Pemilu kali ini memang beda. Dunia medsos yang ramai,percakapan grup yang tak kunjung usai, rumpian tetangga yang rawan bikin cerai.
Pemilu kali ini membuat jantung saya lebih berdebar, berbeda pilihan diantara teman di WAG membuat saya harus pintar mengatur rasa.
Tak ada simpatisan yang satu pilihan membuat saya tak punya pernak-pernik partai atau presiden barang sebijipun.
Pagi ini saya siap menunjukkan pilihan hati. Pilihan putih sepertinya akan saya coba. Sempat khawatir sih takutnya jadi bahan pelototan kaum beda.
Untuk memberikan pendidikan politik,kedua bocah saya ajak untuk mengawal. Mereka sangat girang.
Menulis nama di daftar hadir dengan nomor DPT 225 dan dapat urutan mencoblos ke 62 Sayapun kembali harus menunggu.
Tak perlu menunggu lama sepertinya karena satu RW TPSnya dibikin 2 jadinya proses lebih cepat.Â
Tibalah nama saya dipanggil. 5 surat suara di tangan saya. Segera menuju bilil suara untuk menentukan pilihan. Yang paling yakin tentu saja pilihan presiden.Â
Untuk caleg saya mikir bolak balik. Jika saya kenal orangnya maka saya pilih dia, darimanapun partainya. jika orang tersebut berada diseputaran saya dan dia mengkampanyekan diri, saya pilih.Â
Lalu untuk DPD ada sosok yang sudah dikenal sebelumnya tentunya. Dan terakhir untuk DPRD saya pilih partai yang meski menunggu janji manis namun bertahan dan tabah. Suka sedih denger kadernya curhat. Jadi 3 partai berbeda saya pilih untuk DPR,DRRD kabupaten dan provinsi wk wk wk. Maklum bukan simpatisan partai.
Tak makan waktu lama surat suara pun mulai dimasukkan sesuai warna. Â Saat memasukkan surat terakhir,saya minta panitia ambil jepretan. Biar reportase lebih afdol. Mereka sempat tertawa. Ada yang juga berkomentar.
" Mau di up load ya?"
Saya hanya tersenyum sambil mengangguk.
Apakah deg-degannya menghilang? tentu saja belum  saya masih menunggu hasil tentunya.
Tiba di rumah para penghuni yang semula diam seribu bahasa sebelum pencoblosan akhirnya saling mengakui. Bapak dan ibu mertua yang semula dikira memilih 02 ternyata 01. Saya 01, dan ke dua kakak ipar saya 01. Padahal sudah saling curiga 02. Hanya suami saya yang menutup jejak pilihan dengan Senyum-senyum jail. Jadi di rumah kami, Jokowi berhasil memutihkan pilihan kami.