Mohon tunggu...
Asaaro Lahagu
Asaaro Lahagu Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Isu

Warga biasa, tinggal di Jakarta. E-mail: lahagu@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Rusia Balas Tantang dengan Senjata Ini, Amerika Panik

24 Maret 2022   09:58 Diperbarui: 24 Maret 2022   10:18 1081
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Biden dan Putin (Kompas.com)

Putin memang sosok pemberani. Beberapa minggu sebelum menyerang Ukraina, Putin sudah diancam oleh para pemimpin Eropa Barat dan Amerika Serikat. Putin diancam bahwa kalau ia berani menyerang Ukraina, maka Rusia akan mengalami nasib naas mengerikan. Putin juga akan bisa lengser keprabon dan mencium tanah secara mengenaskan.

Dengan kata lain, jika dibahasa-kampungkan, maka ancaman negara-negara Barat tersebut kira-kira berbunyi. "Awas kau Putin ya. Jangan coba-coba serang Ukraina. Kampungmu Rusia akan kami ratakan dengan tanah dan menjadi abu. Kau sendiri Putin, akan dibogem mentah habis-habisan sampai kau kencing di celana dan merengek-rengek ketakutan bagaikan tikus di pojok ruangan". Bagaimana reaksi Putin?

Rupanya Putin tidak takut sama sekali. Buktinya Putin mengumumkan perang kepada Ukraina dan membalas acaman negara Barat dengan ngeri. Putin mengatakan bahwa jika negara Barat termasuk Amerika ikut campur pada perang di Ukraina, maka akan mengalami resiko tiada tanding nan mengerikan yang tidak pernah terjadi dalam sejarah.

Ancaman balik Putin itu kalau dibahasa-kampungkan kira-kira begini. "Hei... kalian para preman kampungan. Hanya berani keroyokan. Ini Om Vladimir Putin. Pemberani Kampung Rusia yang tidak punya rasa takut. Jika kalian berani ikut campur dan membela kampung Ukraina, maka kalian akan saya panggang bersama kampung kalian dan akan hangus secara mengerikan. Dan ini belum pernah kalian alami dalam sejarah. Coba kalau berani".

Lalu apa yang terjadi? Benar saja. Eropa Barat dan Amerika tidak berani berperang dengan Putin dan hanya berani mengenakan sanksi-sanksi. Dalam bahasa kampung, kira-kira berbunyi: "Kami tidak mau jual barang ke lu Putin. Duitmu yang ada pada kami, kami tahan. Barang-barang-barangmu, kami tidak mau beli. Kami tidak mau lagi berkawan dengan anda. Rasain".

Reaksi Putin tak kalah sadisnya. "Emangnya gue pikirin? Iran yang kalian isolasi saja selama ini masih tegak berdiri. Rusia, negara besar, kuat dan perkasa, lebih kuat dari Iran. Awas saja. Di musim dingin, saya akan matikan keran gas dan minyak saya ya. Biar kalian di Eropa sengsara kedinginan. Lihat saja nanti." Mendengar ini, Jerman langsung bergidik ketakutan.  Jerman butuh 40 persen gas Rusia dari total kebutuhannya.


Amerika Serikat yang bertindak sebagai pemimpin Preman Barat ternyata tidak mampu berbuat banyak untuk menghentikan Putin. Om Biden hanya berani mencap Putin sebagai seorang penjahat perang dan memutuskan bahwa militer Rusia telah sah melakukan melakukan kejahatan perang. Gelagat om Biden ini langsung dibaca sebagai sebuah tantangan oleh Rusia. Rusia pun menantang Amerika dengan sebuah pernyataan menohok.

Lewat pejabat di lingkar kekuasan Putin, Rusia dengan berani mengatakan bahwa mereka tidak mengesampingkan penggunaan bom nuklir dalam perang di Ukraina. Juru bicara Kremlin atau istana kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov mengatakan bahwa Rusia akan menggunakan senjata nuklir jika menghadapi "ancaman eksistensial."

Ancaman Rusia ini tidak main-main. Terbukti Putin sudah memerintahkan tentaranya agar bersiap siaga tinggi dalam perang nuklir. Pernyataan Rusia dan aksi mereka soal nuklir membuat Amerika kecut. Walaupun AS punya senjata nuklir, namun AS belum siap hancur-hancuran melawan Rusia.

Ditanya tentang pernyataan Peskov tersebut, dan sikap nuklir Rusia secara lebih luas, juru bicara Departemen Pertahanan Amerika Serikat atau Pentagon, John Kirby menyebut retorika Moskow tentang potensi penggunaan senjata nuklir itu "berbahaya."
"Itu bukan cara yang seharusnya dilakukan oleh kekuatan nuklir yang bertanggung jawab," katanya kepada wartawan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun