Mohon tunggu...
Syasya_mama
Syasya_mama Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Ibu 2 Putri, Indonesia - Korea 가는 말이 고와야 오는 말이 곱다 (Jika kata yang keluar baik, kata yang akan datang pun akan baik )

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Goryeon Jang, Kisah Membuang Lansia di Korea

7 Oktober 2019   21:09 Diperbarui: 8 Oktober 2019   18:28 1521
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi menelantarkan orangtua di Korea (Sumber: www.echo-news.co.uk)

Kisah legenda Malin Kundang memang sering kita dengar dari cerita-cerita orangtua kita sebagai dongeng sebelum tidur. Kisah Malin Kundang memang sarat pesan moral terutama bagaimana seorang anak seharusnya bersikap hormat terhadap orangtua, terutama ibu. Nah, di Korea, juga ada legenda serupa yang dikenal dengan "Goryeon Jang".

"Goryeon Jang" sendiri merupakan sebuah kisah sangat terkenal di Korea, yang mana kisah tersebut menceritakan proses pembuangan lansia ketika sudah memasuki masa tua.

Konon, nama "Goryeon"merupakan singkatan dari nama kerajaan Korea, sementara "Jang" sendiri artinya proses pemakaman. "Goryeon" sendiri merupakan kerajaan yang berdiri dari tahun 1918 hingga 1392, yaitu "Goguryeo" yang disingkat "Goryeon". 

Awal kisah "Goryeon" bermula 

Kisah "Goryeon" bermula dari sebuah desa terpencil yang rata-rata masyarakatnya hidup dalam keadaan teramat miskin. Di desa tersebut tinggalah sebuah keluarga yang terdiri dari seorang ibu tua dan putrasnya, beserta istri dan anak laki-lakinya yang masih kecil. 

Bakti anak pada orangtua (Sumber: gbr.mbs)
Bakti anak pada orangtua (Sumber: gbr.mbs)
Sang putra dan istrinya merawat si ibu dengan penuh cinta. Bahkan kadang kala putranya tak makan agar ibunya bisa makan pada hari itu. Begitupula sebaliknya, sang ibu kadang tak memakan makanan yang diberikan putranya agar ia bisa memberikan pada cucunya. 

Kebiasaan di desa tersebut memang terbilang ekstrem, sebab jika ada anggota keluarganya yang sudah sangat renta, maka mereka akan membawanya ke gunung dan memasukkannya ke dalam gua. 

Sebelum sang anak meninggalkan orangtuanya di dalam gua, biasanya sang anak akan menyediakan beberapa makanan. Setelah semua makanan dan kebutuhan lain telah siap, sang anak kemudian akan menutup pintu gua dengan tanah hingga persediaan makan habis dan orangtuanya meninggal di sana.

Kembali ke kisah si nenek dan putranya tadi. Suatu hari, tibalah bagi sang putra untuk melakukan hal yang sama seperti orang-orang di desanya. Sang putra melakukan proses "Goryeon Jang", membuang sang ibu yang ia sayangi karena faktor kemiskinan.

Namun ketika sang ibu yang renta akan dibawa ke gunung, anaknya yang masih kecil mengetahuinya dan ia pun tidak mau berpisah dari nenek yang disayanginya.

Ia pun bertanya pada ayahnya, "Ayah akan membawa nenek ke mana?" 

Ayah pun terpaksa berbohonh, "Ayah akan mengajak nenek jalan-jalan ke gunung."

"Aku harus ikut menemani nenek, aku juga ingin berjalan-jalan", ucapnya. 

Karena didesak terus menerus, maka sang ayah terpaksa mengajak anaknya. Dengan digendong mengunakan alat kayu yang bernama chige, sang ibu pun dibawa ke gunung, tempat di mana ia akan ditinggalkan.

sumber: howwelldoyouknowyourmoon.tumblr.com
sumber: howwelldoyouknowyourmoon.tumblr.com
Beberapa lama kemudian sampailah mereka di tujuan. Sang putra mempersiapkan keperluan ibunya di dalam gua, sementara ibunya bermain dengan cucunya. 

Setelah hari menjelang gelap, sang putra pun meminta izin untuk pergi dan meminta maaf atas kesalahanya selama ini kepada ibunya karena tak mampu merawatnya dengan baik. Sambil berurai air mata, sang putra yang sebenarnya tak tega pun memohon mohon maaf kepada ibunya.

Sang ibu hanya bisa meneteskan air mata dalam hatinya, jelas ia bersedih hati. Putra yang ia besarkan dengan penuh kasih sayang, ternyata tega menelantarkan dirinya di dalam gua. 

Sang cucu yang tadinya tak tahu menahu, kini mengerti. Ia pun tak rela berpisah dari neneknya, namun ayahnya memaksanya.

"Kita harus meninggalkan nenek di sini", ucapnya dengan tegas agar putranya yang kecil mau mengerti.

"Baiklah jika ayah memaksa, aku pun akan membawa chige ini agar ketika ayah tua nanti, maka aku akan melakukan hal yang sama," ujar sang anak.

Sambil menangis karena tak rela berpisah dari neneknya, sang anak pun membawa chige (gendongan kayu) yang ukuranya lebih besar dari tubuhnya.

Sang ayah ketika mendengar jawaban putra kecilnya pun tertegun dan langsung menyadari kesalahannya. 

Sang ayah pun sadar bahwa selama ini kebiasaan orang di desanya itu salah. Apapun yang terjadi, mereka adalah orangtua yang telah membesarkanya, kenapa juga harus dibuang? 

Akhirnya, sang ayah pun mengurungkan niatnya. Lalu, mereka menuruni gunung dan kembali ke rumah. Tiba-tiba, pemberitaan mengenai pembuangan sang ibu terdengar hingga ke desa yang mereka tempati, bahkan kabar tersebut sampai hingga ke telinga raja. 

Sang raja pun terkeju teramat sangat. Kenapa bisa, ada orang yang tega berbuat seperti itu di wilayahnya. Mengingat di kerajaanya, orangtua sangat dijunjung tinggi dan sangat dihormati. 

Akhirnya sang raja pun memerintahkan untuk melarang siapapun membuang orangtua. Dan sebagai bentuk terima kasih, raja pun menghadiakan kepada nenek, putranysa beserta cucunya sejumlah uang yang sangat banyak dan juga kebutuhan lainnya.

Kisah ini turun temurun diceritakan hingga kini. Awalnya selama ini saya beranggapan bahwa kisah seperti ini hanya memang pernah terjadi di Korea. Namun, kemarin tanpa sengaja kami menemukan artikel yang menceritakan kisah ini dan meyakini bahwa kisah ini belum bisa dibuktikan kebenaranya.

Bahkan, banyak orang yang sengaja ingin membuktikan kisah ini dengan mencari barang-barang berupa piring ataupun gerabah lainnya yang ditinggalkan di dalam gua. Mungkin saja dari penemuan tersebut dapat menguak tentang kisah "Goryeon Jang". 

Bukan itu saja, barang barang peninggalan zaman dulu, bisa jadi bernilai tinggi karena bisa mencapai ribuan tahun. Hingga kini, masih banyak peneliti yang mencoba mencari kebenaran dari kisah "Goryeon Jang".

Dikatakan oleh beberapa ilmuan, bahwa sebenarnya pelaku "Goryeon Jang" merupakan penderita penyakit kusta. Namun, ada juga beberapa ilmuan yang tidak percaya jika kejadian itu terjadi pada zaman kerajaan Goryeon, mengingat kerajaan ini sangat menjunjung tinggi bakti anak pada orangtua.

Terbukti dengan adanya cacatan kerajaan Goryeon tentang hukuman jika orangtua meninggal, maka sang anak tidak boleh melepas pakaian duka. Jika hal ini dilakukan, maka hukumannya 3 tahun penjara. 

Bukan itu saja, jika orangtua meninggal dan putranya ketahuan sedang minum minuman keras yang memabukkan, maka sang putra akan dihukum penjara selama 1 tahun.

Terlepas benar atau tidaknya kisah di atas, orang Korea memang selalu menanamkan kebaikan dari kisah ini, mengingat pesan moral yang terkandung di dalam kisah "Goryeon Jang" sangat sarat akan pesan moral, terutama perihal hormat kepada orangtua. 

Dari catatan inilah para ilmuan di Korea berpendapat bahwa kisah "Goryeon Jang" adalah sebuah dongeng bukanlah kisah nyata. 

Namun terlepas dari itu semua, saya berpendapat "apa yang kita tanam begitulah yang akan kita petik. Jika kita menanam kebaikan, maka kebaikan jugalah yang akan kita dapatkan."Seperti halnya jika kita sebagai orangtua merawat dan mendidik anak dengan baik, maka anak pun akan memperlakukan kita dengan baik ketika kita sudah tua. 

Saya sendiri selalu ingat pesan ibu saya dan mencoba menerapkan pada kedua putri saya, "Baik-baiklah kepada orangtua (khususnya mama, sambil mesem-mesem), maka kelak ketika kau dewasa, akan kau sadari apa yang kau lakukan adalah benar adanya. Contohnya nih mama, mama sama eyang putri gimana coba, sayang banget kan?" Tanya saya kepada kedua putri saya, dan jawaban kedua putri saya cuma mengangguk, "Heem mama sayang."

Salam Sya, 2019.10.07

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun