Bagi sebagian orang, burung kicau itu hobi. Tapi bagi penjual burung di Jakarta, ia bisa jadi urusan perut.
Di Pasar Pramuka, Pasar Burung Barito, atau kios-kios kecil di pinggiran kota, transaksi burung kicau sudah jadi denyut ekonomi harian.
Burung bisa pindah tangan ke pembeli di luar kota, bahkan ratusan kilometer jauhnya.
Pertanyaannya, bagaimana caranya mengirim mereka dengan selamat?
Dulu, solusi paling gampang adalah naik bus atau titip travel. Tapi risiko besar. Burung bisa kepanasan, kehabisan pakan, atau sekadar stres karena perjalanan terlalu lama.
Belum lagi kalau sopirnya asal taruh kandang di bagasi bersama koper. Jadilah cerita burung yang "merdu di pasar, merana di jalan."
Itu sebabnya banyak penjual kini melirik kereta api sebagai akomodasi untuk mengantarkan barang dagangan mereka.
Tinggal bungkus kandang dengan rapi, masukkan ke kotak, urus dokumen sederhana, dan burung bisa berangkat dengan kereta barang.
Gerbongnya lebih stabil daripada bus, waktu tempuh lebih jelas, dan risiko macet hilang.
Seorang pedagang burung di Pramuka pernah berseloroh, "Kalau burungnya dikirim pakai kereta, paling-paling pulangnya cuma bawa logat baru, bukan sakit."