Mohon tunggu...
Irma Tri Handayani
Irma Tri Handayani Mohon Tunggu... Guru - Ibunya Lalaki Langit,Miyuni Kembang, dan Satria Wicaksana

Ibunya Lalaki Langit ,Miyuni Kembang,dan Satria Wicaksana serta Seorang Penulis berdaster

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Siapa yang Salah, Pemilik Akun yang Curhat, Atau Kita yang Protes di Kolom Komentar Akunnya?

12 Desember 2018   17:14 Diperbarui: 12 Desember 2018   17:15 162
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pixabay.com/id/amerika-african-amerika-asia-hitam-3827043/

Beberapa kali saya mendapati status berisi curhatan di Facebook. Ada yang marah-marah suaminya yang tak pulang-pulang. Ada yang kesel suaminya tak perhatian. Bahkan ada yang menyumpahi suaminya yang terkena jebakan pelakor. 

Mungkin maksud mereka hanya melampiaskan emosi saja. Yang penting kekesalan berkurang. Kadang-kadang beritanya benar-benar detil dan vulgar. 

Saya sebagai yang membaca status jelas tak nyaman. Apalagi kalau diperhatikan yang biasanya curhat orangnya itu-itu juga. Sesekali pernah saya ingin mengomentari mereka dengan sedikit nasehat agar jangan mengumbar masalah pribadi apalagi dengan suami di media sosial. 

Namun belum sempat saya mengirimkan komentar eh, sudah banyak teman yang memberikan komentar serupa. Sayapun urung memberikan komen. Apalagi bukannya berterima kasih si empunya status curhatan malah menulis.

"Kalau anda tak suka status saya, blokir saja saya,ini akun saya terserah saya mau curhat apa!"

Nah loh kalau sudah begitu mau apa. Iya sih kalau kita baca status dia, maka sesungguhnya ibarat halaman, kita main ke halamannya dia. Ya terserah dia halaman mau diapakan. 

Jadi, salah atau tidak kita protes curhat dia? Mau memblokir masa iya tega,  mau dibiarkan perih mata membaca statusnya. Suka bingung sendiri deh. 

Memang itu akun dia, tapi mestinya dia ingat bahwa status yang dia buat akan memenuhi time line teman-temannya.

 Apa bisa kita membuka media sosial pas giliran status dia kita tutup mata? Ya naluri manusia sih terutama perempuan kalau baca sesuatu yang tidak mengenakkan biasanya mata pasti penasaran wk wk wk. 

Jadi gimana dong? Yang salah dia atau kita? 

Pembuat status curhat semestinya sadar bahwa meski emosinya keluar namun aibnya juga menyebar. Iya kalau tuduhan pada suaminya itu benar, kalau salah. 

Itutuh teman saya  yang curhat suaminya pergi begitu saja tanpa permisi tiba-tiba dapat komenan dari adik iparnya yang menyatakan suaminya itu ternyata pergi menjenguk Ibunya yang sakit. Mengapa tak ijin alasannya karena si istri yang curhat itu tak mengijinkan suaminya menemui Ibunya. 

Nah loh jadi bumerang kan. Gawat kalau sampai ada adzab! Belum lagi malu karena semua teman jadi tahu sifat aslinya. Ih, jadi serasa melihat sinetron jadinya. 

Sebelum memutuskan curhat di media sosial apa tak bisa mencari pertolongan pertama pada orang terdekat. Atau tulis di diary aja lah layaknya masa remaja. 

Meski memang hak anda untuk curhat, ketahuilah bahwa banyak teman yang juga mungkin sedang galau membuka media sosial untuk mencari hiburan bukan cacian. Apa tak pening tuh kepala pembaca? 

Mungkin maksud yang curhat biar dapat dukungan, namun yang terjadi justru dapat hujatan. 

Perlu diingat suami yang diceritakan itu punya keluarga besar. Dan jika kita berteman dengan keluarga besarnya seperti cerita tadi di atas, sekedar curhatnya akan menjadi bencana.

Masalah di dunia nyata, biarkan berkembang di dunia nyata. Tak perlu mengharapkan jadi viral dengan membuka masalah pribadi. 

Sejauh ini saya tidak melakukan blokir pada teman yang curhat menyayat tentang masalah pernikahan. Masih kuat lah bertahan. Entah besok atau lusa. Mungkin saya berhenti mengikutinya saja, tanpa harus memblokir. 

Harapan saya semoga dia tersadar untuk tidak mengumbar kejelekan pasangannya di media sosial. 

Jadi siapa yang salah? Sst, bawel ah nanya melulu !enggak ada yang salah biarkan saja, asal anda pembaca tulisan ini jangan melakukan hal yang sama ya?! 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun