Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Nikmat Allah Begitu Banyak Ya!

23 Juni 2022   23:12 Diperbarui: 23 Juni 2022   23:30 316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar oleh Prithpal Bhatia dari Pixabay

Oleh : Muhammad Ihsan Shod22

Pada suatu hari ada tim wawancara dari stasiun tv Arab yang terdiri dari beberapa kamerawan dan reporter, mereka pergi ke daerah terpencil Arab  bagian selatan dengan menggunakan beberapa mobil, tujuannya untuk mewawancarai seorang pemuda hafiz Al-Qur'an bernama Mu'adz. Dia seorang pemuda yang kedua matanya buta.

Setiba di sana, mereka disambut hangat oleh keluarga Mu'adz dan para tetangga Mu'adz. Beberapa menit kemudian, acara wawancara siap dimulai dengan di awali kata pembukaan dari reporter.

"Hari ini, kita telah melakukan perjalanan panjang dan melelahkan, akan tetapi segala rasa lelah terbayarkan dengan datang ke tempat ini, kita sekarang berada di Provinsi Syarqiyyah di Jazirah Sa'adah," kata repoter sambil melihat penonton dan kru, kemudian pandangan repoter pindah ke Mu'adz dengan menanyakan kabarnya. "Bagaimana kabar Anda, Syaikh Mu'adz? Bagaimana kabar Anda, Ya Habibi?"

Lalu Mu'adz menjawabnya dengan senyuman yang indah, "Alhamdulillah."

"Anda sekarang berada di Jazirah Sa'adah dan saya merasakan sa'adah (bahagia dalam bahasa arab) sekarang karena bisa duduk bersama Anda. Baik, Syaikh Mu'adz coba ceritakan mengenai kisah Anda bersama Al-Qur'an. Anda memulainya sejak umur enam tahun, bagaimana awal mula ceritanya?"tanya reporter ke Mu'adz dengan diiringi rasa penasaran.

"Demi Allah SWT, aku memulainya dengan perjalanan yang sangat berat. Akan tetapi, saya tahu bahwa pada akhirnya akan menjadi menyenangkan dan di hari akhir insyaallah akan menjadi syafa'at bagi saya. Maka demikian, ayah dan ibu mendidik saya dengan penuh kesabaran dan saya mencoba bersabar menghadapi setiap kesulitan," jawaban Mu'adz yang penuh percaya diri dan tenang, damai didengar oleh siapapun.

Kemudian reporter menanyakan pendapat dari sang ibu.

"Saya  mengawasinya, seringkali saya melihat dirinya lelah karena pagi hari dia pergi sekolah, selepas pulang dia langsung mengikuti pelajaran Al-Qur'an (dauroh hafiz), saya pernah mendapati keluhan Mu'adz, 'Ibu, saya sangat lelah!' Saya berkata, 'Mulailah dengan Al-Quran. Insyaallah rasa letih akan hilang'," jawab sang ibu.

Kemudian reporter beralih ke ayah Mu'adz. Reporter menanyakan hal yang sama, lalu sang ayah menjawab, "Kami menemui Syaikh Jamal Sa'id Dhib di Kota Zagazig  dan jarak antara rumah ke tempat dauroh 10 hingga 12 km. Sepanjang perjalanan, saya menyimak hafalan Mu'adz dengan bantuan selembar kertas yang saya tempel di depan kaca motor. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun