Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Pemilu Kali Ini Jantung Saya Lebih Deg-degan!

17 April 2019   15:36 Diperbarui: 17 April 2019   19:33 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemilu kali ini memang beda. Dunia medsos yang ramai,percakapan grup yang tak kunjung usai, rumpian tetangga yang rawan bikin cerai.

Pemilu kali ini membuat jantung saya lebih berdebar, berbeda pilihan diantara teman di WAG membuat saya harus pintar mengatur rasa.

Tak ada simpatisan yang satu pilihan membuat saya tak punya pernak-pernik partai atau presiden barang sebijipun.

Pagi ini saya siap menunjukkan pilihan hati. Pilihan putih sepertinya akan saya coba. Sempat khawatir sih takutnya jadi bahan pelototan kaum beda.

Untuk memberikan pendidikan politik,kedua bocah saya ajak untuk mengawal. Mereka sangat girang.

Dikawal anak-anak menuju TPS. Dokumen pribadi
Dikawal anak-anak menuju TPS. Dokumen pribadi
Meskipun belum tentu mereka mampu memahami tapi bagus juga kan untuk mereka simpan di memori. Lalu saat tiba waktunya mereka layak memilih mereka ingat pernah mengantar saya.


Anak-anak mencoba memahami Partai dan nama caleg. Dokpri
Anak-anak mencoba memahami Partai dan nama caleg. Dokpri
Sebelum masuk TPS cek-cek dulu adalah nama kita di DPT. Oke setelah melihat nomor,nama dan alamat terpampang,siap mendaftar ulang. Kursi tunggu tampak penuh. Matahari mulai menghangat saat saya tiba di TPS.

Cek nama caleg dan dan partai
Cek nama caleg dan dan partai
Saya memperhatikan sekitar adakah yang menggunakan baju putih seperti saya?hmm sepertinya tak ada. Sepertinya dominan paslon 02.  Ada sih satu dua yang berbaju putih,tapi saya tak berani bertanya takutnya mengganggu privasi.

Menulis nama di daftar hadir dengan nomor DPT 225 dan dapat urutan mencoblos ke 62 Sayapun kembali harus menunggu.

Tak perlu menunggu lama sepertinya karena satu RW TPSnya dibikin 2 jadinya proses lebih cepat. 

Tibalah nama saya dipanggil. 5 surat suara di tangan saya. Segera menuju bilil suara untuk menentukan pilihan. Yang paling yakin tentu saja pilihan presiden. 

Untuk caleg saya mikir bolak balik. Jika saya kenal orangnya maka saya pilih dia, darimanapun partainya. jika orang tersebut berada diseputaran saya dan dia mengkampanyekan diri, saya pilih. 

Lalu untuk DPD ada sosok yang sudah dikenal sebelumnya tentunya. Dan terakhir untuk DPRD saya pilih partai yang meski menunggu janji manis namun bertahan dan tabah. Suka sedih denger kadernya curhat. Jadi 3 partai berbeda saya pilih untuk DPR,DRRD kabupaten dan provinsi wk wk wk. Maklum bukan simpatisan partai.

Tak makan waktu lama surat suara pun mulai dimasukkan sesuai warna.  Saat memasukkan surat terakhir,saya minta panitia ambil jepretan. Biar reportase lebih afdol. Mereka sempat tertawa. Ada yang juga berkomentar.

" Mau di up load ya?"

Saya hanya tersenyum sambil mengangguk.

Surat suara DPD siap masuk. Dokumen Pribadi
Surat suara DPD siap masuk. Dokumen Pribadi
Sip,selesailah sudah tugas saya sebagai warga negara hari ini. Sayapun melenggang kangkung menuju rumah.

Apakah deg-degannya menghilang? tentu saja belum  saya masih menunggu hasil tentunya.

Tiba di rumah para penghuni yang semula diam seribu bahasa sebelum pencoblosan akhirnya saling mengakui. Bapak dan ibu mertua yang semula dikira memilih 02 ternyata 01. Saya 01, dan ke dua kakak ipar saya 01. Padahal sudah saling curiga 02. Hanya suami saya yang menutup jejak pilihan dengan Senyum-senyum jail. Jadi di rumah kami, Jokowi berhasil memutihkan pilihan kami.

Selesai memutihkan pilihan. Dokumen pribadi
Selesai memutihkan pilihan. Dokumen pribadi
Dibalik baju putih yang menggantikan daster selesai juga satu tulisan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun