Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Bellgombest

14 April 2015   07:48 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:08 124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

BELLGOMBEST

Oleh Abdul Malik

SEMINGGU lalu Hisyam Mawardi, salah satu sahabat lama menelponku. Dia sedang jagongan dengan Tony Broer dan Yayak Marsose (salah satu aktor Teater BELLGOMBEST) di Taman Ismail Marzuki, Jakarta. Tony Broer salah satu aktor Teater Payung Hitam yang sedang studi teater di ISI Yogyakarta, berminat membuat penelitian tentang TeaterBELLGOMBEST  khususnya tentang ruang tubuh aktor. Suatu kabar gembira. Kabar baik yang dapat menjadi salah satu alasan kuat untuk menulis kembali peristiwa-peristiwa masa lampau untuk disodorkan ke publik teater.

[caption id="attachment_409832" align="aligncenter" width="300" caption="Adi Widayat adalah episentrum bagi Teater Bellgombest. Adi Widayat aktor terbaik Festival Teater Jakarta, menjadi pusat pusaran dan aktor intelektual bagi ketiga aktor Malang saat itu: Yayak Marsose, Pambudi, Deddy Obeng (dok.Adi Widayat)"][/caption]

Aku membuka kembali kliping dan tumpukan berkas Teater BELLGOMBEST. Mencari jawaban atas pertanyaan: sejarah teater, kredo dan metode latihan. Aku menemukan  selembar catatan. Mungkin ini yang dinamakan kredo:

“ kami bertemu di kota malang propinsi jawa timur. begitu awalnya, dan setiap orang menyimpan hal-hal tak jelas dalam dirinya. pertemuan yang diatur arus besar nasib,

kami sepakati untuk membongkar misteri pribadi.tanpa perlu meramal apa yang akan terjadi.lalu menamakan kelompok ini:bellgombest.mungkin nama memiliki arti,

mungkin pula tidak.tapi kami tak risau memikirkannya.

seperti layaknya makhluk hidup butuh makan, kamipun butuh latihan setiap hari, waktu senggang atau waktu sempit. Dan kami tak punya kitab suci tentang peraturan bermain drama atau undang-undang dasar tentang teater. modal yang dimiliki hanya badan (untuk merasakan sakit dan sehat), pikiran (untuk memikirkan) dan jiwa (yang menghidupkan). perpaduan inilah yang kami harubirukan. suatu prosedur yang harus digerakkan, agar utuh sebagai pribadi. kadangkala kami menjadi orang lain, orang lain menjadi kami, lalu kami tidak menjadi siapa-siapa, dan bukan apa-apa. tak satupun yang kami risaukan kecuali tidak dapat hidup berdampingan dengan orang lain.sebab kami hanya hidup hari ini.

mana mampu kami merebut sejarah socrates di athena, jaman masa purba spartacus, li taipo di tionggoan, daud di israel, pasternak di rusia, ionesco di perancis, nero di roma, raja ali haji di sumatra, atau soekarno di indonesia. sebagai aktor mereka telah tuntas memainkan peran.cuma nama yang tersisa. nama baik atau buruk, tergantung cinta dan dendam pencatat riwayatnya. bisa kami hanya membaca. kemudian melaksanakan hidup hari ini.

jangan tanya apa yang kami dicari, karena ini persoalan kita semua.dengan rendah hati, kami mengakui bukan ahli nujum, sehingga tak kuasa meramal hari esok. yang kami tahu, kita masih berdiri di bumi yang tua. tergantung kita, hendak menghancurkan, membangun, menelantarkan, atau menjadi harmoninya. apa boleh, terlalu banyak pilihan. hari ini kami masih merenungkan.”

[caption id="attachment_409833" align="aligncenter" width="300" caption="Bentangan Tembok Baja, Teater Bellgombest di Teater Arena Taman Budaya Surakarta. (dok.Teater Bellgombest)"]

14289715632106068933
14289715632106068933
[/caption]

Aku menyimpan lembaran itu dalam map lastik warna hijau pupus. Masih ketikan manual. Bendelan naskahnya aku kirim ke Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin di Komplek TIM Jakarta. Tinggal mencari dokumentasi video dan foto. Video pentas Bentangan Tembok Baja ada di Taman Budaya Surakarta. Salah satu pertimbangan memilih venue di Teater Arena Taman Budaya Surakarta (TBS) adalah TBS memiliki dokumentasi video. Pentas di Solo banyak dibantu Mas Hanindawan Teater Gidag Gidig Solo, termasuk membuat flyer, undangan dan menanggung konsumsi. Aku masih ingat, salah satu kru TBS mengingatkan agar properti lilin diberi tatakan “lepek” agar lilin yang meleleh tak sampai mengenai lantai teater arena TBS. Sebelum di TBS, Bentangan Tembok Baja tampil di Puspenmas Jember. Dalam roadshow Bentangan Tembok Baja di 2 kota tersebut, Pambudi sebagai salah satu “aktor tetap” Teater BELLGOMBEST absen.

[caption id="attachment_409834" align="aligncenter" width="300" caption="NGEEK dipentaskan Teater Bellgombest di Rajer Babat (Negara, Bali). Disinilah Teater Bellgombest bertemu dan jagongan dengan Umbu Landu Paranggi. (dok.Teater Bellgombest)"]

14289716301147767335
14289716301147767335
[/caption]

Video kedua yang mesti dikumpulkan adalah naskah Zygote. Dipentaskan dalam even Festival Seni Surabaya di Balai Pemuda, 9 Juni 1995. Naskah ditulis dan disutradarai oleh  Adi Widayat. Tiga aktor tetap ikut, dengan tambahan pemain Sandra Novita (mahasiswi STIBA Malang asal Prigen), Haliluyyah (mahasiswa FKIP Universitas Islam Malang asal Bawean). Tidak dinyana, Saiful Bakri, dari Mojokerto menjadi salah satu penonton. Awalnya dia ingin silaturahmi ke adik ibunya di Surabaya. Pulang dari silaturahmi, dia pun tersesat menonton Zygote sampai selesai di Balai Pemuda. “Aku nggak ngerti maksud e pentas teater BELLGOMBEST iku opo. Mosok ngomong Zygote terus. Zygote iku opo?Tapi aku seneng karo artistik panggung e. Di akhir pentas aktor e nyanyi lagu Indonesia Raya karo ngerek gendero merah putih. ”. Pengalaman visual Saiful Bakri lebih banyak nonton pentas teater Kaca Mojokerto yang menyuguhkan tontonan realis.

[caption id="attachment_409835" align="aligncenter" width="300" caption="Poster Zygote karya Adi Widayat. Dipentaskan Teater Bellgombest dalam even Festival Seni Surabaya di Balai Pemuda, Surabaya, 9 Juni 1995. (dok.Teater Bellgombest)"]

1428971688614247576
1428971688614247576
[/caption]

Menurut Pambudi, Boedi S.Otong (Teater SAE) ikut nonton dan mendokumentasikan pentas Zygote dalam bentuk  video. Semoga beliau masih menyimpan dokumentasi tersebut.

Proses surat menyurat untuk pentas Bentangan Tembok Baja dan Zygote aku kerjakan di “sekretariat” Teater BELLGOMBEST   di Jalan Andromeda Perumahan Tata Surya (belakang Unisma). Proses latihan menggunakan fasilitas salah satu ruang kelas di kampus Unisma baik di Jl.MT Haryono 193 maupun kampus Unisma lama ( kini menjadi Rumah Sakit Islam ). Jam latihan dimulai sekitar jam sepuluh malam sampai menjelang subuh. Hampir setiap malam. Diantara bangku-bangku mereka bergerak, lampu di kelas dipadamkan, konsentrasi, berjalan pelan-pelan dengan suara “mirip vokalis underground”: Zygote..zygote... zygote. Berulang ulang hingga suara serak. Siang hari latihan di sungai belakang Unisma, hingga menjelang sore. Ada yang menyebut Teater BELLGOMBEST intens berlatih “pernafasan anjing”.

[caption id="attachment_409836" align="aligncenter" width="300" caption="Yayak Marzoche a.k.a Jaya Setiawara, aktor Teater Bellgombest. (dok.Yayak Marzoche)"]

14289717461831417785
14289717461831417785
[/caption]

Untuk urusan logistik dibantu beras oleh Yayak dan sebuah warung di depan Radio Andalus menjadi jujugan untuk makan sehari-hari.

BUUK adalah naskah yang ditulis Jaya Setiawira (di katalog tertulis: Yayak Marsose, pernah menjadi kuliah di STIBA Malang).  Ada “pernyataan sikap” dari Yayak bahwa eksistensi Teater BELLGOMBEST ada, bukan fiktif apalagi papan nama. Jaman segitu, Yayak sedang jatuh cinta dengan karya-karya Muhammad Iqbal (1877-1938), penyair, filsuf dan politisi asal Pakistan. Di kampus FE Universitas Muhammadiyah Malang Jl.Bendungan Sutami, dia menyelesaikan naskah Buuk. “Ada beribu-ribu jalan/namun kami telah memilih teater sebagai jalan hidup /. Puitis dan gagah. BUUK dipentaskan di kampus IKIP Budi Utomo Jl.Arjuno Malang, atas undangan Muhammad Rusli (Baba Leo) mahasiswa IKIP Budi Utomo yang nge kost di Batok I/133 Malang, “sekretariat” Teater BELLGOMBEST.  BUUK juga dipentaskan di even 50 Tahun Indonesia Emas di Taman Budaya Surakarta tahun 1995 atas undangan Sosiawan Leak.

[caption id="attachment_409837" align="aligncenter" width="300" caption="Deddy Obeng a.k.a Dedy Supriyadi, aktor Teater Bellgombest. (dok. Deddy Obeng)"]

1428971882128331927
1428971882128331927
[/caption]

NGEEK dipentaskan Teater BELLGOMBEST di Gedung Krishna Mustajab Akademi SeniRupa Surabaya , Rajer Babat (Negara) dan bertemu Umbu Landu Paranggi, Sanggar Posti(Denpasar).

Teater BELLGOMBEST sepakat mementaskan Mesin Hamlet karya Heiner Muller di Batok I/133 Malang. Adi Widayat mendekonstruksi naskah terjemahan Dewi Noviami dan dimuat di majalah sastra Horison. Mesin Hamlet tampil perdana di FE Universitas Brawijaya atas undangan Ipin Black dari Teater Ego  FE Universitas Brawijaya. Setelah itu tampil di Tuban atas undangan Djoko Wahono, arts networker.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun