Mohon tunggu...
Maria Fauzi
Maria Fauzi Mohon Tunggu... -

I am a mother. The student of universe. Love to read and write. Always impressed with the beauty of nature. And very excited to learn and know about other cultures.\r\n\r\nJabat erat !

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Saya dan Seorang Yahudi

19 Februari 2016   09:56 Diperbarui: 19 Februari 2016   10:28 839
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

***

Datang dari berbagai latar belakang yang berbeda membuat saya terkesan dengan kelas kami. Tidak hanya Moran, suatu ketika, Irina, yang beragama Orthodox bertanya kepada saya tentang jilbab. Dia berasal dari Moldova, negeri kecil yang berada di Eropa Timur berdekatan dengan Rumania dan Ukraina. Dalam hidupnya di Moldova, dia pernah menjumpai wanita berjilbab hanya dua kali. Itupun lewat televisi.

Dia bercerita bagaimana pertama kalinya dia melihat wanita berkerudung bergaya Arab Maroko di sebuah drama. Kesan pertama dia baik. Wanita Maroko yang diceritakan di film tersebut terlihat menawan, modis dan anggun. Namun, kesan selanjutnya tentang wanita berjilbab bagi Irina berubah, ketika mendengar beberapa media yang mengulas tentang aksi terorisme di berbagai negara. Dari pengalaman inilah kemudian Irina bertanya kepada saya tentang jilbab sembari memegang ujung jilbab saya. Pertanyaannya cukup panjang, dan membuat saya berpikir bagaimana jawaban yang tepat untuk seorang Irina, yang sama sekali tidak tau tentang Islam, dan dunia Muslim pada umumnya.

Tidak mudah bagi saya menjawab pertanyaan itu. Karena tidak mungkin saya harus memberikan penjelasan panjang lebar seperti mau kuliah. Singkatnya, saya hanya bisa menjawab sekilas yang kira-kira mempunyai makna seperti ini.

“Well, in Islam there are some opinions related to the headscarf. Some of them believe that it is a part of religious order. Other than that, they believe that headscarf is merely religious tradition. Using headscarf is a matter of believe, I would say”.

Dia mulai mencerna beberapa kalimat yang keluar dari mulut saya, hingga pada akhirnya dia mulai sadar tidak semua yang diberitakan media adalah gambaran dari seluruh umat Muslim. Irina kemudian bercerita tentang tradisi yang dia yakini sebagai seorang penganut Kristen Orthodox. Saya, dengan antusias mendengarkan dan sesekali melontarkan cerita tentang kultur yang ada di Indonesia.

***

Pertemuan saya dengan ‘yang lain’ inilah yang kemudian semakin memberikan makna tersendiri tentang mereka yang ada ‘diluar’ kehidupan kita.  Mereka yang mempunyai agama, kultur dan budaya yang berbeda. Pertemuan ini bukan untuk saling mencemooh, karena mereka bukan Muslim, bukan juga karena mereka dari Israel yang sering mendapatkan kecaman negatif atau beragama Kristen Orthodox. Nilai universalitas Islam ada di semua agama. Saling menghargai semua agama, ras, golongan adalah sikap yang tepat di tengah keberagaman penduduk dunia. Semakin kita berkenalan dengan ‘yang lain’, saya rasa semakin kita dapat menghargai perbedaan. Sebuah langkah awal untuk mencapai cita-cita mulia, yaitu hidup secara harmonis.

Saya semakin sadar, bahwa berbagi cerita dengan orang-orang di sekitar kita, baik non-Muslim, non-Sunni, atau non-non yang lainnya akan membawa kita kepada sebuah pemahaman nyata bahwa mereka juga manusia. Tell your stories, keep listening and see the human !. Mungkin ini merupakan cara yang tepat bagaimana kita seharusnya memandang dan bersikap kepada sesama manusia.

 

Maria Fauzi, 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun