Perpustakaan sekolah adalah salah satu fasilitas penting yang mendukung proses belajar mengajar. Lebih dari sekedar tempat menyimpan buku, perpustakaan berfungsi sebagai pusat sumber belajar, tempat siswa bisa membaca, mencari informasi, mengerjakan tugas, hingga mengembangkan minat dan kemampuan literasi. Menurut Rahmah (2022), perpustakaan sekolah memiliki visi dan misi yang berfokus pada pemberian layanan terbaik serta pemenuhan kebutuhan setiap penggunanya. Di era Kurikulum Merdeka, peran perpustakaan menjadi semakin krusial karena mendorong siswa untuk aktif, mandiri, dan kreatif dalam mencari pengetahuan. Namun, dalam kenyataannya, tidak semua siswa memanfaatkan perpustakaan secara maksimal. Banyak perpustakaan sekolah yang justru sepi, bahkan nyaris tidak tersentuh. Penyebabnya mulai dari kurangnya daya tarik, citra perpustakaan yang terkesan membosankan, hingga kurangnya informasi tentang koleksi-koleksi dan layanan yang tersedia.
Oleh karena itu, dibutuhkan strategi promosi yang tidak hanya informatif, tetapi juga kreatif dan komunikatif. Menurut Gufroni (2022), promosi perpustakaan merupakan upaya untuk memperkenalkan seluruh aktivitas yang ada di dalamnya mulai dari fasilitas, jenis layanan, koleksi, hingga manfaat yang bisa diperoleh. Berbagai upaya promosi memang sudah dilakukan, misalnya melalui spanduk dengan slogan “Ayo ke Perpustakaan!” yang dipasang di lorong sekolah. Tapi, apakah hal itu cukup? Nyatanya, spanduk seperti itu seringkali hanya menjadi pajangan. Siswa melewatinya setiap hari tanpa benar-benar merasa tertarik untuk masuk. Ini menjadi sinyal bahwa promosi perpustakaan sekolah perlu lebih dari sekedar ajakan formal. Promosi perpustakaan membutuhkan pendekatan yang komunikatif, kreatif, dan sesuai dengan gaya komunikasi siswa masa kini.
Menurut As’ary (2023), tujuan dari promosi perpustakaan adalah untuk memengaruhi dan mendorong siswa-siswa agar mau memanfaatkan berbagai layanan dan fasilitas yang telah disediakan oleh perpustakaan. Selain menggunakan media spanduk, perpustakaan sekolah dapat mengganti strategi promosi perpustakaan sekolah dengan beberapa cara yang lebih efektif dan komunikatif yaitu:
1. Memanfaatkan teknologi dan sosial media
Para siswa di generasi saat ini sangat familiar dengan smartphone dan media sosial sehingga perpustakaan sekolah membutuhkan pendekatan yang sesuai dengan dunia mereka. Membuat akun media sosial mulai dari Instagram, TikTok, hingga YouTube perpustakaan bisa menjadi langkah sederhana namun membawa dampak yang besar. Di akun perpustakaan itu, pustakawan dapat membagikan konten seperti:
- Rekomendasi buku mingguan (Book of The Week)
- Video reels/TikTok yang berisi tentang spot favorit di perpustakaan dan review tentang buku favorit siswa
- Konten edukatif tentang cara mencari buku, tips membaca cepat, atau trivia literasi
- Melakukan live IG atau Q&A tentang layanan perpustakaan
2. Melibatkan siswa dalam kegiatan promosi
Promosi yang baik bukan hanya dilakukan oleh pustakawan atau guru tetapi juga bisa melibatkan siswa secara aktif. Misalnya:
- Membentuk duta literasi sekolah yang bertugas memperkenalkan layanan dan program perpustakaan
- Mengadakan lomba membuat poster atau video kreatif tentang pentingnya membaca dan manfaat perpustakaan
- Membuka kesempatan bagi siswa untuk menata sudut baca, memilih tema bulan literasi, atau membuat program “Menjadi Pustakawan Sehari” untuk siswa
3. Menata ulang ruang dan suasana perpustakaan
Promosi bukan hanya soal kata-kata tetapi juga tentang pengalaman. Jika ruangan perpustakaan terkesan gelap, penuh debu, dan kaku, maka promosi semenarik apapun akan sulit berhasil. Oleh karena itu, menata ruang perpustakaan menjadi lebih estetik, nyaman, dan Instagramable bisa menjadi strategi visual yang kuat. Hal ini dapat mengubah persepsi siswa tentang perpustakaan yang awalnya sebagai tempa membosankan menjadi ruang yang menyenangkan dan menjadi spot favorit siswa.
Contohnya:
- Membuat pojok baca tematik seperti “sudut fantasi”, “zona sains”, atau “ruang puisi”
- Menambahkan wall quote tentang literasi, tanaman hias, bean bag, dan meja belajar kelompok
- Memajang rekomendasi buku dilengkapi kartu ulasan buatan siswa
4. Kolaborasi dengan guru dan OSIS