Mohon tunggu...
Langen sihTanala
Langen sihTanala Mohon Tunggu... Mahasiswa/Institute Pariwisata Trisakti

Mahasiswa Institute pariwisata Trisakti | Penerima Beasiswa KIP Angkatan 2023 | Jurusan S1 Pariwisata

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Kebijakan Pemerintah untuk Menghadapi Krisis Ekonomi: Upaya Memperkuat Fondasi Ekonomi Indonesia di Tengah Krisis Ekonomi

8 Juli 2025   17:49 Diperbarui: 8 Juli 2025   17:49 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Birokrasi. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Krisis ekonomi adalah fenomena yang tidak hanya mempengaruhi negara tertentu, tetapi juga bisa berimbas secara global, mengancam stabilitas ekonomi nasional, menurunkan tingkat kesejahteraan masyarakat, meningkatkan angka pengangguran, dan mengurangi daya beli. Indonesia, sebagai negara berkembang yang terhubung erat dengan pasar global, telah menghadapi beberapa krisis besar dalam sejarahnya, termasuk krisis moneter yang parah pada tahun 1998, yang disebabkan oleh ketidakstabilan sektor keuangan dan melemahnya nilai tukar rupiah. Pada tahun 2020, pandemi COVID-19 kembali menyebabkan kontraksi ekonomi nasional sebesar -2,07% mendorong Indonesia ke dalam resesi.

Seiring berjalannya waktu, krisis ekonomi yang muncul kini tidak hanya disebabkan oleh faktor domestik, tetapi juga oleh ketidakpastian global, seperti perang dagang antara Amerika Serikat dan China, yang berujung pada fluktuasi perdagangan internasional dan ketidakstabilan harga energi global. Menurut laporan dari The World Economic Forum (2022), ketegangan ini menyebabkan penurunan arus perdagangan global sebesar 0,4% pada tahun 2019 dan meningkatkan ketidakpastian investasi. Dampak ini juga dirasakan oleh Indonesia, di mana ekspor ke kedua negara tersebut mengalami penurunan signifikan.

Selain perang dagang, krisis energi global turut memberikan tekanan tambahan terhadap ekonomi. Fluktuasi harga energi, seperti minyak dan gas alam  menyebabkan kenaikan biaya produksi dan distribusi barang di dalam negeri. Situasi ini berdampak langsung pada sektor-sektor penting seperti industri, transportasi, dan pariwisata. Dengan melonjaknya harga energi dan bahan pokok, masyarakat menghadapi beban biaya hidup yang semakin berat, yang pada akhirnya menurunkan konsumsi domestik, salah satu pendorong utama pertumbuhan ekonomi nasional.

Menghadapi kondisi tersebut, peran pemerintah menjadi sangat penting untuk mengimplementasikan kebijakan-kebijakan strategis yang mampu menjaga stabilitas ekonomi dan mendorong pemulihan jangka panjang. Pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai langkah untuk memperkuat fondasi ekonomi nasional, seperti reformasi fiskal, penguatan penguatan moneter, insentif investasi, dan pembangunan infrastruktur. Salah satu sektor yang menjadi fokus dalam upaya pemulihan ekonomi adalah sektor pariwisata, yang sebelum pandemi menyumbang lebih dari 5% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.

Selain itu, diversifikasi ekonomi ke sektor-sektor baru seperti industri kreatif, ekonomi hijau, dan teknologi digital juga menjadi bagian dari strategi besar pemerintah untuk mengurangi ketergantungan terhadap sektor-sektor tradisional (Bappenas, 2024). Dalam artikel ini, akan dibahas secara mendalam mengenai kebijakan-kebijakan utama pemerintah Indonesia dalam menghadapi krisis ekonomi, termasuk dampak krisis global terhadap perekonomian nasional, serta langkah-langkah konkret untuk memperkuat ketahanan ekonomi melalui reformasi struktural dan pengembangan sektor pariwisata. Dengan latar belakang tersebut, penting untuk menelaah lebih dalam mengenai berbagai krisis global yang berpengaruh besar terhadap stabilitas ekonomi nasional, termasuk perang dagang antara China dan Amerika Serikat, serta berbagai isu global lainnya yang memperburuk ketidakpastian ekonomi. Pemahaman terhadap konteks global ini menjadi dasar penting dalam merumuskan kebijakan nasional yang adaptif dan efektif.

Isu: Perang Dagang dan Tarif Tinggi antara China dan Amerika Serikat

Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China telah meluncurkan kebijakan proteksionisme Presiden AS-- Donald Trump sejak 2018. Trump menaikkan tarif impor untuk banyak produk dari China agar neraca perdagangan Amerika Serikat yang selama ini mengalami kerugian terhadap China bisa jadi lebih seimbang. Tarif impor produk Amerika Serikat ke China terus naik hingga 15% pada tahun 2025. tapi China membalas dengan menaikkan tarif impor produk AS sampai 125%. Balasan ini membuat ketegangan ekonomi dunia semakin tinggi dan memicu kekhawatiran akan resesi global. Situasi ini membuat rantai pasokan barang di seluruh dunia jadi terganggu dan pasar keuangan menjadi tidak stabil. Amerika Serikat dan China sendiri adalah dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia dan jadi mitra dagang utama banyak negara, termasuk Indonesia. Karena ketegangan ini, perdagangan Internasional, investasi, dan pasar keuangan dunia mengalami perubahan besar.

Isu Krisis: Dampak Tarif China-Amerika dan Krisis Lainnya

Salah satu faktor pemicu ketidakstabilan ekonomi global dalam beberapa tahun terakhir adalah perang dagang antara China dan Amerika Serikat. Pengenaan tarif impor yang saling diberlakukan antara dua negara ekonomi terbesar dunia ini telah menurunkan volume perdagangan internasional secara signifikan.

1. Dampak Perang Dagang China--Amerika terhadap Indonesia

Perang dagang antara China dan Amerika Serikat menyebabkan penurunan ekspor Indonesia ke kedua negara tersebut, terutama pada sektor pertanian. Hal ini berisiko memperbesar defisit neraca perdagangan Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun