Ayah pun terpaksa berbohonh, "Ayah akan mengajak nenek jalan-jalan ke gunung."
"Aku harus ikut menemani nenek, aku juga ingin berjalan-jalan", ucapnya.
Karena didesak terus menerus, maka sang ayah terpaksa mengajak anaknya. Dengan digendong mengunakan alat kayu yang bernama chige, sang ibu pun dibawa ke gunung, tempat di mana ia akan ditinggalkan.
Setelah hari menjelang gelap, sang putra pun meminta izin untuk pergi dan meminta maaf atas kesalahanya selama ini kepada ibunya karena tak mampu merawatnya dengan baik. Sambil berurai air mata, sang putra yang sebenarnya tak tega pun memohon mohon maaf kepada ibunya.
Sang ibu hanya bisa meneteskan air mata dalam hatinya, jelas ia bersedih hati. Putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang, ternyata tega menelantarkan dirinya di dalam gua.
Sang cucu yang tadinya tak tahu menahu, kini mengerti. Ia pun tak rela berpisah dari neneknya, namun ayahnya memaksanya.
"Kita harus meninggalkan nenek di sini", ucapnya dengan tegas agar putranya yang kecil mau mengerti.
"Baiklah jika ayah memaksa, aku pun akan membawa chige ini agar ketika ayah tua nanti, maka aku akan melakukan hal yang sama," ujar sang anak.
Sambil menangis karena tak rela berpisah dari neneknya, sang anak pun membawa chige (gendongan kayu) yang ukuranya lebih besar dari tubuhnya.
Sang ayah ketika mendengar jawaban putra kecilnya pun tertegun dan langsung menyadari kesalahannya.