Mohon tunggu...
Komunitas Lagi Nulis
Komunitas Lagi Nulis Mohon Tunggu... Penulis - Komunitas menulis

Komunitas Penulis Muda Tanah Air dari Seluruh Dunia. Memiliki Visi Untuk Menyebarkan Virus Semangat Menulis Kepada Seluruh Pemuda Indonesia. Semua Tulisan Ini Ditulis Oleh Anggota Komunitas LagiNulis.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Cinta Seorang Gadis

3 April 2019   23:00 Diperbarui: 3 April 2019   23:25 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Oleh: Devita

Di nasi sisa kemarin yang dulunya masih bisa dimakan. Aku mengenali dia sebagai pemuda jantan jago bermain kuda. Ku dapati dia sedang menari bersama kudanya di tepi bukit Tubies.

Gaya kuda berponi dan berambut panjang jingga itu. Berhasil membuatku terpana pada pandangan pertama. Rambut kudanya mengingatkanku akan indahnya matahari yang tak lagi bertugas. Peran bulan mulai muncul bersama bintang di langit yang perlahan menggelap.

Aku berkicau di pagi buta saat melihatnya menunggangi kuda berponi jingga. Ku ingin melangkah mendekati pemuda tersebut. Mengepakkan sayap burung kutilang, aku menghampirinya. Bersua bahwa aku siap siaga di sampingnya bukan di belakang. Karena jika aku di belakang aku takkan pernah bisa terlihat. Dan jika aku di depan aku tidak akan pernah bisa menggenggam erat tangannya.

Tapi di suatu siang saat nasi sisa kemarin tak tersentuh. Ku dapati dia sedang bersenda gurau bersama orang lain di sampingnya. Posisi yang seharusnya ku tapaki kini lenyap oleh jejak orang lain. Patung, diam seperti patung yang bisa ku lakukan.

Air yang harusnya turun karena awan sudah tak sanggup menampungnya lagi. Kini turun dari mataku yang sudah tak sanggup membendung kedukaan hati yang hancur tertimpa berjuta ton padi yang gagal panen.

Aku merintih kesakitan di ruang sendu yang dingin dan sunyi. Menggelap begitu cepat sampai ku tak sanggup melihat titik cahaya semut yang perlahan berjalan dan menghilang.

Kini ketika nasi sisa kemarin harus berakhir di tong sampah. Aku mengarungi samudra sendirian tanpa teman. Mendayung sampan di perahu kecil impian. Berkhayal suatu saat nanti akan di pertemukan dengan kesatria gagah berani penunggang garuda yang perkasa. Bukan lagi pemuda jantan jago bermain kuda.
~tamat

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun