Tentu peralatan membawa sendiri. Ada juga yang bermain sepakbola tapi hanya untuk anak-anak dan memanfaatkan sedikit ruang. Meski memiliki hamparan rumput hijau yang cukup luas, tetap tak boleh diinjak.

Pada akhir pekan, banyak ibu-ibu sengaja memboyong anak dan bayi mereka. Mulai dari mendorong kereta bayi berkeliling taman, sampai menyuapi anak dan bayinya. Diantara aktivitas santai itu, mereka bercengkrama satu sama lain baik kenal atau tidak. Semua berbaur. Taman ini menjadi wadah pergaulan sosial yang baik ditengah menonjolnya sikap individual masyarakat Ibukota.  Anak-anak dibiarkan  bebas bermain dan berlari-lari diringi senyum dan tawa riang.

Taman ini menyajikan dan mendorong gaya hidup sehat. Pada akhir pekan, biasanya ada dua kegiatan senam pada pagi hari. Minggu lalu, di air mancur bagian barat diselenggarakan senam yoga. Di bagian tengah, ada senam zumba dengan iringan musik yang menggugah semangat. Pesertanya, seperti gerakan massa. Dimulai woro-woro dari instruktuktur, orang-orang langsung bergabung.

Di tiap sudut air mancur ada hamparan batu coral putih berbentuk huruf L dengan panjang masing-masing sekitar 10 meter. Ada empat track batu coral yang melingkari dua air mancur. Ini biasa dimanfaatkan untuk terapi melancarkan darah. Area ini favorit bagi lansia untuk berjalan santai. Namun, tidak sedikit anak muda yang tanpa malu membuka sepatunya dan menginjakkan kakinya di atas batu coral.

Untuk anak muda, selain lari, ada juga yang bermain skateboard. Komunitas sepeda pun sering singgah. Namun, bukan berarti tidak bisa bersepeda di sini. Pesepeda dapat menggunakan jalan raya yang mengelilingi Taman Suropati. Jika ingin lebih berkeringat bisa mengelilingi jalan-jalan dikawasan perumahan elite Menteng. Boleh juga sambil mengunjungi taman lain disekitar Menteng: Taman Situ Lembang dan Taman Menteng.

Taman Situ Lembang berjarak 500 meter ke arah Timur dari Taman Suropati. Sedangkan Taman Menteng berjarak 1 km ke arah Barat dari Taman Suropati. Jalan-jalan dikawasan ini relatif lengang sehingga pesepeda tidak perlu berebut dengan pengendara motor dan mobil. Di Taman Menteng, fasilitas untuk pengunjung memang lebih lengkap, seperti area dan peralatan khusus bermain anak, lapangan futsal, basket, dan rumah kaca untuk pameran.

Sementara itu, di Taman Situ Lembang, pengunjung disuguhi suasana alam berbau air. Mata dan pikiran pengunjung akan segar ketika memandang danau. Diatasnya ada banyak bunga teratai dan dibagian tengah ada air mancur. Taman ini juga memiliki arena bermain anak. Hampir sama dengan Taman Suropati, taman ini memiliki jogging track.

Bagi keluarga berkunjung ke Taman Suropati, seperti berwisata ke luar negeri. Di bagian tengah taman ada dua kandang Merpati. Sesekali puluhan burung itu turun ke lantai geranit. Anak-anak  senang berada di area ini. Mereka mengejar-ngejar dan berpose dengan burung-burung itu. Burung-burung itu sering pula menunjukkan parade terbang diantara pepohonan dan tiang lampu taman. Membuat pengunjung terkesima dan tak sedikit yang mengabadi atraksi itu dengan kamera ponsel.

Soal kerindangan Taman Suropati cukup teduh dan sejuk. Taman ini memiliki beberapa tanaman, seperti mahoni (swietania mahagoni), sawo kecik (chrysophilliumsp), ketapang (terminalia cattapa), tanjung (mimusop elengi), bungur (lagerstromea loudonii), dan khaya (khaya senegalensis). Berdasarkan data yang tertera dipapan informasi taman,  jumlah pohon gede alias pelindung ada 93.

Mengajarkan Aktivitas Positif

Sebagai tempat berkumpul, taman mampu mempertemukan berbagai kalangan yang akhirnya melakukan aktivitas sesuai minat. Beberapa komunitas tumbuh atau hanya sesekali beraktivitas di Taman Suropati. Yang paling terkenal adalah Taman Suropati Chamber (TSC). Komunitas yang bergerak dibidang kesenian, khususnya biola. TSC latihan rutin setiap hari minggu.

Adalah Agustinus Esthi Sugeng Dwiharso atau lebih beken dipanggil Ages yang mempelopori lahirnya TSC. TSC berdiri delapan tahun silam. TSC menjadi wadah kreatif bagi anak-anak dan remaja yang ingin belajar seni musik. Komunitas ini mampu menyalurkan bakat dan mengarahkan anak-anak dan remaja pada aktivitas yang bermanfaat. TSC bukan sekedar komunitas kongkow belaka tapi sudah unjuk gigi hingga Istana Merdeka.

Bagi pecinta fotografi, Taman Suropati memiliki banyak objek menarik. Bagi pengunjung biasa, mereka mengandalkan kamera ponsel untuk memotret tanaman, aneka kegiatan, hingga berselfie. Sedangkan, komunitas fotografi biasa menggunakan digital single lens reflex (DSLR) untuk mengabadikan berbagai momen yang terjadi. Mereka bisa memotret keramaian disekitar air mancur atau lebih indah pada malam karena dilengkapi lampu. Objek lain, tingkah polah burung merpati hingga kegiatan komunitas lain, seperti TSC.

Keadaan lingkungan taman yang terurus: bersih dan tertata rapi, mengajarkan perilaku cinta lingkungan. Pengunjung dengan sadar atau akan malu membuang sampah sembarangan dan merusak taman. Tempat sampah berada diberbagai sudut: ada yang khusus sampah kering dan basah, serta berbagai bentuk unik, seperti buah apel, manggis, dan katak. Ini mendorong anak-anak menjadi senang membuang sampah pada tempatnya.

Namun, masih ada pengunjung yang membuang sampah sembarangan, terutama puntung rokok. Pengelola sudah mengantisipasi tangan-tangan tak bertanggung jawab  yang merusak keindahan dan mengotori taman. Penata taman dan tukang sapu selalu stand by untuk merapikan kerusakan tanaman dan membersihkan taman. Rumput dan tanaman selalu disiram pada pagi dan sore.

Menghidupkan Perekonomian dan Menghibur

Ada gula, ada semut. Dimana ada keramaian pasti ada pedagang.  Pedagang Taman Suropati, mulai dari yang menggunakan gerobak dorong, dipukul, hingga mobil. Menunya, bubur ayam, bakso, bakwan malang, nasi pecel, nasi bebek, nasi goreng, tahu gejrot, aneka minuman ringan dan buah segar, berderet disekeliling taman. Ada juga pedagang mainan anak, seperti balon udara dan gelembung balon sabun. Tinggal pilih sesuai kesukaan dan isi kantong.

Taman Suropati adalah jeda. Para muda-mudi banyak yang datang kesini, mulai dari nongkrong, bercengkrama, hingga memadu kasih. Tak melulu menikmati hijaunya alam, mereka akan disuguhi berbagai kegiatan, sepertinya yang menarik bagi mereka adalah musik. Pada malam minggu biasa ada pagelaran musik akustik. Tentu ini menambah keramaian dan membantu melepas penat.

Diluar akhir pekan, Taman  Suropati juga jeda. Banyak pengendara motor dan mobil memilih singgah setelah lepas dari kemacetan dikawasan segitiga emas Jakarta: Kuningan, Sudirman, dan MH Thamrin. Mereka biasanya duduk untuk melepas lelah sambil memesan makanan dan minuman. Kala malam, Taman Suropati merupakan titik temu dari para pekerja kantoran sebelum pulang ke rumah. Juga muda-mudi yang mencari angin.

Pengunjung pun dimanjakan dengan fasilitas yang serba ada. Taman ini dilengkapi dengan internet  hot spot. Tidak lupa, toilet umum yang terletak di pos polisi dekat lampu merah yang mengarah ke jalan Diponegoro. Keberadaan pos polisi  memberikan rasa aman bagi pengunjung. Apalagi sesekali polisi berjalan mengitari taman.

Taman Suropati jauh dari sekadar taman. Taman ini menyimpan enam prasasti negara pendiri ASEAN. Prasasti-prasasti itu menampilkan moto dari setiap negara: Indonesia dengan peace (perdamaian), Singapura dengan spirit of ASEAN (semangat ASEAN), Thailand dengan fraterniti (persaudaraan), Malaysia dengan peace, harmony, and one, Filiphina dengan rebirth (kelahiran kembali), dan Brunei Darussalam dengan harmony (keharmonisan). Pertanyaan menggodanya, apakah Brunei termasuk pendiri ASEAN? Brunei baru bergabung pada 7 Januari 1984.

Taman Suropati adalah wadah hijau penyaji kegiatan sosial, olahraga, ekonomi, seni, hingga mengajarkan perilaku sehat dan cinta lingkungan. Siang-malam menaungi masyarakat Jakarta untuk beraktivitas. Taman ini mempertemukan semua elemen  masyarakat tanpa memandang kaya,  miskin, pekerjaan, dan jabatan. Anak-anak, seniman, olahragawan, pekerja kantoran, pelajar, mahasiswa, dan ibu rumah tangga, tumplek blek. Ini wadah semua wisata: keluarga, kuliner, alam, kebudayaan dan kesenian, religi dan sejarah.

Taman Suropati jelas tak cukup menampung masyarakat Jakarta. Apalagi jawaban bagi masalah lingkungan, seperti banjir. Dalam Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Ruang Terbuka Hijau, terutama Pasal 17 ayat 5 menyatakan kawasan hutan paling sedikit 30 persen dari luas daerah aliran sungai. Taman Suropati, Menteng, dan Situ Lembang adalah sedikit taman yang sukses menyedot pengunjung. Untuk itu, pemprov DKI Jakarta harus terus memperbanyak RTH sebagai penyeimbang hutan beton di Jakarta.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun