Mohon tunggu...
Kurnia Karmila
Kurnia Karmila Mohon Tunggu... Mahasiswi universitas Pamulang

Mahasiswa Universitas Pamulang, Fakultas Hukum

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Sosialisasi Dampak Percintaan Dini: Kesejahteraan Mental, Fisik Dan sosial Remaja

22 Juni 2025   14:17 Diperbarui: 22 Juni 2025   14:17 107
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Remaja merupakan fase kehidupan yang ditandai oleh pencarian jati diri, perubahan emosional yang belum stabil, serta eksplorasi terhadap hubungan sosial dan afeksi. Dalam masa transisi ini, banyak remaja mulai tertarik menjalin hubungan percintaan. Namun, keterlibatan dalam hubungan asmara pada usia dini kerap menimbulkan dampak negatif terhadap kesejahteraan mental dan sosial mereka. Percintaan dini tanpa pemahaman yang matang dapat menyebabkan stres emosional, penurunan motivasi belajar, konflik dengan keluarga, bahkan pergaulan yang menyimpang.

Pada kesempatan kali ini, Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Pamulang menggelar kegiatan sosialisasi di SMP 211 Jakarta Selatan dengan tema ”Dampak percintaan dini terhadap kesejahteraan mental dan sosial remaja” yang dilaksanakan pada hari rabu,16 April 2025 Sosialisasi ini ditujukan untuk siswa kelas 7 dan 8. Kegiatan ini bertujuan memberikan edukasi serta meningkatkan kesadaran siswa terhadap pentingnya menjaga kesehatan mental dan sosial dalam menghadapi dinamika remaja.

Kegiatan dimulai dengan sambutan dari pihak sekolah dan ketua tim pelaksana PKM. Sebelum memasuki materi inti, peserta diberikan pre-test berupa kuesioner singkat untuk mengetahui pemahaman awal mereka mengenai percintaan dini dan dampaknya terhadap kehidupan remaja. Kegiatan ini juga bertujuan mengukur efektivitas materi yang akan disampaikan.

Setelah siswa selesai mengerjakan semua pretest, lanjut pemaparan materi oleh mahasiswa. Dalam pemaparannya, para mahasiswa menjelaskan tentang pengertian remaja, tujuan penyampaian materi, faktor-faktor pergaulan bebas, dampak pergaulan bebas, peran keluarga dalam menanggulangi pergaulan bebas, solusi mewujudkan kesehatan mental, fisik, dan sosial dalam pergaulan bebas, serta pencegahan pergaulan bebas.

Menjelang akhir kegiatan, siswa kembali diberikan post-test dengan soal yang serupa untuk mengukur peningkatan pemahaman mereka setelah mengikuti sesi materi. Hasil post-test menunjukkan adanya peningkatan signifikan dalam pemahaman siswa terhadap topik yang dibahas. Untuk mencairkan suasana dan mempererat kebersamaan, dilakukan sesi games interaktif maupun sesi diskusi edukatif yang bertemakan "pengambilan keputusan sehat dalam pergaulan." Di beberapa kelas, kegiatan dilanjutkan dengan sesi games interaktif sebagai cooling session setelah pemaparan materi. Tujuan dari sesi ini untuk mencairkan suasana dan memberi ruang jeda bagi siswa setelah menerima materi yang cukup padat. Games dirancang sederhana tetapi melibatkan partisipasi aktif dari siswa. 

SESI TANYA JAWAB: antusias siswa memberi pertanyaan kepada kakak mahasiswa 
SESI TANYA JAWAB: antusias siswa memberi pertanyaan kepada kakak mahasiswa 

Sedangkan untuk sesi diskusi edukatif, fokusnya untuk memperdalam mengenai pemahaman serta membangun koneksi yang lebih personal antara mahasiswa dan siswa. Dengan terlibat dalam obrolan santai namun bermakna selesai dari pemaparan materi. Karena rentang usia yang tidak begitu jauh antara mahasiswa dan siswa, hal ini lebih terasa seperti percakapan antara kakak adik. Merespons setiap pandangan atau kebingungan siswa melalui pendekatan empatik, yang menciptakan ruang aman untuk saling berbagi dan mendengarkan.

Tak sedikit siswa-siswi yang aktif bertanya kepada para kakak-kakak mahasiswa, hal ini menunjukkan antusiasme mereka terhadap topik yang dibahas. Pertanyaan yang dilontarkan beragam, ada yang penasaran seputar pengaruh lingkungan pertemanan, “Kalau temen-temen ngajakin hal-hal yang negatif, gimana cara nolaknya supaya nggak ikut-ikutan?” Pertanyaan ini dipicu dari dialog pemaparan materi mengenai pencegahan pergaulan bebas.

Pertanyaan lainnya tak kalah menarik, ada juga siswi yang bertanya seputar cara agar tidak terjebak percintaan dini, "Gimana sih kak cara supaya kita ga kebawa arus cinta-cintaan?" Dari sini, diskusi menjadi lebih dalam pada bagaimana remaja bisa fokus membangun identitas dan kesadaran diri terlebih dahulu, serta memahami bahwa cinta yang sehat membutuhkan kedewasaan emosional. Inilah yang membuat kegiatan PKM terasa lebih hidup dan berdampak secara emosional maupun edukatif.

Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat (PKM) dengan tema “Dampak Percintaan Dini terhadap Kesejahteraan Mental dan Sosial Remaja” memberikan sejumlah manfaat penting bagi para peserta, khususnya siswa-siswi SMP Negeri 211 Jakarta Selatan. Melalui penyampaian materi yang komunikatif dan pendekatan yang interaktif, para siswa tidak hanya memperoleh pengetahuan baru, tetapi juga diajak untuk merenungi kembali pilihan-pilihan hidup yang mereka hadapi di masa remaja.

Salah satu manfaat utama dari kegiatan ini adalah meningkatnya kesadaran siswa terhadap risiko yang mungkin timbul dari percintaan dini, baik dalam aspek psikologis seperti kecemasan dan depresi, maupun dalam aspek sosial seperti konflik dengan orang tua, penurunan prestasi belajar, dan pergaulan yang tidak sehat. Melalui diskusi dan studi kasus, siswa dapat lebih memahami bahwa perasaan cinta harus disertai tanggung jawab dan kontrol diri, terutama di usia yang masih rentan.Selain itu, kegiatan ini memberikan wawasan praktis tentang bagaimana menjaga kesehatan mental, mengelola emosi, serta membangun hubungan sosial yang positif di lingkungan sekolah dan keluarga. Siswa diajak untuk mengenal konsep self-awareness dan self-regulation secara sederhana, yang merupakan fondasi penting bagi pengembangan karakter yang kuat.

Dari sisi sosial, kegiatan ini juga mendorong terbangunnya komunikasi yang terbuka antara siswa dan mahasiswa serta menciptakan ruang yang aman untuk menyuarakan pendapat dan pengalaman pribadi mereka tanpa merasa dihakimi. Hal ini sangat penting dalam membangun budaya sekolah yang suportif dan berorientasi pada pembinaan karakter. Secara keseluruhan, kegiatan PKM ini membawa manfaat ganda, baik dari sisi edukasi maupun pembentukan sikap. Para siswa tidak hanya mendapatkan pengetahuan teoritis, tetapi juga pengalaman emosional yang memperkaya proses pembelajaran mereka sebagai remaja yang sedang bertumbuh dan mencari arah hidup.

Kami berharap kegiatan ini menjadi bekal awal bagi para siswa dalam memahami pentingnya menjaga kesehatan mental, membangun hubungan sosial yang sehat, serta menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri di usia muda. Kami juga berharap para siswa dapat menjadi generasi yang cerdas, tangguh, serta mampu membedakan antara perasaan sesaat dan tujuan hidup jangka panjang.

Melalui penguatan pendidikan karakter dan dukungan dari semua pihak, kita percaya bahwa remaja Indonesia, termasuk siswa-siswi SMP Negeri 211 Jakarta Selatan, dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas, siap menghadapi masa depan, dan mampu menjaga diri dari hal-hal yang berisiko di usia dini.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun