Mohon tunggu...
Tugu Lasara
Tugu Lasara Mohon Tunggu...

Petani Nomaden

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Taman Suropati, Jendela Hijau Jakarta

28 September 2015   11:05 Diperbarui: 28 September 2015   12:34 178
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bagi keluarga berkunjung ke Taman Suropati, seperti berwisata ke luar negeri. Di bagian tengah taman ada dua kandang Merpati. Sesekali puluhan burung itu turun ke lantai geranit. Anak-anak  senang berada di area ini. Mereka mengejar-ngejar dan berpose dengan burung-burung itu. Burung-burung itu sering pula menunjukkan parade terbang diantara pepohonan dan tiang lampu taman. Membuat pengunjung terkesima dan tak sedikit yang mengabadi atraksi itu dengan kamera ponsel.

Soal kerindangan Taman Suropati cukup teduh dan sejuk. Taman ini memiliki beberapa tanaman, seperti mahoni (swietania mahagoni), sawo kecik (chrysophilliumsp), ketapang (terminalia cattapa), tanjung (mimusop elengi), bungur (lagerstromea loudonii), dan khaya (khaya senegalensis). Berdasarkan data yang tertera dipapan informasi taman,  jumlah pohon gede alias pelindung ada 93.

Mengajarkan Aktivitas Positif

Sebagai tempat berkumpul, taman mampu mempertemukan berbagai kalangan yang akhirnya melakukan aktivitas sesuai minat. Beberapa komunitas tumbuh atau hanya sesekali beraktivitas di Taman Suropati. Yang paling terkenal adalah Taman Suropati Chamber (TSC). Komunitas yang bergerak dibidang kesenian, khususnya biola. TSC latihan rutin setiap hari minggu.

Adalah Agustinus Esthi Sugeng Dwiharso atau lebih beken dipanggil Ages yang mempelopori lahirnya TSC. TSC berdiri delapan tahun silam. TSC menjadi wadah kreatif bagi anak-anak dan remaja yang ingin belajar seni musik. Komunitas ini mampu menyalurkan bakat dan mengarahkan anak-anak dan remaja pada aktivitas yang bermanfaat. TSC bukan sekedar komunitas kongkow belaka tapi sudah unjuk gigi hingga Istana Merdeka.

Bagi pecinta fotografi, Taman Suropati memiliki banyak objek menarik. Bagi pengunjung biasa, mereka mengandalkan kamera ponsel untuk memotret tanaman, aneka kegiatan, hingga berselfie. Sedangkan, komunitas fotografi biasa menggunakan digital single lens reflex (DSLR) untuk mengabadikan berbagai momen yang terjadi. Mereka bisa memotret keramaian disekitar air mancur atau lebih indah pada malam karena dilengkapi lampu. Objek lain, tingkah polah burung merpati hingga kegiatan komunitas lain, seperti TSC.

Keadaan lingkungan taman yang terurus: bersih dan tertata rapi, mengajarkan perilaku cinta lingkungan. Pengunjung dengan sadar atau akan malu membuang sampah sembarangan dan merusak taman. Tempat sampah berada diberbagai sudut: ada yang khusus sampah kering dan basah, serta berbagai bentuk unik, seperti buah apel, manggis, dan katak. Ini mendorong anak-anak menjadi senang membuang sampah pada tempatnya.

Namun, masih ada pengunjung yang membuang sampah sembarangan, terutama puntung rokok. Pengelola sudah mengantisipasi tangan-tangan tak bertanggung jawab  yang merusak keindahan dan mengotori taman. Penata taman dan tukang sapu selalu stand by untuk merapikan kerusakan tanaman dan membersihkan taman. Rumput dan tanaman selalu disiram pada pagi dan sore.

Menghidupkan Perekonomian dan Menghibur

Ada gula, ada semut. Dimana ada keramaian pasti ada pedagang.  Pedagang Taman Suropati, mulai dari yang menggunakan gerobak dorong, dipukul, hingga mobil. Menunya, bubur ayam, bakso, bakwan malang, nasi pecel, nasi bebek, nasi goreng, tahu gejrot, aneka minuman ringan dan buah segar, berderet disekeliling taman. Ada juga pedagang mainan anak, seperti balon udara dan gelembung balon sabun. Tinggal pilih sesuai kesukaan dan isi kantong.

Taman Suropati adalah jeda. Para muda-mudi banyak yang datang kesini, mulai dari nongkrong, bercengkrama, hingga memadu kasih. Tak melulu menikmati hijaunya alam, mereka akan disuguhi berbagai kegiatan, sepertinya yang menarik bagi mereka adalah musik. Pada malam minggu biasa ada pagelaran musik akustik. Tentu ini menambah keramaian dan membantu melepas penat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun