Mohon tunggu...
Kakthir Putu Sali
Kakthir Putu Sali Mohon Tunggu... Administrasi - Pecinta Literasi

Merindu Rembulan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Antara Pengorbanan dan Kesepian

19 Oktober 2017   00:41 Diperbarui: 19 Oktober 2017   00:48 642
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Sudah dua hari ini muka Jumadi nampak murung, tak ada kegembiraan sedikit pun dari pancaran muka lelaki yang baru berkepala 3 ini, bagaimana tidak murung, tugas dan kewajiban dia sebagai penjaga sekolah dituntut ektra siap siaga dari beberapa hal, pertama berkaitan dengan pekerjaan, Jumadi sedari sholat subuh, sudah mulai menyapu lantai, mengepel ruang kepala sekolah dan ruang guru. Begitu juga teras sekolah yang begitu panjang dari kelas I hingga kelas VI, belum lagi masak air buat bikin the dan nyediakan air minum di setiap meja para guru, kepala sekolah dan staf TU, dan kesemuanya itu baru akan selesai pada pukul 07.00, saat jam kegiatan belajar mengajar di mulai, namun tak sampai berhenti disitu kemudian duduk santai, Jumadi pun harus siap menerima perintah dari guru-guru manakalah suruh fotocopy dan lain-lain, belum lagi menerima panggilan dari kepala Sekolahnya seperti ke Kantor UPT Pendidikan Kecamatan maupun ke Kantor Dinas Pendidikan, sesuatu hal yang melelahkan, namun harus tetap di jalaninya sebagai bentuk pengabdian dan dedikasinya kepada dunia pendidikan, walau sudah 6 tahun sebagai tanaga penjaga sekolah dan belum ada tanda-tanda pengangkatan sebagai PNS.

Rasa sedih Jumadi bermula dua hari kemarin, Istrinya Silviani mengabarkan akan mengantarkan adik Iparnya yang bernama Saidah untuk memeriksaan kandungannya ke bidan di kampung sebelah, kebetulan kalau malam selalu ada dirumah prakteknya karena kalau siang bidan bertugas di rumah sakit  Pemerintah. Sesampainya di rumah bidan, dan dilakukan pemeriksaan, betapa kaget dan sedihnya wajah adik iparnya tersebut, pasalnya janin yang sedang di kandungnya dan berumur 3 bulan di nyatakan tidak berkembang dan mala mini harus di bawah ke rumah sakit guna di laksanakan pemeriksaan lebih lanjut. Bagai disambar petir, baik istri Jumadi maupun adik iparnya menerima kabar yang mengharukan tersebut, bahkan suaminya Saidah yang merupakan adik kandung Jumadi merasa tidak percaya begitu di kabari oleh istrinya.

" Ya sudah bu, iklaskan saja, apapun nanti hasilnya setelah kita melakukan pemeriksaan lebih lanjut di rumah sakit, ibu sabar saja dan harap tenang", kata suaminya saidah saat di hubungi via telpon tuk mengabari kabar kondisi kandungan istrinya.

Malam itu juga, istri Jumadi, Saidah dan suaminya bergegas ke rumah sakit sembari membawa surat rujukan dari bidannya, bahkan bidanya pun turut mengantar pemeriksaan langganan pasiennya tersebut, sampai di tempat pemeriksaan, benar saja berdasarkan hasil pemeriksaan, janin yang di kandung Saidah di nyatakan tidak berkembang dalam kandungannya, dan di putuskan agar janin tersebut di angkat dari rahimnya atau istilah istri Jumadi bilang di "kiret" dan sekaligus di bersihkan Rahim adik iparnya yang kehamilan ini merupakan kehamilan kedua.

Atas peristiwa tersebut maka sudah beberapa hari ini, istri Jumadi selalu mendampingi adik iparnya di rumah sakit, sesekali kasih kabar dan perkembangan kepada Jumadi via hanphone nya dan sesekali juga menanyakan anak putrinya yang masih duduk di bangku kelas 3 dimana suaminya bekerja.

Beban fikiran Jumadi pun kian bertambah, bukan saja mengurusi pekerjaan di sekolah dan tugas-tugas dari pala guru dan kepala sekolah, juga harus mengurusi anak gadisnya dari nyiapin pakaian hingga sarapan anaknya yang biasanya di lakukan oleh istrinya, walau sedikit lelah namun kewajiban itu selalu di kerjakan dengan penuh semangat, demi orang-orang yang di cintainya.

Hari ini merupakan hari ketiga Jumadi tanpa adanya istri dirumahnya, seakan sepi dan sunyi rumah dinas penjaga sekolah ini, istrinya yang biasanya sedikit-sedikit ikut nyapu halaman dan selalu membuat kopi dan sarapan paginya kini sedang bertugas kemanusiaan mendampingi adik iparnya dalam proses pengangkatan janin yang dinyatakan meninggal dalam kandungan.

Namun demikian, disaat semua siswa dan guru sudah pada pulang, Jumadi pun sesekali nengok istri adik kandungnya tersebut, walau sekedar memberi motivasi dan menguatkan hatinya agar jangan larut dalam kesedihan dan tetap tegar menghadapi ujian dari Allah SWT ini.

"Sabar aja dek, mungkin Allah masih belum memberikan kepercayaan untuk anak yang kedua ini ", bisik Jumadi pelan kepada adik iparnya tersebut.

"Iya Kak, Insya Allah Idah kuat mengadapi cobaan ini, karena ini sudah kedua kalinya, mungkin Allah masih belum percaya sama ida ya Kak, doakan Idah ya Kak, Idah kuat jalani perawatan setelah di kiret ini " ungkapnya lirih dan sesekali air matanya di hapus oleh istri Jumadi.

Jumadi pun selaku kakak, tak dapat menyembunyikan rasa ibanya, terasa sedih melihat kondisi adik iparnya, namun hatinya selalu berkata agar tetap tegar dalam menghadapi segala aral apapun, karena itu semua merupakan ujian yang harus di terima dengan hati yang iklas dan lapang dada.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun