Mohon tunggu...
Laela Sofrotun Nida
Laela Sofrotun Nida Mohon Tunggu... Guru - Santri Nurul Furqon - Mahasiswa Universitas Brawijaya

Hanya sekedar berbagi. Semoga bermanfaat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Gebetan Aja Dirayu, Apalagi Tuhan; Review Buku Seni Merayu Tuhan

6 Februari 2024   22:27 Diperbarui: 6 Februari 2024   22:46 119
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nah, masihkah bertanya-tanya apakah Tuhan perlu dirayu?

Logikanya saja jika kita hendak menginginkan 'seseorang' yang kita sukai saja perlu sebuah rayuan agar ia tertarik. Apalagi pada dzat yang  yang menciptakan makhluk seperti kita ini. 

Terkadang kita abai, ketika hendak bertemu doi, teman, atau rekan kerja aja sampai dandan yang cakep, pakai wewangian atau bahkan beli baju baru, tapi jika hendak bertemu Empunya alam raya ini, kita malah terkesan meremehkan. 

Coba deh kalau dipikir-pikir. Apa iya kita sampai hati jadi hamba yang se-kurang ajar itu?

Begitupula dalam berdoa, meminta dan bermunajat kepada-Nya. Tentu ada etika yang harus dijaga, ada tata cara yang tak semena-mena, perlu rayuan agar bisa meraih rahmat-Nya, sebab berdoa kepada Tuhan juga ada seninya. 

Kita seringkali sibuk menuntut Tuhan dengan banyaknya keinginan yang tak kunjung terkabulkan hingga lupa menuntut diri sendiri yang sering lalai menunaikan kewajiban. 


Jleb! Serasa tertampar!

Pada prinsipnya, seni merayu Tuhan adalah ber-ihsan. Ihsan itu, sebagaimana sabda nabi Muhammad Saw, "Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya. Jikalau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu." (hal. 17)


Tulisan-tulisan dalam buku ini banyak memberi pemahaman bahwa dalam beragama juga harus dilakukan dengan cinta, sehingga jika sudah 'cinta', tentu melakukan ibadah akan disertai dengan rasa ikhlas dan tulus. Oleh karena itu, dalam hal beribadah kita dijauhkan dari sikap sombong. Karena dengan ibadah, dapat menjadi rahmat untuk menuju pintu surga, dengan selalu melupakan kebaikan yang dilakukan dan mengingat dosa yang dilakukan, serta mengingat kebaikan orang lain dan melupakan dosanya.

Disini, juga digarisbawahi bahwa ibadah tidak melulu tentang ritual seperti sholat, puasa, dan lain sebagainya. Tapi juga ada istilah ibadah ghairu mahdhah sebagai ibadah tambahan. Segala yang kita lakukan selagi tidak dilarang oleh Tuhan bisa disebut ibadah jika setiap aktivitas diniatkan untuk ibadah. Seperti halnya berdagang, menulis, dan kegiatan sosial lainnya. 

Pun, dalam beragama harus dilakukan dengan akhlak. Bahwa Islam mengajarkan sesama umat manusia untuk tidak saling mengejek tetapi malah mengajak kepada kebaikan. Karena, fondasi islam adalah menciptakan kemaslahatan bagi semua, menciptakan kedamaian, dan kerukunan antar umat beragama. 

Dan dalam beragama juga harus disertai dengan menyadari keberagaman. Bahwa agama Islam selalu menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, ikatan tali silaturahmi dan mencegah pertumpahan darah, memberikan keamanan dan perlindungan serta menjaga harkat dan martabat saudara muslim. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun