Diskriminasi dan ketidaktoleranan terhadap kelompok budaya disebabkan oleh kurangnya kesadaran akan pentingnya kebhinekaan, baik di masyarakat umum maupun di institusi pendidikan. Â Pendidikan yang terlalu terfokus pada budaya dominan menyebabkan budaya lokal terpinggirkan dalam pembentukan identitas negara.
4. Kapasitas Kelembagaan dan Perencanaan Budaya
Banyak pemerintah daerah menghadapi kekurangan anggaran dan sumber daya manusia. Â Selain itu, kultur birokrasi dari atas ke bawah dan partisipasi publik yang rendah menghalangi masyarakat untuk membuat dan melakukan inisiatif budaya sendiri.
5. Krisis Karakter dan Pergeseran Nilai Moral
Ketahanan budaya nasional menjadi lebih lemah ketika modernisasi tidak diiringi dengan penguatan nilai-nilai dan karakter nasional. Â Pemahaman dan internalisasi nilai-nilai Pancasila semakin berkurangan, sehingga simbol-simbol nasional menjadi tidak relevan lagi dalam kehidupan masyarakat.
Adapun Strategi dalam Membangun Identitas Negara melalui Cultural Planning
1. Memetakan Warisan Budaya
Untuk membangun identitas negara, perencanaan budaya dimulai dengan pemetaan aset budaya, yaitu warisan fisik seperti situs sejarah, bangunan, dan artefak, serta warisan nonfisik seperti bahasa, tradisi dan seni. Selain itu, penting untuk dapat mengidentifikasi komunitas budaya yang menjaga dan menggerakkan nilai-nilai tersebut. Ini termasuk seniman, pelaku budaya, komunitas lokal, dan adat istiadat sebagai aktor penting dalam ekosistem budaya. Selama proses ini, penerimaan keberagaman budaya sangat penting.
2. Integrasi Budaya dalam Perencanaan Pembangunan
Hal ini mencakup berbagai upaya untuk memasukkan nilai-nilai dan identitas budaya ke dalam berbagai bidang, seperti perencanaan tata kota, pengembangan pariwisata, dan pembangunan infrastruktur. Dalam desain nasional perkotaan, identitas tercermin melalui arsitektur bangunan, tata ruang publik, dan juga seni jalanan yang mencerminkan kekhasan lokal. Metode ini tidak hanya memperkuat citra budaya tetapi juga menciptakan ruang hidup di mana masyarakat dapat membangun hubungan dengan warisan budayanya.
3. Penguatan Ekonomi Kreatif
Hal ini diciptakan melalui pertumbuhan industri budaya yang meliputi bidang-bidang kreatif seperti film, musik, desain, kuliner, fashion, dan seni pertunjukan. Terciptanya budaya yang dinamis dan relevan dengan zaman yang didorong oleh dukungan terhadap sektor-sektor ini. Dalam hal ekonomi, pemberdayaan UMKM berbasis budaya menjadi strategi penting untuk menjadikan produk lokal sebagai identitas nasional yang mampu bersaing di pasar global selain sebagai komoditas ekonomi. Selain itu, strategi ini mendukung ekspor budaya sebagai bentuk "soft power", yang di mana produk budaya digunakan untuk meningkatkan pengaruh dan citra negara di mata dunia. Ini adalah contoh bagaimana negara Korea Selatan berhasil melakukannya dengan K-Pop dan drama Korea, yang sekarang menjadi bagian dari diplomasi budaya modern.
Contoh kasus:
Seperti yang terjadi di Indonesia, beberapa kota di Indonesia menerapkan cultural planning untuk dapat menghidupkan kembali budaya lokal melalui pengembangan wisata dan pelestarian tempat-tempat bersejarah. Misalnya saja revitalisasi Kota Lama Semarang, yang di mana perencanaan budaya dilakukan melalui pelestarian arsitektur pada zaman kolonial dan penguatan komunitas kreatif lokal. Yang dulunya kota lama ini banyak bangunan yang rusak, lingkungan kotor dan sudut-sudut kota yang gelap. Kini Kota Lama Semarang ini menghadirkan banyak destinasi wisata sejarah dan budaya yang sering dikunjungi oleh banyak wisatawan.Â