Flobamora adalah akronim bagi segugus kepulauan di bagian Selatan Indonesia dengan 3 pulau induk, Flores, Sumba, dan Timor yang diapit oleh puluhan pulau kecil di sekitarnya seperti Sabu, Rote, Semau, Alor, Pantar, Lembata. Adonara, Solor, Ende, PaluE,Pamana, Koja,Rinca, Komodo, dan lain-lain. Gugusan kepulauan tersebut, dalam konteks admnistrasi wilayah pemerintahan dan geopolitik Indonesia sejak tahun 1958 digabungkan dalam suatu daerah propinsi yang dikenal dengan sebutan Nusa Tenggara Timur (NTT)
Masyarakat di kepulauan itu terdiri dari beragam etnis, suku, budaya, dan agama. Konon, mereka terikat oleh suatu tali bathin kebersamaan dan persaudaraan yang kerap muncul dalam berbagai sebutan seperti: Orang Timor, Sunda Kecil, Orang NTT, dan juga Flobamora
Salah satu jejak awal munculnya tali bathin persaudaraan flobamora tersebut barangkali bisa dirunut ke masa revolusi, yaitu saat republik ini tengah bergulat mempertahankan eksistensi dan kemerdekaannya, setengah abad silam. Adalah Herman Johannes, putera bumi sasando Rote, ahli mesiu dan persenjataan, rekan se-almamater Bung Karno, sang proklamator bangsa Indonesia di Sekolah Teknik Bandung pada tahun 40-an. Tokoh pejuang intelektual religius inilah yang berinisiatif mengorganisir para pemuda pelajar asal Flores, Sumba, dan Timor di Jogya dalam suatu kelompok perjuangan pro-kemerdekaan RI yaitu Gerakan Rakyat Indonesia Sunda Kecil (GRISK) dengan sayap militan yang terkenal dengan nama Laskar Sunda Kecil/Batalion Paraja TNI untuk memanggul senjata melawan Belanda. Konon, para pemuda pelajar itu, semasa revolusi hidup bersama sepondokan, sekasur, sedapur, sesumur, dalam ikatan tali bathin persaudaraan yang amat kental. Mereka itu antara lain: Herman Johannes, Jos Kodiowa, Daud Kellah, Amos Pah, Is Tibuludji, Benjamin PandiE, Eltari, Frans Seda, Laurens Say, Paulus Wangge, Silvester Fernandes, Dion Lamury, Herman Fernandez, dan masih banyak lagi……”terimakasih paitua atas spirit dan semangat flobamora yang pernah paitua dong ciptakan itu…”
Keikutsertaan Laskar Sunda Kecil untuk mempertahankan NKRI semasa revolusi tersebut sarat dengan romantisme perjuangan serta pengorbanan bahkan nyawa sebagai taruhan. Perjuangan tersebut pertama-tama merupakan representasi pembuktian sekaligus keyakinan diri yang teguh (basic of self-confindence) bahwa flobamora sesungguhnya merupakan anak kandung sah sekaligus pemegang saham dari republik ini.
Selesai berjuang di medan perang, sebagian eks anggota Laskar Sunda Kecil itu kembali ke kampung halamannya dan bersama segenap anak negeri flobamora lainnya mulai mengisi kemerdekaan dengan berbagai kegiatan pembangunan. Di masa-masa itu mereka tetap konsisten menjaga dan menjiwai spirit nasionalisme maupun semangat kebersamaan dan romantisme flobamora yang telah terbentuk di Jokya. Ternyata Sikap dan perilaku mereka tersebut menjalar mempengaruhi masyarakat flobamora kala itu dalam berhubungan satu sama lain. Di masa lalu sungguh masih dapat disaksikan kemesraan hubungan antar sesama anak flobamora.
Martinus Laba Uung
Mahasiswa Lulusan Program Pascasarjana Universitas Esa Unggul