Terus terang sebenarnya jika mau ke pantai karang bolong saya mesti takut duluan, takut kalau sampai ketemu Nyi blorong penunggu tempat tersebut. Namun karena penasaran banget sebenarnya tuh tempat seperti apa, jadilah saya memberanikan diri untuk mengunjunginya. Pantai Karang Bolong sendiri terletak di kabupaten Kebumen, yang emang terkenal dengan pantai karang Bolongnya.

Walaupun cerita yang berkembang selama ini adalah Nyi Blorong tuh identik dengan pencari pesugihan. Oho entah bener apa enggak saya sendiri gak tau pasti. Menurut kerabat yang tinggal di Kebumen mereka cerita sih seperti itu, ada aja orang-orang yang mencari harta dengan jalan pintas mencari pesugihan di pantai karang Bolong walaupun syaratnya berat tetep aja ada yang mau melakukanya (Nauzu billahi min zalik semoga terhindar dari perbuatan seperti itu)

Sebenarnya jika ingin menuju ke pantai Karang Bolong sekarang bisa juga kalau kita mau lewat pantai Suwuk yang ada di Kebumen. Caranya yaitu nanti di ujung batas sebelah barat pantai Suwuk ada penyewaan kapal per orang 5000 rp bisa bolak balik. Tinggal pesan saja minta dijemput jam berapa, tuh kapal nanti bakanan menjemput kita. Namun jika gak mau cara ini kita juga bisa melewati pintu masuk Pantai Karang Bolong yang letaknya juga tidak jauh-jauh amat dari Pantai Suwuk.
Karena waktu itu hari menjelang sore kami memilih masuk melalui pintu masuk pantai Karang Bolong alias tidak naik perahu dari pantai Suwuk. Mungkin nih karena sore jadilah gak ada yang jaga dipintu masuk, kamipun bebas masuk tanpa bayar he3 ^_^ sebenernya di gardu tertulis tiket masuk perorang 5000 rp. Tapi ya sudah salahnya sendiri gak ada yang jaga.
20 meteran dari pintu masuk tiba-tiba mata ini melihat ada ular melintas dijalan, ularnya lumayan besar juga. Wusss gak sempat ngerem gak tau deh tuh kelindas roda kendaraan apa enggak. Saya coba melongok kebelakang, allhamdulillah bangkai ular gak ada disitu pasti nih ularnya selamat. Gak mau pikir yang macam-macam kamipun segera menuju ke pantainya. Tapi nih dasar pikiran "Jangan-jangan tuh ular Nyi Blorong deh" setelah kendaraan parkir saya pun ngecek jangan sampai tuh ular sembunyi dibawah kendaraan. Setelah kami rasa aman gak ada apa-apa kami pun langsung menikmati keindahan pantai Karang Bolong.
Pantainya tidak seluas pantai Suwuk, namun cukup indah menurut saya. Apalagi ditambah dengan karang-karang yang cukup menjorok ke bibir pantai menambah keindahan dari pantai Karang Bolong. Beberapa orang ada yang mancing di pinggir karang, katanya ikan disini banyak banget. Wah kalau suami tercinta ikut pastilah ia bakalan mancing juga secara hobbynya mancing. Allhamdulillah ia tidak ikut jadi gak perlu nemenin suami mancing ^_^

Puas lihat pantai akhirnya mata ini melihat sebuah karang yang bolong tembus sampai lihat perbatasan antara pantai karang bolong dan pantai Suwuk. Panjang karang yang bolong ini paling gak sampai 100 meteran. Karena hari menjelang sore tak banyak orang disana, jadi suasanyanya sedikit mencekam. Disana saya hanya lihat pasang muda mudi yang sedang pacaran. Saya hanya ambil beberapa foto kemudian coba mengamati daerah sekitar, jangan-jangan ada hal yang menarik yang bisa saya temui.

Dilangit-langit goa saya lihat ada orang'-orangan kecil yang tergantung diantara bambu. Saat melihatmya weeee serem amat ada boneka! "Jangan2 nih buat nakutin pengunjung kali ya" ucap saya. "Hussss itukan contoh cara orang ambil sangkar burung walet" ucap kakak menerangkan.

Setelah saya perhatikan wah bener juga ya? aduh ternyata susah banget untuk mendapatkan sangkar burung walet itu. Caranya adalah hanya dengan berbekal rotan dan juga tali maka orang-orang harus bergelantungan didalam karang yang bolong itu sambil mengambil sarang tersebut. Kalau tak hati-hati maka bakalan jatuh diantara karang dan bisa hanyut terbawa arus air laut. Pantas lah kalau harga sangkar burung walet mahal banget secara cara ngambilnya mesti bertarung nyawa masuk kedalam karang-karang yang bolong apalagi keadaan didalam gelap gulita hanya berbekal lampu senter.

Kebetulan saya bertemu dengan penduduk asli pantai Karang Bolong jadi punya kesempatan nanya-nanya tentang pantai ini. Katanya untuk panen burung walet di pantai ini banyak sekali ritual yang mesti dilaksanakan mulai dari nanggep wayang sampai kasih sesajen macam-macam buat penunggu tempat ini. Kalau tidak dilaksanakan ritualnya maka biasanya bakalan memakan korban jiwa. Biasanya ada aja yang jatuh kena karang-karang yang tajam di dalam rongga karang bolong ini.
Tapi tradisi seperti itu sudah tidak dilaksanakan lagi karena memerlukan dana yang cukup banyak belum lagi hasil dari sangkar burung walet yang hanya sedikit. Jadilah ritual ngunduh burung walet dihentikan. Saya yang denger manggut-manggut saja, wah tradisi yang mulai hilang nih, kalau sampai tidak di lestarikan kembali.
Namun tiba-tiba mata ini melihat sesuatu disudut celah-celah tebing karang saya lihat seonggok bangkai kepala kerbau yang sedang di grubunin lalat. Weeeeh masak ada bangkai nyasar ditempat ini sih?darimana tuh asalnya? atau jangan-jangan ada orang yang buang bangkai kepala kerbau disitu deh. Tapi masa iya ada orang yang buang bangkai kepala kerbau disitu? hiksss bukankah kepala kerbau biasanya di kubur? pertanyaan-pertanyaan yang bikin saya penasaran.

"Oh" ucap saya kaget "Ngapain ditaruh disitu?"
"Biasa lah bu?sesembahan atau sajen buat nyari pesugihan sama Nyi Blorong. Ada aja orang pingin cepet kaya minta pesugihan disini."
"Upssst. udah deh ms gak usah diteruskan." Terus terang ditempat seperti ini untuk menyebut namanya saja bikin saya gimana gitu he3. "Ceritanya nanti aja deh kalau udah keluar dari tempat ini"
Kamipun langsung menyingkir dari dalam karang yang bolong ini. Masih ada beberapa warung yang jualan udang goreng ditempat luar bibir karang yang bolong ini. 1 piring dihargai 5000 rp, udang memang lagi murah pantaslah kalau sak piring dikasih murah gitu ^_^.



Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI