Sebelum pandemi covid 19 merajalela diberbagai belahan dunia termasuk Indonesia, di Jepara sejak empat atau lima tahun kebelakang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat. Hal ini disebabkan karena menjamurnya pabrik pabrik tas dan sepatu yang menyerap ribuan tenaga kerja.
Pabrik pabrik tas yang kebanyakan milik perusahaan Korea seperti Kanindo 1 dan 2, PWI, HWI dan masih banyak lagi. Bahkan sebelum pandemi covid di Indonesia mulai ditemukan masih banyak bangunan baru pabrik yang sedang dibangun.... dan belum sempat produksi.
Awal tahun 2020 pun masih banyak perusahaan yang memasang lowongan pekerjaan. Karena sulit memperoleh karyawan dari kota Jepara bahkan sampai harus berebut dengan perusahaan perusahaan yang lain.
Akibatnya banyak perusahaan yang mendatangkan karyawan dari kota kota lain diluar Jepara. Karena saking butuhnya saat itu kebanyakan perusahaan memberi kemudahan syarat dan saat seleksi penerimaan karyawanya. Bukan itu saja bahkan ada perusahaan yang menerima kaum difabel.
Setelah beberapa dekade kota ukir tersebut mengalami kelesuan akibat berkurangnya pesanan furnicer ukiran yang dulunya menjadi sentral ukiran yang dikirim ke luar negri dan dalam negri.
Berkat menjamurnya pabrik garmen di kota ukir tersebut membuat masyarakat kembali bergairah. Mulai dari tempat kos kosan yang mulai banyak karena laku keras disewa oleh para pekerja. Hingga warung warung makan yang hampir tiap sudut kota mudah ditemui.
Belum lagi toko kelontong yang laris manis berkat para pekerja yang datang berbondong bondong dari berbagai kota disekitar Jepara.
Bahkan ramenya kota Jepara bisa dilihat dari banyaknya kendaraan roda 2 dan 4 yang bersliweran diruas ruas jalan di kota Jepara. Apalagi saat pagi ketika karyawan masuk kerja dan saat sore karyawan selesai kerja.
Saking bejibun dan rapatnya kendaraan yang melintas membuat beberapa perusaahaan membedakan jadwal masuk dan pulangnya karyawan. Ada yang masuk kerja jam 6 pagi ada yang jam 7 ada juga yang jam 8 dan ada yang pulang jam 4 ada yang jam 5 ada juga yang jam 6 ada juga yang jam 7 malam.
Dijam jam seperti itu saya jamin jika ingin menyebrang jalan sangat sulit 😊 saya pernah membutuhkan waktu 1 jam untuk menyebrang akibatnya saya menyerah dan kapok menyebrang jalan disaat jam jam tersebut.
Beberapa bulan di Jepara karena mengikuti paksu yang sedang mengais rezeky dikota ukir tersebut membuat saya tahu sedikit banyaknya. Mulai dari obrolan dengan supir paksu dan obrolan dari tukang sayur yang tiap pagi mampir dirumah. Dan beberapa tetangga yang sesekali bertemu dan menyapa. Dan mengamati sendiri keadaan sekitar.
Obrolan seputar kota Jepara yang sedang mengeliat perekonomiannya. Mulai dari banyaknya pabrik yang berdiri, kost kostan yang banyak dibangun sampai tempat usaha seperti ruko bahkan perumahanpun mulai menjamur dimana mana.
Kost kost mulai dari uang sewa 250 ribu perbulan hingga jutaan tersedia. Yang bikin saya tercenga dengan kota ini adalah makanan yang murah meriah. Gorengan 1 masih seharga 500 rupiah... nasi soto 4000 rupiah es teh 1 gelas 2000 rupiah sungguh murah meriah bukan? Nasi rames ayam bisa dihargai 7000 rupiah. Hemmm saya rasa dikota lain belum tentu semurah ini kan ya?

Akibatnya ribuan tenaga kerja yang di PHK terpaksa pulang kampung. Kost kostan pun menjadi sepi.... warung makan mulai kehilangan pelangan. Kota Jeparapun kembali lengang 😢 tidak seramai sebelum pandemi covid 19 merajalela.
Bahkan saat ini para karyawan pabrik yang masih bekerja mereka lebih takut dapat surat positif PHK daripada surat positif covid. Agaknya keadaan kini berbalik. Jika dulu banyak perusahaan yang berburu tenaga kerja kini banyak tenaga kerja yang berburu perusahaan.
Akan kan kota Jepara kembali mengeliat perekonomiannya? Semoga ........ dan covod 19 segera berakhir dari muka bumi ini. Aamiin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI