💡 Tantangan dari Pergeseran Sosial dan Nilai
Era disrupsi telah membawa perubahan dahsyat yang berdampak langsung pada institusi keluarga, dengan beberapa gejala sosial yang mengemuka:
· Perubahan Struktur Keluarga: Terdapat gejala di mana sebagian anggota masyarakat memilih untuk tidak berkeluarga. Sistem dan struktur keluarga juga bergeser dari extended family (keluarga besar) menjadi nuclear family (keluarga inti).
· Meningkatnya Konflik dan Keretakan: Angka perceraian, khususnya di kalangan keluarga muda, cenderung meningkat. Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) juga semakin sering terjadi. Persoalan pernikahan dini dan pernikahan tidak tercatat turut menjadi fenomena yang melemahkan ketahanan keluarga.
· Melemahnya Fungsi Pendidikan: Keluarga sebagai lembaga tempat anak-anak memahami nilai-nilai budaya, agama, pengetahuan, dan akhlak yang utama mengalami pelemahan. Di tengah gempuran informasi, peran keluarga sebagai penyaring nilai menjadi semakin sulit dijalankan.
🌐 Tantangan di Era Digital dan Teknologi
Kemajuan teknologi yang pesat membawa dampak luas sekaligus tantangan baru bagi kehidupan keluarga.
· Dampak Negatif Teknologi dan Media Sosial: Teknologi dan informasi digitalisasi yang sangat pesat berdampak luas terhadap keluarga. Ketergantungan pada gadget dan media sosial dapat mengurangi interaksi langsung antar anggota keluarga. Hal ini mengancam terwujudnya prinsip baiti jannati karena rumah tidak lagi menjadi tempat yang tenang dan penuh kasih sayang.
· Kesenjangan Digital dan "Guru" Baru bagi Anak: Menteri Komunikasi dan Informatika RI, Meutya Hafid, menyoroti bahwa orang tua menghadapi tantangan besar dalam menjaga keseimbangan antara kemanfaatan teknologi dan pendidikan nilai moral bagi anak-anak. Generasi muda yang merupakan "digital natives" seringkali lebih mahir dibandingkan orang tua mereka. Selain itu, dunia digital kini menjadi "guru" baru bagi anak-anak, di mana informasi didapat secara bebas tanpa filter yang memadai.
· Transformasi Manusia dan Teknologi: Presiden Muhammadiyah Haedar Nashir menyatakan bahwa dalam revolusi industri 4.0, terjadi transformasi dari Homo sapiens menjadi Homo deus, di mana manusia menjadi sangat bergantung pada teknologi. Hal ini menjadi tantangan tidak hanya bagi individu tetapi juga bagi organisasi seperti Muhammadiyah untuk tetap adaptif.
🛡️ Strategi Muhammadiyah dan 'Aisyiyah dalam Menghadapi Tantangan
Muhammadiyah dan 'Aisyiyah menawarkan sejumlah strategi untuk memperkuat ketahanan keluarga, yang berpusat pada konsep Keluarga Sakinah.
· Penguatan Konsep Keluarga Sakinah: Keluarga Sakinah didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah dan tercatat, dilandasi mawaddah wa rahmah (cinta dan kasih sayang), serta mampu memenuhi kehidupan spiritual dan materiil yang layak. Konsep ini didukung lima asas: karamah insaniyah (martabat kemanusiaan), hubungan kesetaraan, keadilan, kasih sayang, dan pemenuhan kebutuhan dasar. Pengokohan konsep ini dianggap kunci menghadapi tantangan keluarga dari masa ke masa.
· Pendekatan Dakwah ya⁶ng Konstruktif dan Adaptif: Muhammadiyah menekankan pendekatan dakwah bil-hikmah wal mau'idhatil hasanah (dengan bijaksana dan nasihat yang baik) yang bersifat proaktif, konstruktif, dan solutif di era digital. Organisasi ini secara aktif mengadaptasi teknologi digital dan Kecerdasan Buatan (AI) sebagai wujud dari etos keluarga.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI