Mohon tunggu...
Laila Fitriana
Laila Fitriana Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa kura-kura - Peer Konselor

suka mikir tapi susah nulis.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Serba Salah Perempuan Korban Pemerkosaan

16 Januari 2023   17:33 Diperbarui: 5 Februari 2023   22:57 223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Matanya nanar menatap ganar ke arah semua orang tanda kebingungan. Telunjuk  orang-orang ikut mengadili apa yang seharusnya tidak terjadi. ia hanya bisa bungkam dalam kalut dan carut marutnya pikiran. 

"pergilah dari rumah ini! dasar perempuan murah tidak pernah menyenangkan orang tua! apa ini balasanmu terhadap kami selama ini?"

sambil terseok-seok ia menenteng tas sambil memegangi jabang bayi yang tengah ada di dalam perutnya.

______________________________________________________________________

Ini kisah teman saya. Ia menjadi korban tindakan pemerkosaan dalam perjalanan pulang seusai  bekerja. Ia diperkosa hingga hamil dan orang disekitarnya menyalahkannya atas kejadian ini. Apakah ia menginginkan peristiwa traumatik ini terjadi? tentunya tidak. Trauma akan peristiwa ini membuat jiwanya hampir hilang, di ujung keputusasaannya ia hampir saja mengakhiri hidupnya dengan mencoba berbagai cara. setelah melewati luka trauma yang belum usai mengering, ia harus menghadapi kenyataan pahit untuk yang kedua dari orang-orang di sekitarnya. Berharap mendapatkan empati dari keluarga terdekatnya, ia malah diancam diusir jika tidak mau menikah dengan pelaku yang telah memperkosanya. Setelah mengalami trauma akibat diperkosa, apakah menikahkan korban dengan pelaku bisa menjadikan korban pulih dari trauma?. Sederhananya, apakah orang-orang berpikir bahwa ia laki-laki yang baik dan penderitaan si korban ini akan berakhir apabila ia menikah dengan si laki-laki ini? ingat loh, dia ini korban atas kejahatan si pelaku.

Dari sepenggal cerita di atas, keputusan keluarganya untuk menikahkannya dengan sang pelaku tidak mungkin tidak terdasari oleh sesuatu. Stigma atau "cap"negatif yang didapat oleh korban juga mempunyai pengaruh pengambilan keputusan tersebut. Sering kali perempuan korban pemerkosaan serba salah atau dilema dalam bertindak. Ketika ia diam, ia menjadi bahan pembicaraan. Ketika ia dinikahi oleh laki-laki yang dicintainya, eh menjadi bahan omongan juga. Memilih tidak menikah, itu juga bukan solusi karena ia akan dicap negatif oleh orang lain. Dinikahkan dengan pelaku pemerkosaan? apakah itu jadi solusi terbaik?. Apakah mentalnya akan aman? apakah ia akan ikhlas dalam mendidik anaknya? apakah ia akan terbebas dari trauma terburuknya? apakah laki-laki itu akan berubah ? timbul banyak pertanyaan lagi setelah itu. 

(LAIL)

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun