"Wa'alaikumsalam nduk Aisyah, sini sini ada apa?" Tanya umik nyai.
"Ini umik, mau ngasih laptopnya Gus Umam yang kemarin rusak." Jawabku
"Ooo... Yaudah taruh meja sini aja nduk, Gus lagi di kamar, Ndak mau di temui, lagi PMS nduk." Terang Umik nyai sambil terkekeh.
"Oh nggeh mik. Mosok tiyang jaler PMS, mik." Jawabku seraya menahan tawa.
"Entahlah Gus mu itu, memang agak susah dibilangin". Jelas Umik.
"Oh nggeh sampun mik, kulo balik ke pondok dulu nggeh mik." Terangku ijin pamit.
Aku berpikir keras, mengapa Gus Umam marah dengan perjodohan itu. Apakah Gus benar-benar menolak keinginan keluarga Kyai ataukah Gus memang memiliki pilihannya tersendiri? Siapa sebenarnya wanita yang ada dihatinya Njenengan Gus? Apakah aku benar-benar kau letakkan di hatimu, atau hanya sekedar candaan yang cepat berlalu. Siapapun itu Gus, doa-doa kebaikan dariku akan selalu terpatri untuk Panjenengan. Seperti kata Sapardi Joko, Aku mencintaimu, oleh karena itu aku takkan berhenti mendoakanmu.
"Gus, aku sering mendoakanmu melebihi diriku sendiri, karena mendoakanmu sama saja artinya dengan mendoakan diriku, ketika aku mendoakan dirimu bahagia, dan dengan kehendak Tuhan kau dapat bahagia, meski bahkan bila kebahagiaan mu tidak lantaran doaku, aku akan tetap merasa kalau kebahagiaan mu berasal dr doaku, dan dengan itu aku berkeyakinan jika doaku diijabahi." Andai kau mendengar isi hatiku, Gus.