Mohon tunggu...
Muhammad AnsoriHasibuan
Muhammad AnsoriHasibuan Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - ganteng

muhammad ansori hasibuan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Aksi Cinta Tanah Air dengan Bersatu Menghadapi Tantangan Persatuan dan Kesatuan Indonesia

29 Oktober 2021   07:38 Diperbarui: 29 Oktober 2021   07:40 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Aksi Cinta Tanah Air Dengan Bersatu Menghadapi Tantangan Persatuan Dan Kesatuan Indonesia

Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah bela Negara oleh Muhammad Ansori Hasibuan, 21210023, Jurusan Klimatologi, Dosen Fendy Arifianto, M.Si.

Semangat persatuan dan kesatuan merupakan bentuk dari semangat Pancasila yang kemudian diterapkan dalam kehidupan ber-Ketuhanan Yang Maha Esa, mewujudkan kemanusiaan yang adil dan beradab, Persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan serta keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indoensia. Pancasila merupakan suatu nilai yang memberikan dasar-dasar yang bersifat Fundamental dan Universal baik dalam hidup bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan begitu, Pancasila dijadikan pedoman pada generasi milenial untuk tetap menjalankan dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila.

Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia, persatuan memiliki makna yaitu gabungan, ikatan, kumpulan, dari beberapa bagian yang sudah Bersatu. Sedangkan kesatuan memiliki pengertian perihal satu, keesaan, sifat unggul, satuan, dan hasil dari persatuan yang sudah mengakar kuat.

Di era milenial ini, ada berbagai tantangan yang harus dihadapi untuk menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Misal, kurangnya kesadaran pada pentingnya persatuan dan kesatuan bangsa. Adanya perbedaan pendapat satu sama lain mengenai persatuan dan kesatuan bangsa. Terlalu mementingkan suku, golongan, atau agama di atas kepentingan bersama. Adanya pengaruh budaya dari luar yang memengaruhi pemahaman akan persatuan dan kesatuan bangsa.

Namun, dari semua itu, hal yang paling berbahaya dan merepotkan adalah berita hoaks yang semakin mudah diakses. Siapa saja bisa menulis, siapa saja bisa menyebarkan, dan siapa saja bisa membaca.

Jangan heran, kita sedang berada di zaman peradaban baru yang didominasi oleh "perang urat saraf". Apa-apa pakai teknologi. Tentu, teknologi yang terus terbarukan adalah anugerah Tuhan bagi manusia.

Pada satu sisi, dengan adanya temuan dan teknologi yang semakin canggih akan semakin memanjakan dan memudahkan kita melakukan aktivitas dan pelayanan. Sebaliknya, dengan hadirnya teknologi terbarukan tersebut dapat menciptakan persoalan-persoalan baru yang menyeramkam. Inilah yang sedang mengemuka saat ini. Pemanfaatan media sosial yang kuat akan menjadi pemenang, baik dari sisi positif maupus sisi negatifnya. Penguasaan media cetak dan media elektronika yang semakin canggih memberikan referensi bahwa tantangan kita tidaklah sedikit. Teknologi dapat mengangkat derajat kehidupan manusia, tetapi pada saat yang sama pula, perkembangan ilmu teknologi tersebut membuat Pancasila sedikit demi sedikit mulai tergerus oleh globalisasi.

Berita hoax satu paket dengan intoleransi. Intoleransi adalah tindakan yang tidak toleran atau tidak memiliki tenggang rasa. Intoleransi ini sering dihubungkan dengan kepercayaan atau praktik agama lain. Dalam beberapa sumber, fakta menyebutkan bahwa tindak intoleransi beragama di Indonesia meningkat. Intoleransi ini sesungg merupakan buah dari kelalaian anak. bangsa untuk menjaga nilai, menjaga panji, menjaga semangat Pancasila yang merupakan buah dari kesepakatan bersama.

Intoleransi satu paket dengan radikalisme. Radikalisme pada umumnya diartikan sebagai paham yang menghendaki terjadinya perubahan signifikan dalam bidang politik dan juga sosial. Pendekatan yang dipakai dengan cara ekstrim/kekerasan yang berpotensi terjadinya konflik. Bentuk perwujudan dan gerakan radikalisme bervariasi. Dalam tulisan Ahmad Jainuri dikatakan bahwa radikalisme dari perspektif pemikiran didasarkan pada keyakinan tentang nilai, ide, dan pandangan yang dimiliki oleh seseorang yang dinilainya sebagai yang paling benar dan menganggap yang lain salah. Ia sangat tertutup, biasanya sulit berinteraksi dan hanya saling berbicara dengan kelompoknya sendiri.

Orang yang memiliki pandangan seperti ini biasanya tidak menerima pemikiran orang lain, selain pikiran dan kelompoknya sendiri. Otoritas pengetahuan yang dimilikinya dikaitkan dan diperoleh dari figur tertentu yang dinilai tidak dimiliki oleh orang lain. Karena itu, biasanya kaum radikal tidak menerima figur lain sebagai sumber rujukan pengetahuannya. Dalam dialog biasanya ia tidak ingin memahami keanekaragaman pendapat yang dimiliki orang lain, tetapi ingin menyatukan pandangan yang berbeda itu dengan pandangan dan pendapat menurut standar diri sendiri, bahkan dengan memaksakan kehendak. Pada sisi lain, radikalisme tindakan dan gerakan ditandai oleh aksi ekstrem yang harus dilakukan untuk mengubah suatu keadaan seperti yang diinginkan. Contoh dalam bidang politik seperti tindakan makar, revolusi, demonstrasi, dan protes sosial yang anarkis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun