Kembali ke surat Zapatista, ya Mei 2005, Inter mendapatkan surat dari Marcos. Surat itu berisi undangan klub Inter Milan bermain melawan tentara pembebasan Zapatista yang hobi juga bermain bola. Namun jauh hari sebelum surat itu mampir ke Inter Milan, klub ini memang sudah mengirimkan banyak bantuan berupa uang dan beberapa barang ke kelompok Zapatista. Kapten Inter Milan, Javier Zanetti pun dengan tegas mendukung gerakan pembebasan Zapatista ini. Kapten asal Argentina ini pun bersedia untuk bermain melawan Zapatista. Lucunya juga dalam surat undangan itu juga, Marcos meminta agar Inter membawa bola karena bola milik kelompok itu banyak sudah kempes. Tidak jelas, apakah Inter akhirnya memenuhi undangan itu atau tidak. Namun banyak yang bertanya-tanya, mengapa Inter dan Zapatista bisa berhubungan. Banyak media kala itu yang membahas hubungan Inter dan Zapatista yang memang patut dipertanyakan. Hubungan Inter dan Zapatista saat itu juga membuat Bos AC Milan seteru inter, Silvio Berlusconi yang saat itu PM Italia semakin berang dengan tindak-tanduk klub rivalnya. Apalagi hubungan Italia dan Meksiko jadi agak retak karena saat itu Zapatista memang musuh nomor satu pemerintah Meksiko. Dari buku "Drama itu Bernama Sepak Bola" yang ditulis Arief Natakusumah menunjukkan ada hasil investigasi koran di Amerika Serikat yang ternyata menunjukkan adanya hubungan antara kandungan minyak di Chiapas dengan Moratti yang juga pengusaha minyak. Sungguh menarik kisah Inter Milan yang jauh dari persoalan taktik di lapangan hijau. Entah bagaimana akhir hubungan Zapatista dan Inter ini. Nah, mumpung Inter sedang datang ke Indonesia, mungkin bisa juga ditanyakan hubungan klub sepakbola seperti Inter Milan yang mementingan keuntungan dengan kelompok Zapatista yang berjuang untuk masyarakat miskin. Atau minimal, Surat Marcos pemimpin Zapatista itu bisa dipajang di Senayan untuk dipertontonkan publik. Sepakbola memang bukan hanya urusan di lapangan hijau saja. Banyak yang bisa dinikmati di luar lapangan. Salam sepakbola.