Mohon tunggu...
Lala Lailla
Lala Lailla Mohon Tunggu... Senang membaca dan menulis

“Fill your paper with the breathings of your heart.” — William Wordsworth

Selanjutnya

Tutup

Diary

Antara Kurikulum dan Kenyataan: Jurus Menghadapi Gap di Kelas

27 April 2025   06:48 Diperbarui: 27 April 2025   09:17 72
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: foto pribadi

Siapapun yang pernah mengajar pasti paham: kurikulum itu ideal, siswa itu nyata. Kurikulum nasional dirancang dengan visi besar. Ada kompetensi, capaian, standar, dan target. Semuanya tampak rapi di atas kertas. Tapi di ruang kelas? Tidak semudah itu.Realita memperlihatkan ketimpangan yang sulit diabaikan. Siswa datang dari latar belakang sosial-ekonomi yang beragam. Ada yang belajar nyaman di rumah, ada pula yang harus membantu orang tuanya bekerja sepulang sekolah. Di satu kelas, kita bisa mendapati siswa dengan literasi tinggi, berdampingan dengan siswa yang masih kesulitan membaca.Sarana dan prasarana pun berbeda. Ada sekolah dengan fasilitas canggih, ada pula sekolah yang bahkan kekurangan meja dan kursi. Akibatnya? Guru terjebak di persimpangan: di satu sisi dituntut mengejar standar kurikulum, di sisi lain harus realistis menghadapi kondisi nyata siswa. 

Mengapa Gap Ini Terjadi?
Gap antara kurikulum dan kenyataan muncul karena banyak faktor, di antaranya:
Pertama, ketimpangan sumber daya. Tidak semua sekolah punya akses yang sama terhadap fasilitas belajar.
Kedua, perbedaan latar belakang keluarga: Dukungan orang tua berpengaruh besar terhadap kesiapan belajar siswa.
Ketiga, perbedaan gaya belajar: Kurikulum sering mengasumsikan satu model cocok untuk semua siswa, padahal kenyataannya beragam.
Keempat, tekanan administrasi guru kerap lebih sibuk menyusun laporan daripada fokus mengajar efektif.

Adapun dampak gap terhadap pembelajaran guru menjadi Stres karena harus menghadapi tekanan untuk mencapai standar sering bertentangan dengan kondisi riil di kelas, motivasi siswa pun menurun karena ketikatika pembelajaran terasa terlalu berat, siswa kehilangan semangat. Hal ini berdampak pada penurunan kualitas belajar. Akhirnya, pembelajaran hanya mengejar penyelesaian materi, bukan pemahaman mendalam.

Jurus Menghadapi Gap: Strategi Guru Adaptif
Meski tantangannya nyata, guru tetap bisa mengambil langkah nyata untuk menjembatani gap ini:
1. Fleksibilitas dalam Metode Mengajar
Kurikulum adalah panduan, bukan borgol. Guru perlu berani menyesuaikan metode, menggunakan teknik belajar aktif, pendekatan proyek, atau diskusi terbuka, sesuai kebutuhan siswa.
2. Prioritaskan Kompetensi Inti
Fokus pada keterampilan esensial. Misalnya, lebih penting siswa memahami konsep dasar matematika daripada menghafal rumus panjang.
3. Gunakan Diferensiasi Pembelajaran
Tidak semua siswa harus belajar dengan cara yang sama. Berikan tugas beragam, kombinasi visual, kinestetik, diskusi, atau eksperimen sederhana.
4. Membangun Koneksi Emosional
Hubungan yang kuat antara guru dan siswa mempercepat proses belajar. Siswa lebih mau berusaha ketika merasa dihargai dan dipahami.
5. Kolaborasi Antar Guru
Bertukar ide, berbagi pengalaman, dan saling mendukung antarguru memperkaya strategi mengajar. Pendidikan adalah kerja tim, bukan kerja sendirian.

Gap antara kurikulum dan kenyataan akan selalu ada. Tantangannya nyata, melelahkan, dan kadang membuat frustrasi. Tapi guru sejati tidak berhenti di sana. Dengan fleksibilitas, kreativitas, dan adaptasi, guru tetap bisa menciptakan ruang belajar yang hidup, bermakna, dan sesuai dengan kebutuhan nyata siswa. Karena pada akhirnya, pendidikan bukan tentang menuntaskan silabus. Pendidikan adalah tentang menumbuhkan manusia seutuhnya.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun