Mohon tunggu...
Cerpen

Celengan Kasih Sayang

20 Maret 2017   10:41 Diperbarui: 20 Maret 2017   10:56 320
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Ayya adalah seorang gadis SMA. Dia memiliki seorang adik perempuan, Arra, yang bersekolah di Sekolah Dasar. Orangtua Ayya bukan orang kantoran yang selalu memakai jas dan berdasi saat bekerja, dimana tiap bulannya atau bahkan tiap harinya selalu mendapat gaji yang bisa dibilang lumayan besar. Keluarga Ayya bukanlah sebuah keluarga yang ‘wah’, dimana semua keinginan dapat dibeli.

Meski bisa disebut bahwa kehidupannya cukup terpenuhi, Ayya tidak pernah meminta hal yang muluk-muluk kepada orang tuanya, terutama pada ibunya. Sewaktu kecil, dia selalu menyisihkan uang sakunya untuk ditabung. Walau pada umumnya anak kecil selalu menginginkan ini dan itu, berbeda halnya dengan Ayya yang memiliki pemikiran cukup unik bagi anak seumurannya.

“Ayya, maafkan ibu ya, nak. Ibu tidak bisa mengantar Ayya sekolah,” kata Ibu dengan nada yang sedikit kecewa.

“Tak apa, Bu. Ayya bisa berangkat bersama teman-teman lainnya,” sahut Ayya. “Tak masalah jika Ayya harus jalan kaki,” tambahnya.

Ibu tak pernah lupa untuk memberi uang saku pada Ayya karena takut jika dia tidak mau sekolah seperti anak-anak lainnya. Tidak sedikit anak kecil yang menolak untuk masuk sekolah karena tidak diberi uang saku atau bahkan uang saku yang kurang.

“Meski Ibu tidak bisa mengantarku sekolah, aku harus tetap bersemangat. Karena cita-citaku menjadi dokter, aku harus pintar dan lebih hebat dari Ibu!” seru Ayya dalam hati.

“Ini uang sakunya, ya, Ayya. Ibu akan pulang terlambat sore ini karena ada pelatihan. Ayya jangan kemana-mana, ya. Di rumah saja dengan kakek-nenek,” kata Ibu. “Ibu sudah menambahkan uang jajan Ayya untuk nanti setelah pulang sekolah pada nenek,” tambah Ibu.

"Iya, Bu. Ayya tidak akan bermain keluar rumah hari ini. Ayya juga ingat dengan pesan Ibu untuk tidak membeli mainan menggunakan uang jajan,” tutur Ayya dengan lembut.

Ayya mengamati Ibunya saat pergi bekerja dengan hati yang sedih. Ia berpikir bahwa saat itu jika ia sering menabung, dirinya akan menjadi kaya dan bisa membantu Ibunya mencari uang. Dia tidak ingin melihat Ibunya lelah setiap harinya. Tetapi, Ibu juga selalu mengajarkan untuk tidak menghambur-hamburkan uang karena mencari uang itu tidak mudah. Ayya pernah terpikir bagaimana lelahnya sang Ibu mencari uang untuk membelikan kebutuhan dirinya dan keluarganya.

“Ibu selalu memberiku uang saku sebelum berangkat sekolah. Aku bahkan tidak bisa merasakan lelahnya Ibu dan hanya bisa menerima pemberiannya. Mengapa aku tidak bisa membantu dan meringankan bebannya?” pikir Ayya dengan sedikit kecewa karena dirinya sendiri.

Bahkan seorang anak kecil seperti Ayya bisa berpikir untuk meringankan beban orang tuanya. Ayya tidak ingin melihat orang tuanya kelelahan karena harus memenuhi kebutuhan dirinya dan keluarganya secara bersamaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun