Mohon tunggu...
LA2KP
LA2KP Mohon Tunggu... Mahasiswa - Lembaga Analisis dan Advokasi Kebijakan Publik UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Lembaga Analisis dan Advokasi Kebijakan Publik (LA2KP) merupakan sub unit jurusan Administrasi Publik FISIP UIN Sunan Gunung Djati Bandung yang diresmikan pada tahun 2019 yang bergerak dalam mengkaji isu-isu terkini yang berkaitan dengan kebijakan publik, memberikan pelatihan dan advokasi kebijakan, serta melakukan riset dan analisis yang bekerjasama dengan lembaga ataupun instansi pemerintahan.

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Nilai Rupiah Lemah? Mengapa Bisa Terjadi

2 Mei 2024   17:40 Diperbarui: 2 Mei 2024   17:44 125
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Kurs Rupiah  dikabarkan terus menurun. Pada hari Rabu, 24 April 2024, Nilai mata uang Rupiah berada di angka Rp.16.115 per USD. Selanjutnya pada perdagangan hari Kamis, 25 April 2024, nilai mata uang Rupiah Kembali turun menjadi Rp.16.187 per USD. Nilai rupiah lagi-lagi mengalami penurunan sebesar 22 poin pada hari Jumat, 26 April 2024 di angka Rp.16.210 per USD. Angka tersebut sudah mendekati kurs rupiah saat krisis moneter 1998 lalu, yaitu berada pada angka 16.900 per USD.

Hal ini dilatarbelakangi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah kebijakan moneter yang agresif di negara maju. Penaikan suku bunga yang diterapkan oleh negara maju tersebut mendorong para investor untuk memindahkan modalnya agar mendapatkan keuntungan yang lebih besar. Hal ini berdampak pada penurunan permintaan terhadap mata uang lokal dan penurunan nilainya. Faktor kedua yaitu menurunnya Aktivitas Perdagangan Ekspor dan Impor. Ketika volume ekspor menurun, itu berarti permintaan rupiah dari pembeli asing juga menurun. Di sisi lain jika volume impor meningkat, maka pasokan rupiah di pasar global juga meningkat karena banyak orang menukar nilai rupiah menjadi mata uang asing untuk membayar impor. Kedua situasi tersebut sama sama menyebabkan pelemahan rupiah.

Faktor lainnya yaitu diferensiasi inflasi, diferensiasi suku bunga, defisit akun lancar, utang public, regulasi perdagangan dan stabilitas politik dan ekonomi. Jika tingkat inflasi di Indonesia lebih tinggi daripada di negara lain, hal itu dapat menyebabkan penurunan nilai Rupiah. Begitu pula jika suku bunga di Indonesia lebih rendah daripada di negara lain, hal itu dapat menyebabkan aliran modal keluar dan dengan demikian penurunan nilai Rupiah. Defisit transaksi berjalan, utang publik yang tinggi, regulasi perdagangan yang tidak menguntungkan, dan ketidakstabilan politik dan ekonomi juga dapat berkontribusi pada pelemahan Rupiah.

Pelemahan nilai rupiah terhadap mata uang asing sendiri adalah persoalan yang tidak bisa diabaikan dan memiliki dampak yang luas terhadap kehidupan ekonomi masyarakat Indonesia. Hal ini tidak hanya memperhatikan para pelaku bisnis dan investor, tetapi juga secara langsung memengaruhi konsumen melalui kenaikan harga barang impor dan biaya pinjaman yang meningkat. Defisit neraca perdagangan menjadi salah satu penyebab utama pelemahan nilai rupiah, yang terjadi ketika jumlah impor melebihi ekspor, sehingga meningkatkan permintaan terhadap mata uang asing dan mengurangi nilai tukar rupiah. Selain itu, faktor eksternal seperti kondisi ekonomi global dan ketidakpastian politik juga turut berkontribusi dalam melemahkan nilai rupiah.

Dalam menghadapi tantangan ini, campur tangan bank sentral menjadi krusial untuk menjaga stabilitas nilai tukar. Namun, campur tangan tersebut harus didukung oleh kebijakan yang tepat agar tidak menimbulkan dampak negatif terhadap nilai rupiah. Perlu langkah-langkah konkret untuk mengatasi ketidakpastian politik dan ekonomi yang dapat menimbulkan ketidakpercayaan investor. Dampak dari pelemahan nilai rupiah sangat dirasakan oleh masyarakat melalui kenaikan harga barang impor dan biaya pinjaman yang meningkat. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah yang komprehensif dan terkoordinasi antara pemerintah dan bank sentral. Kebijakan fiskal yang tepat, reformasi struktural, peningkatan investasi, dan transparansi dalam pengelolaan kebijakan ekonomi dan keuangan negara menjadi langkah-langkah yang perlu diambil untuk menjaga stabilitas nilai tukar mata uang dan mencapai pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Untuk menguatkan kembali nilai rupiah, beberapa kebijakan yang perlu diambil antara lain stabilisasi neraca perdagangan, implementasi kebijakan moneter yang konsisten, stimulus fiskal yang terkoordinasi, diversifikasi ekonomi, peningkatan kerjasama internasional, transparansi dan tata kelola pemerintahan yang lebih baik, penguatan sektor keuangan, serta edukasi dan pemberdayaan masyarakat ekonomi. Kombinasi dari kebijakan-kebijakan ini, jika diterapkan dengan hati-hati dan terkoordinasi, dapat membantu Indonesia mengatasi tantangan pelemahan nilai tukar rupiah dan membangun fondasi yang lebih kokoh untuk pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan stabil. Hal ini memerlukan komitmen kuat dari pemerintah, regulator, sektor swasta, dan masyarakat secara keseluruhan untuk mencapai visi bersama untuk menguatkan nilai rupiah dan memperkuat ekonomi nasional.

Akibat dari melemahnya nilai Rupiah juga memiliki dampak yang kompleks. Ada keuntungan bagi karyawan yang dibayar dalam dolar dan eksportir domestik karena nilai dolar yang meningkat. Namun, ketidakstabilan ekonomi menjadi masalah serius, yang dapat mengurangi kepercayaan, investasi, dan pertumbuhan ekonomi, serta meningkatkan tingkat pengangguran. Peningkatan beban pembayaran utang juga merupakan dampak yang signifikan, terutama bagi pemerintah dan perusahaan dengan utang berdenominasi mata uang asing. Hal ini dapat memperburuk situasi keuangan dan mengarah pada rentan terhadap "debt trap" atau jebakan hutang.

Untuk itu dalam mengatasi pelemahan Rupiah, sejumlah kebijakan perlu diambil. Ini termasuk mempertahankan suku bunga, implementasi kebijakan makroprudensial yang longgar, penguatan koordinasi dengan pemerintah dan otoritas terkait, optimalisasi kebijakan moneter dan makroprudensial, perluasan kerja sama bilateral, penerapan kebijakan diskonto oleh bank sentral, dan operasi pasar terbuka. Namun, dalam pandangan audiens, peningkatan nilai Rupiah juga harus melibatkan peningkatan kualitas sumber daya manusia dan pengurangan ketergantungan pada produk luar. Ini menyoroti pentingnya SDM dalam menentukan kekuatan ekonomi suatu negara.

Dalam kesimpulannya, pemecahan permasalahan melemahnya nilai Rupiah tidak hanya tentang kebijakan moneter, tetapi juga melibatkan pengelolaan sumber daya manusia dan pengurangan ketergantungan pada produk luar. Dengan memperkuat SDM dan meningkatkan produksi lokal, Indonesia dapat meningkatkan nilai Rupiah dan memperkuat ekonominya secara keseluruhan.

Referensi:
Bank Indonesia. (2021). Laporan Tahunan Bank Indonesia 2020. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan tahunan/Documents/Laporan%20Tahunan%20BI%202020%20Final.pdf
Bank Indonesia. (2023). Laporan Tahunan Bank Indonesia 2022. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/publikasi/laporan-tahunan/Documents/Laporan%20Tahunan%20BI%202022%20Final.pdf

Bank Indonesia. (2024). Berita Resmi Statistik - Nilai Tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat. Diakses dari https://www.bi.go.id/id/statistik/moneter/berita-resmi-statistik/Pages/BS_NTR.aspx
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2021). Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2020. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/laporan-tahunan
Kementerian Keuangan Republik Indonesia. (2023). Laporan Tahunan Kementerian Keuangan Tahun Anggaran 2022. Diakses dari https://www.kemenkeu.go.id/publikasi/laporan-tahunan
Laporan Bank Dunia. (2021). Outlook Ekonomi Indonesia. Diakses dari https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia-economic-prospects
Badan Pusat Statistik. (2023). Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia. Diakses dari https://www.bps.go.id/

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun