Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Otomotif Pilihan

Menembus Kilometer Lewat Jalan Tol Itu Pilihan Mendebarkan

6 November 2021   01:22 Diperbarui: 6 November 2021   01:25 1205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gerbang to Padalarang di waktu Malam. Foto: Irma Tri Handayani

Tinggal jauh dari kota Bandung membuat saya harus mencari alternatif kendaraan yang bisa mengantarkan saya tiba dengan tepat waktu.

Jujur, menggunakan motor tak menjadi pilihan utama karena menurut saya menggunakan motor dengan jarak lebih dari 20 km itu melelahkan. Kalau sudah menggunakan motor tuh badan saya radanya remuk.

Bukan cuma sekedar pegal karena urusan macet, tapi juga jika cuaca tak bersahabat. Panas membara matahari atau basah-basahan hujan badai. Mengendarai motor jadi pilihan kepepet dah.

Lelahnya berkedara motor. Foto:Irma Tri Handayani
Lelahnya berkedara motor. Foto:Irma Tri Handayani

Meskipun jauh dari kota Bandung,namun kebetulan saya tinggal di dekat jalan tol. Jarak yang menguntungkan ini membuat saya lebih suka menggunakan transportasi umum yang lewat jalan tol. Lamanya waktu jelas terpangkas.

Pilihan pertama akomodasi yang melewati jalan tol adalah angkutan elf. Moda transportasi serupa mobil mini bus ini selain murah juga cepat. Meskipun terkadang begitu padat karena banyak peminat.  

Ongkosnya hanya 10 ribu saja  ,namun hanya pas digunakan di pagi hari rentang pukuk 06.00 sampai 08.00 WIB. Di atas jam itu elf susah ditemui kalaupun ada harganya ongkosnya lebih mahal. Jadi kalau pagi memang dipasang harga khusus para pekerja.

Pengemudi elf ini terkenal suka ngebut. Salip kanan salip kiri dah ahli. Itulah mengapa menggunakan elf pas jika saya mengejar waktu.. namun menggunakan elf membuat jantung saya berdebar kencang.  

Waktu tempuh di pagi hari rawan sekali menjadi masa ngantuk para supir. Elf yang saya naiki rata-rata jurusan ciamis. Jika lewat Rancaekek jam enam-an maka bisa dipastikan mereka berangkat dari sana tengah malam atau dini hari. Nah itulah mengapa ketika lewat jalan tol ini menajdi masa rawan.

Jantung saya berdegup kencang sebenarnya jika menggunakan elf. Bayangan akan menabrak terus menari-nari setiap kali tuh elf  bergaya pembalap  formula 1. Kalau masih bisa menggunakan moda trasportasi lain, saya biasanya tidak menjadika elf pilihan.

Selain elf saya bisa memilih bis damri. Naik bis ini relatif lebih nyaman.  Supir damri jarang yang mengebut. Menggunakan damri jantung lebih teratur detaknya. Hanya ya kendalanya di waktu. 

Kedatangam Damri tidak bisa diprediksi.kalai kebetulan pas saya nunggu tak lama damri memghampiri. Namun terkadang hingga nyaris sejam Damri tak kunjung datang. Dan paling sedih adalah saat saya tiba,Damri terlihat baru saja berangkat di depan mata. Sakiit rasanya ditinggal Damri.

Saya menunggu bis di dekat gerbang tol Cileunyi. Foto:Irma Tri Handaya i
Saya menunggu bis di dekat gerbang tol Cileunyi. Foto:Irma Tri Handaya i

Altetnatif selanjutnya adalah bis luar kota. Ini saya pilih jika tujuan saya daerah cimahi. Saya memilih menggunakan bis ini dari daerah cileunyi sampai tol padalarang. Kendalanya adalah bis ramai dengan tukang jualan sehingga tidak nyama karena mereka sering gigih dalam menawarkan dagangan. Meskipun pura-pura tidur mereka tetap menyimpan dagangan dipangkuan.

Sayangnya bis yang saya naiki rata-rata sudah tidak prima. Selain kursi dah butut, jalannya jiga tak mulus. Padahal melewati jalan tol mestinya kondisi bis layak jalan. Sesekali ada saja kasus bis mogok di jalan tol. Maka menggunakan bis antar kotapun bikin hati saya tak tenang sepenuhnya.

Piihan selanjutnya adalah travel. Dengan harga di atas yang lain, menggunakan travel sebenarnya lebih nyaman. Namun posisi mendebarkan adalah jika saya kebagian duduk disamping pak supir yang sedang bekerja. 

Kenapa memdebarkan? Karena posisi di depan membuat cepatnya pergerakan travel behitu terasa. Jalan lurus atau berkelok dalam kecepatan penuh bikin jantung dag  dig dug pret. 

Sesekali saya melihat wajah pak supir. Bukan berharap supir ganteng namun memastikan bahwa mata supir tak merah karena kurang tidur, atau sayu karena ngantuk. 

Yang repot kalau supirnya menggunakan kaca mata hitam,saya jadi tkdak tahu kadar kengantukan matanya. Paling bisa menebak dari gayanya. Kalau sudah menguap berulang-ulang wah sudah dia sedang ngantuk pastinya.

Sekali pernah saya mendapatkan penampakan supirnya ngantuk. Setelah saya pastikan berulang-ulang selain menguap beberapa kali nyaris matanya sekuat tenaga menahan untuk tidak tertutup.

Sayapun panik. Membiarkan dia larut dengan rasa ngantuknya jelas berbahaya. Maka saya ambil langkah sok kenal sok dekat. Tanya ini tanya itu. Semata biar supirnya memikirkan jawaban sehingga kantuknya bisa terabaikan. 

Bahkan Kalau perlu sesi wawancaranya memilih pertanyaan yang supirnya harus menjawab secara panjang layaknya essai. Hindari pertanyaan yang jawabannya cukup ya atau tidak.

Cara ini berhasil membuat supir tersebut hilang ngantuk. Entah karena dia merasa ada teman yang bisa diajak berbicara. Atau dia sebal dengan saya yang banyak tanya. Alhamdulillah saat itu saya aman dan selamat sentosa sampai ke tujuan. 

Paling sebal kalau ada driver yang tak mau lepas  dari gawainya. Meskipun sekedar terima telepon tetap saja saya tak suka. Apalagi kalau memaksakan diri membalas chat . Aduh,  dah sok jago gitu sesekali lihat layar gawai sesekali lihat jalan.

Banyak kejadian supir kehilangan konsentrasi gara-gara handphonenya. Saya suka pelototi tuh supir biar paham. Atau berdehem keras berulang jika dia masih belum sadar.. 

Jika masih  gagal kembali saya keluarkan jurus wawancara agar dia lepas dari dunia maya dan kembali ke dunia nyata untuk menjawab pertanyaan pertanyaan saya.

Standar pertanyaa seperti

"Sudah lama pak kerja di travel ini?"

"Asalnya dari mana pak?"

Ampuh membuka percakapan selanjutnya.

Jadi sebagai penumpang yang duduk bersebelahan, saya anti memilih terkantuk-kantuk atau bermain gawai. Saya lebih memilih bercakap-cakap dengan supir saat di jalan tol. cara ini semata untuk membuat supir tidak bosan dan ada teman dalam perjalanan. 

Yang namanya melewati jalan tol itu menurut saya bisa menimbulkan kelelahan dn kebosanan 

Penampaklam jalan yang begitu-begitu terus . Dimana jalan cenderung lurus janganlan supir saya saja yang melihat bosan.

Melewati jalan tol masih akan saya lewati kembali selama saya masih bekerja di Bandung. Semoga kesadaran para supir dalam berkendara di jalan tol semakin bisa ditingkatkan karena keselamatan itu utama bukan cuma urusan kecepatan saja tentunya.

Jalan tol. Foto: Irma Tri Handayani
Jalan tol. Foto: Irma Tri Handayani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Otomotif Selengkapnya
Lihat Otomotif Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun