Mohon tunggu...
Laela Nurhayati
Laela Nurhayati Mohon Tunggu... Guru - Praktisi PAUD

Ibu Rumah Tangga, Guru PAUD, Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penataan Lingkungan Main Sesuai dengan Karakteristik Anak Usia Dini

30 Maret 2022   06:26 Diperbarui: 30 Maret 2022   06:41 2976
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak usia dini adalah anak yang berada di rentang usia 0-6 tahun dengan segala potensi yang harus terus dikuatkan hingga mengkristal menjadi karakter yang baik, yang kelak akan menjadi modal anak dalam menjalani hidupnya dimasa yang akan datang. Bagaimana kesiapan ini akan terus dikembangkan oleh orang dewasa di sekitarnya baik guru atau orang tua sehingga tumbuh kembang anak akan maksimal, sebagaimana di kukuhkan oleh Penelitian yang di lakukan oleh (Pratiwi, 2017).      

Periode emas seorang manusia adalah periode yang paling krusial dari seluruh periode hidupnya. Sejak masa konsepsi yaitu sejak janin masih berada dalam kandungan hingga lahir dan berumur 6 tahun, merupakan masa fondasi pembentukan kecerdasan dan karakter seseorang yang menjadi bekal di masa-masa selanjutnya. Untuk membentuk generasi yang berkualitas tingi, dibutuhkan orang dewasa yang benar-benar berupaya memanfaatkan 6 tahun pertama tersebut untuk menstimulasi anak-anaknya secara optimal. Tak kalah pentingnya dukungan penuh dari lingkungan luar keluarga, mulai dari masyarakat sekitar hingga dukungan Pemerintah dalam memfasilitasi tumbuh kembanga anak pada masa ini. (Uce, 2017).              

Bermain adalah fitrah anak usia dini. Bermain dan belajar merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan. Melalui bermain, anak belajar untuk memahami dunia di sekitarnya. Oleh karena itu, kegiatan pembelajaran anak usia dini haruslah melalui bermain. Kegiatan bermain tersebut haruslah memiliki tujuan yang jelas sehingga kegiatan tersebut dapat secara efektif menanamkan nilai agama budi pekerti, menguatkan jati diri anak sebagai bagian dari komunitasnya, serta menguatkan kemampuan literasi dan dasar-dasar sains teknologi rekayasa matematika seni, sehingga anak memiliki pondasi yang lebih kuat untuk memahami dunia dan berkeinginan untuk terus mengembangkan potensinya. Agar guru dapat memfasilitasi anak dalam pembelajaran berdiferensiasi melalui bermainnya, maka guru dapat melakukan refleksi atas kegiatan main yang telah dilakukan anak, yang kemudian akan dijadikan dasar perencanaan selanjutnya.

Bermain adalah kegiatan yang paling disukai anak usia dini, mulai dari bangun tidur hingga tidur lagi, sebagian besar waktu digunakan untuk bermain. Dengan dukungan guru saat bermain, maka seluruh potensi perkembangan anak baik nilai agama dan moral, fisik motoric, kognitif, bahasa, social emosional dan seni nya terus terstimulasi. Proses bermain yang menyenangkan secara bertahap dengan terus menerus dapat meningkat perkembangan anak dengan pesat. Anak akan menemukan sendiri apa sebenarnya masalah  dan solusi mainnya. (Pratiwi, 2017).

Dukungan guru dan orang tua melalui stimulasi berkesinambungan sesuai pola Perkembangan usia dengan kecepetan yang berbeda antar individunya akan terus meningkatkan capaian perkembangan secara maksimal. Seluruh aspek perkembangannya distimulasi sehingga seluruh rangkaian tatanan otaknya tersambung maksimal, sehingga menjadi anak yang memiliki system perilaku sebaik-baiknya manusia. Hal ini sejalan dengan disampaikan  oleh (Idris, 2016) bahwa setiap anak usia dini memiliki karakteristik yang tidak sama dan memiliki keunikan, baik secara jasmani maupun rohani, interaksi dan budi pekerti.        

Dukungan yang terbaik adalah dukungan yang diberikan sesuai dengan karakteristik anak. Dengan memahami karakteristik perkembangan anak usia dini maka guru maupun orang tua dapat memfasilitasi stimulasi  perkembangan anak dengan menyenangkan dan tanpa ada paksaan. Stimulasi yang diberikan bukan hanya dilakukan berdasarkan  kehendak pribadi  orang tua dan guru, tetapi bagaimana stimulsi di berikan pada anak mengikuti tonggak perkembangan sebelumnya, yang bertahap ditingkatkan sesuai potensi anak. (Khairi, 2018).                                                                                                

Dukungan tempat main anak usia dini bermain yang juga sekaligus menjadi guru ketiga yang akan menuntun anak menemukan pengetahuan baru, memulai rangkain uji ralat dalam rangkaian main yang menstimulasi pergerakan anak, kreativitas, berpikir kritis, bermain simbolis, cipta bentuk,sehingga anak terus menemukan hal-hal yang belum pernah ia temukan disebelumnya melalui kegiatan bermainnya. Banyak hal yang dapat anak amati baik konsep keaksaraan, hitungan, bentuk geometri, bangun geometri, dari bentuk bangun ruang serta banyak lagi pengetahuan lain melalui bermain  yang ia jelajahi. (Mariyana, n.d.-a)

Secara berkesinambungan tempat bermain anak di luar ruangan akan saling menguatkan dengan tempat mainnya di dalam ruangan. Tataan tempat main di luar ruangan juga butuh benar-benar disesuaikan dengan karakteristik anak dengan beragam multiple intelligencesnya. Sehingga setiap anak akan merasa nyaman dan dapat menemukan beragam hal baru saat bermain di luar ruangan, Sehingga pada akhirnya bagaimana anak ini dapat menaklukan lingkungannya akan menjadi bekalnya dimasa yang akan datang. (Mariyana & Setiasih, 2018).

Tempat main yang sesuai dengan karakteristik, minat dan kebutuhan anak haruslah memahami bagaimana prisip penataan tempat mainnya. Mulai dari pemilihan alat main dan bahan main yang mendukung, kontra dan asesoris terkait topik bahasan butuh disiapkan guru. Tataan tempat main yang menyesuaikan letak mebeler serta tataan alat dan bahan yang mudah dijangkau, menarik dan bersih, selain itu tempat main juga butuh memperhatikan protokoler kesehatan bagi setiap anaknya, tempat main juga disusun sehingga memudahkan anak menyusun kembali alat dan bahan yang telah ia gunakan saat bermain. (Mariyana & Setiasih, 2018)

Untuk anak yang usianya lebih kecil tataan bermain dibuat lebih fleksibel dan tidak banyak mebeler yang menggangu pergerakannya yang masih aktif.  Bermain di ubin menjadi salah satu solusinya, baik menggunakan alas duduk maupun tidak. Beberapa rambu-rambu bermain dapat ditempelkan di setiap tempat mainnya selain penamaan area mainnya.  Dengan symbol dan keaksaaraan membuat anak memahami apa saja yang dapat ia mainkan di setiap area yang berbeda sesuai dengan minat anak. (Mariyana, n.d.-a)

Pendidik menjadi ujung tombak dalam memfasilitasi anak. Bukan hanya bagaimana memberi dukungan main berupa kalimat motivasi dan inspiratif, tetapi juga bagaimana menata tempat main anak. Tempat main anak adalah guru ketiga bagi anak. Pendidik harus dapat memfasilitasi beragam bentuk tataan tempat main yang sesuai dengan keragaman minat, kebutuhan dan potensi anak. Tataan lingkungan main yang dapat memfasilitasi anak berinteraksi dengan beragam karakteristik temannya, memperhitungkan kenyamanan dan keamanan peserta didiknya dengan memperhitungkan jumlah tempat main, disesuaikan dengan ketersediaan alat dan  bahan main, serta strategi bermain individual atau kelompok yang memfasilitasi keterbatasan alat dan bahan main pada anak usia dini. Semua ini butuh strategi dan perencanaan matang sehingga bagaimana tataan lingkungan main bukan hanya memaksimalkan pengetahuan tetapi juga bagaimana keterampilan dan sikap peserta didik terus terasah secara maksimal hingga menjadi karakter yang  mengkristal. (Munawar, 2013)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun