Mohon tunggu...
Mawan Sastra
Mawan Sastra Mohon Tunggu... Koki - Koki Nasi Goreng

penggemar fanatik Liverpool sekaligus penggemar berat Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mereka yang Merencanakan Kematiannya

23 Maret 2019   07:24 Diperbarui: 23 Maret 2019   07:37 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Seringkali aku didatangi oleh mereka yang putus asa dengan kehidupannya. Mengambil jalan pintas untuk mengakhiri semuanya, padahal itu bukanlah solusi dari perkara yang mereka alami. Aku diutus ke dunia yang fana ini memiliki misi lain, tapi kenyataannya mereka yang disesatkan Iblis memanfaatkan diriku untuk mempercepat kematiaannya.

Kadang aku merenungi bagaimana caranya memberikan kesaksian semua ini di hadapan Tuhan. Sudah banyak nyawa yang melayang percuma, kuantar pada kehidupan yang lain.

Kejadian itu belum genap seminggu, seorang gadis mendapat perlakuan tidak mengenakkan dari kekasihnya. Ia menguncikan diri dalam kamar. Derai air mata bercucuran. Betapa ia sangat membenci kenyataan hidup yang terjadi padanya.

Iblis-iblis keparat girang lantaran berhasil memulusukan niat celaka gadis itu. Tanpa ragu ia menyeretku ke sisinya. Diteguknya aku dalam keadaan mata terpejam. Tidak butuh waktu lama aku memberikan reaksi dalam tubuhnya. Kugerogoti isi perutnya, ia mual-mual. Dengan sisa-sisa tenaga ia ke kamar mandi.

Aku sudah melangkah terlalu jauh dalam tubuhnya, ia sudah tidak berdaya lagi. Lemas dan pucat menahan rasa sakit karenaku. Sedangkan di luar sana tidak ada pertanda seseorang yang akan datang memberikan pertolongan pertama padanya.

Ia mengerang kesakitan. Aku makin beringas dalam tubuhnya. Tanpa belas kasih kurusak organ vitalnya. Kulihat roh dalam dirinya keluar dengan raut wajah yang muram. Kematiannya sangat dibenci oleh penduduk bumi dan langit.

Aku mendengar riwayat; mereka yang membunuh dirinya sendiri tidak akan dijatahkan surga. Barangkali roh itu sudah mengetahuinya, sehingga ia masygul keluar rumah menembus kaca jendela. Sangat gontai ia melangkah. Tidak kutahu ia hendak membawa dirinya kemana. Adakah ia menghibur diri sebelum dihadapkan dengan siksa Tuhan yang sangat pedih?

Sedangkan jasad gadis itu terbaring tidak berdaya di atas lantai setelah ditinggalkan rohnya. Mulutnya mengeluarkan busa, matanya membelalak, kulitnya berubah warna. Di mana keluarganya? Tidakkah mereka tahu bahwa anak perempuannya telah mati. Membunuh dirinya sendiri lantaran persoalan asmaranya yang pelik. Ia telah menyia-niyakan jatah hidup yang diberikan Tuhan.

"Terkutuk kau celaka. Apa yang kuperbuat dalam dirimu tidaklah ada apa-apanya dibanding azab Tuhan yang sangat pedih. Sayang sekali kau memilih mengakhiri hidupmu. Apa yang telah kau lakukan seperti ini tidaklah menyelesaikan persoalan yang kau alami. Di sana kau akan dihadapkan perkara yang lebih rumit. Kau pertanggungjawabkan semuanya dihadapan Tuhan," kataku pada jasadnya.  

Seringkali diriku dijadikan jembatan penghubung kematian. Berbagai macam motif, remaja perempuan yang tidak pandaipandai berpikir setelah dihianati cintanya, mereka akan mendatangiku lalu meneggukku. Ada juga lantaran permasalahan ekonomi yang mencekik serta permasalahan keluarga.

Sebulan yang lalu aku berurusan dengan pemuda yang ingin mengakhiri hidupnya. Lantaran orang tuanya tidak mengindahkan permintaannya dibelikan sepeda motor. Tanpa mau merenungi, mengapa Tuhan menciptakannya di dunia? ia langsung menegukku. Beruntungnya ia masih terselamatkan. Walau harus dirawat intensif di rumah sakit.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun