Mohon tunggu...
Riyanto
Riyanto Mohon Tunggu... Novelis - https://susahtidur.net

A stoic

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kenapa Semesta Disebut Cosmos Sementara Isinya Penuh dengan Chaos?

13 Mei 2019   15:00 Diperbarui: 13 Mei 2019   15:24 418
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Apabila Stephen Hawking pernah membahas perihal Teori Segalanya, maka chaos and order haruslah masuk ke dalam rancangan teori tersebut. Bagaimana tidak? Pada hakikatnya segala sesuatu pada semesta ini, mulai dari level molekuler sampai pada multi-semesta selalu berkaitan dengan chaos and order atau pada konteks kita kali ini lebih tepat disebut chaos and cosmos.

Chaos and order tampak lebih menyerupai suatu kondisi yang memang diatur untuk chaos yang berarti kacau, juga suatu kondisi yang diatur untuk Order atau teratur, atau perintah, atau keadaan keterbalikan dari kekacauan. Di sisi lain, Chaos and Cosmos---dengan 'c' besar (C) pada keduanya---lebih menjurus kepada bentuk alami kekacauan serta bentuk alami keselarasan.

Cosmos. Keselarasan. Kenapa semesta kita tinggal ini disebut demikian? Apakah semesta ini adalah bentuk dari keselarasan yang terjaga sepanjang masa dan bertahan selama-lamanya? Bukankah tidak memungkinkan suatu keadaan bertahan dalam satu fase keselarasan sepenuhnya tanpa ada kekacauan sama sekali? Kenapa semesta disebut selaras apabila ada banyak sekali ketidakselarasan di dalamnya?

Untuk menjawab pertanyaan pertanyaan tersebut, pertama-tama kita harus mengenali dulu kondisi keselarasan dan ketidakselarasan yang terjadi di sekitar kita, apa penyebab-penyebabnya, bagaimana keselarasan dan ketidakselarasan saling berganti pada suatu titik, pun apa penyebab pergantian fase keselarasan dan ketidakselarasan tersebut.

Seperti yang kita tahu, kondisi keselarasan terjadi ketika segala sesuatu berjalan seperti sebagaimana mestinya. Ada suatu sistem yang berlaku dan segala hal di sekitar sistem tersebut mengikuti laju sistem dengan baik. Dalam lingkup antariksa kita mengenal sistem bintang, di mana satu bintang diorbit oleh planet-planet di sekitarnya, pun sistem bintang tersebut mengorbit inti galaksi. Itu semua adalah keselarasan. DI level lebih sederhana lagi, kita mengenal sistem pendidikan : mulai dari TK, Sekolah Dasar, Menengah, Atas, pun menuju Perguruan Tinggi.

Agama adalah bentuk sistem yang sangat melekat dengan kita, dipenuhi dengan aturan-aturan yang harus kita jalani dan larangan-larangan yang harus dihindari. Negara juga merupakan sebuah sistem yang berjalan, dan kita sebagai penghuni suatu negara harus mengikuti sistem tersebut. Dengan mengikuti sistem, kita mempertahankan keselarasan yang terjaga dan hidup dalam harmoni dan kedamaian akan senantiasa tercipta. Namun apakah demikian? Apakah keselarasan akan menciptakan kedamaian dan hidup harmoni secara terus menerus?

Well, faktanya, jika kita mengumpulkan sistem-sistem yang ada, menumpuknya berhimpitan satu sama lain, membenturkan satu keselarasan dengan keselarasan lain, yang tercipta justru ketidakselarasan. Bisa dibilang bahwa asal muasal dari ketidakselarasan adalah keselarasan itu sendiri. Bagaimana bisa?

Pikiran manusia cenderung menginginkan perubahan. Perubahan akan apa? Akan segala mulai hal-hal besar seperti bagaimana mengubah dunia menjadi lebih baik---atau lebih buruk?---sampai ke hal-hal kecil seperti bagaimana mengubah kondisi keuangan, kondisi asmara, atau situasi pendidikan kita. Well, bagaimana hal-hal tersebut dapat menimbulkan ketidakselarasan? Bukankah perubahan-perubahan seperti itu wajar dan merupakan hal baik?

Jika kita bicara hal baik atau buruk, sejatinya keselarasan dan ketidakselarasan bersifat netral, tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk, jadi kesampingkan perihal menginginkan perubahan adalah hal baik atau buruk. Kembali lagi, bagaimana menginginkan perubahan dapat menimbulkan ketidakselarasan? Well, menginginkan perubahan yang dimaksud jelas adalah perubahan dari sistem lama ke sesuatu yang baru, dan bukankah keluar dari sistem yang ada adalah tindakan ketidakselarasan?

Pada hakikatnya pikiran manusia adalah hal paling berbahaya dari segala hal berbahaya di semesta ini. Pikiran manusia adalah wujud ketidakselarasan yang paling tidak selaras. Chaos yang benar-benar Chaos. Pikiran manusia tidak bisa terikat aturan apa pun dan bebas sebebas-bebasnya, dan tak jarang pikiran tersebut menentang maupun menjebol batas-batas aturan dunia. Dari penjelasan ini saja sudah sangat jelas bahwa pikiran manusia adalah bentuk ketidakselarasan, dan apabila kita sebagai manusia benar-benar merealisasikan keinginan itu, besar kemungkinan pemikiran itu akan bentrok dengan sistem yang berjalan di dunia atau sekedar bentrok dengan pemikiran-pemikiran orang lain, maka yang terjadi adalah konflik.

Pikiran manusia adalah ketidakselarasan paling dahsyat, dan manusia menginginkan kebebasan. Lantas apakah kebebasan juga wujud dari ketidakselarasan? Jawabannya sudah sangat jelas bahwa kebebasan adalah ketidakselarasan. Kebebasan menuntut tidak adanya aturan yang mengikat. Sistem, perintah, aturan, komando, adalah segala sesuatu yang membatasi kebebasan karena semua itu bersifat mengekang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun