Mohon tunggu...
Lamboroada
Lamboroada Mohon Tunggu... Freelancer - Pencari kebenaran dibalik pembenaran

Mahasiswa bodoh pecinta literasi, pembelajar sampai mati.

Selanjutnya

Tutup

Politik

Wakil Rakyat ke Mana?

4 Maret 2019   18:36 Diperbarui: 4 Maret 2019   19:00 13
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tulisan ini diketik didalam mobil ketika dalam perjalanan menuju salah satu rumah sakit nasional di Ibu kota. Berangkat dari kontrakan menggunakan jasa aplikasi transportasi online karya anak bangsa, katanya. Untuk mengurangi durasi perjalanan saya sarankan pada sopir untuk lewat jalan Tol saja, juga untuk menghindari macetnya arus lalu lintas ibu kota, kebetulan keberangkatan saya pada saat jam orang pulang kerja, jadi sudah bisa di taksir jika suasana jalan sudah ramai dengan kendaraan roda dua, maupun empat. Oleh karena itulah jalan tol menjadi opsi untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan tersebut.

Namun, meski sudah melewati jalur pilihan ternyata macet tetap saja tidak bisa dihindari jalan tol juga dipenuhi oleh mobil-mobil mewah bercampur dengan mobil pengangkut barang. Alhasil yang tadinya ingin menghindari kemacetan dimakan juga oleh macet, untuk itu saya menikmati kemacetan dengan mengoceh dalam tulisan ini.

Tapi, Bukan persoalan macet yang ingin saya persoalkan atau bicarakan disini, sebab kalau bicara soal itu saya yakin kita sama-sama sudah tau bagaimana rasanya berada dalam situasi macet. Kecuali bagi mereka yang masih tinggal di pedesaan, suasana hening dan tenang tidak ada bising klakson, setiap pagi di hidangkan oleh tuhan dengan keindahan alam. Maka berbahagialah dan jaga desamu agar tidak di sentuh oleh gedung-gedung perkasa, sungaimu tak dicemari rakusnya tinja.

Yang ingin dibicarakan disini adalah mengenai pampflet-Pamflet, baliho-baliho, spanduk-spanduk atau reklame-reklame kampanye calon legislative (Caleg) yang terpasang di tempat-tempat space iklan, di beberapa gedung dan trotoar-trotoar jalan yang saya lihat sepanjang perjalanan di tengah-tengah macet.

Kenapa saya ingin membicarakan itu? Karena isinya sangat menarik walaupun semua sebenarnya sama hanya dibedakan oleh caranya dan desainnya.

Pada baliho-baliho terlihat gambar calon wakil rakyat dengan pose senyum atau tertawa bahagia dan disertai logo partai pengusungnya, hampir semua begitu tidak ada yang berpose cemberut atau dengan muka letih. Kita tidak pernah tau apakah senyum itu senyuman tulus atau hanya senyum kepalsuan karena kita tidak melihat proses pembuatanya mulai dari pengambilan gambar, bahkan yang mengabil potret itu pun saya yakin tidak tau isi sebenarnya dalam hati mereka. Kalau soal itu biarkan saja mereka dan tuhan kepercayaan mereka yang tau.

Hal yang menarik lagi adalah tulisan dalam Baliho itu, semuanya membuat tulisan besar-besar "Indonesia Maju bersama .... (Nama Caleg) " Ada yang " Indonesia Sejahtera Bersama ....." terus "Bersama (Nama Caleg) Kita sejahtera" atau apalah omong kosong itu, bermacam-macamlah tulisannya. Namun jika saya tanggap inti pesan yang ingin mereka sampaikan adalah bahwa di bawah mereka keadaan akan menjadi lebih baik.

Jika kita melihat fungsi dari jabatan yang akan mereka duduki jika terpilih nanti sudah tentu adalah tugas mereka untuk membuat keadaan masyarakat lebih baik, memberikan kebijakan-kebijakan agar supaya masyarakat dalam segi pendidikan kualitasnya membaik, ekonomi menjadi lebih maju, kehidupan social lebih tentram.

Lantas untuk apa kata-kata seperti itu pada reklame-reklame tersebut? Bukankah itu Cuma omong kosong saja?

Kenapa omong kosong, karena pada kenyataanya kebanyakan wakil rakyat baik daerah, pusat atau provinsi hanya datang menemui rakyat ketika dalam suasana kampanye atau pra Pemilihan. Blusukan dengan memasang muka pura-pura perhatian, melewati perkampungan kotor dengan rasa jijik yang di sembunyikan, menebarkan janji-janji untuk membangun sana-sini dan ternyata setelah dia jadi Dewan semuanya lupa, penyakit amnesia mendadak menyerang otaknya.

Jadi, menurut saya omong kosong semua tulisan pada baliho-baliho itu.  Tidak perlu menyebutkan untuk mensejahterakan rakyat karena itu memang sudah menjadi salah satu tugas pokok. Lebih baik disitu di tautkan nanti jika terpilih akan memberikan jalan masa depan seperti apa, atau kalau mau lebih jujur akan makan uang rakyat sebanyak apa. Itu lebih baik dan tidak munafik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun