Deg..
"Suara siapa?" Tanyaku dengan memastikan
Semuanya menertawakanku. Ah, sudahlah bagiku itu angin lalu, mungkin namanya sama bukan dia.
Tidak.. kenapa dengan diriku ini. Ya Tuhan, bertanda apa ini?
Beberapa hari yang lalu aku sering mendengar lantunan suara itu di kala hujan menyapa bumi dan juga di kala hatiku mendung. Dan ketika suatu hari aku tak mendengar lantunan dan suara itu, tetapi Allah masih mengizinkanku mendengarnya di Masjid Ar-Rahman di perbatasan kota di kala aku dan teman-teman terjebak hujan lebat.
***
"Salwa?" Ummi memangilku dari lantai bawah untuk bergegas turun ke lantai bawah. Entahlah aku mendengar suara itu, tapi duniaku masih gelap. Ya, aku masih bergelut dengan bantal guling di balik selimut.
Aku mendengar knop pintu kamarku bergerak.
"Salwa?" Ya, itu suara Mas Jiyad.
"Iya, Mas." Aku menjawab tanpa sedikit pun berniat untuk bangun.
"Dosen skripsimu di lantai bawah, turun ya Dek."