Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Ang Hien Hoo dan Siauw Giok Bie

2 Februari 2018   08:24 Diperbarui: 2 Februari 2018   08:32 735
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Siauw Giok Bie, Ketua Ang Hien Hoo, Malang. Periode 4 Desember 1958 sampai 1965. Foto diambil sekitar tahun 1980 di Koln -- Jerman . Dok.Siauw Tiong Djin

Data dari Siauw Ting Soan akurat karena di buku Peringatan Satu Abad Perkumpulan Sosial Panca Budhi (d/h Ang Hien Hoo), Ketua Ang Hien Hoo dari tahun 1958 hingga 1965 kosong. HAN TJING TJAY (1956-1958), dan KANG SOE BING (1965-1977). Ketua Ang Hien Hoo tahun 1958-1965 kosong.

Siauw Giok Bie, lahir di Kampung Kapasan Surabaya, 27 Februari 1918. Kampung Kapasan adalah satu kawasan dengan mayoritas penduduk keturunan Tionghoa yang memiliki sejarah yang unik.

Sejumlah sosok manusia Indonesia yang terlibat dalam kancah politik dan perjuangan memerdekakan Indonesia serta proses membangun Indonesia sebagai satu bangsa yang beragam berlandaskan pada konsep "multiculturalism" ("berbeda-beda tetapi satu bangsa") seperti Siauw Giok Tjhan dan adiknya Siauw Giok Bie, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien lahir dan tumbuh besar dari Kapasan.

Di kampung ini juga pernah tinggal seorang wartawan pejuang Liem Koen Hian dan dari Kapasan yang mendirikan Partai Tionghoa Indonesia (PTI) di sekitar tahun 1929-1930, partai kaum peranakan pertama dan terbesar serta bervisi bahwa Indonesia perlu merdeka dan sebagai cikal bakal dari BAPERKI bervisi bahwa Indonesia merdeka untuk membangun bangsa dengan manusia-manusia yang bersikap hidup yang menghormati, tulus, toleran dan bangga terhadap keanekaragaman budaya yang hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat.

Siauw Giok Bie menikah dengan Tan Kiep Nio. Memiliki lima anak, semuanya lahir di Malang. Mereka pernah tinggal di Jalan Dempo 4 Malang (sekitar tahun 1945-1947, Jalan Kayu Tangan 69 Malang (tahun 1947-1952/53 ) dan Jalan Panderman 8 (tahun 1952/53-1980).

Di zaman pendudukan Jepang dan awal kemerdekaan, rumah kediaman Siauw Giok Bie di Kayu tangan 69 kerap dijadikan markas di mana tokoh-tokoh politik nasional bertemu dan menginap. Di antaranya, Tan Ling Djie, Tjoa Sik Ien, Alimin, Norola, Sukarni, Adam Malik dan Mursalin.

Rumah di Jalan Kayu tangan 69 Malang juga difungsikan sebagai kapsalon dan cafe sederhana, yang ia namakan The Cosy Corner, oleh Tan Kiep Nio istri Siauw Giok Bie. Kedua usaha ini cukup berhasil dan bukan saja mampu mengongkosi penghidupan keluarga yang cukup besar tetapi juga membantu banyak pekerja muda.

Ketika menjadi Ketua Ang Hien Hoo, Siauw Giok Bie dengan latar belakangnya dan visi membangun bangsa Indonesia yang penuh toleransi dan kaya keragaman budaya, mengembangkan sejumlah kegiatan sosial budaya. Dapat dikatakan bahwa pada saat itu mencapai masa keemasan. Ang Hien Hoo resmi terdaftar di Indonesia sebagai Yayasan Sosial Pengurusan Kematian. Selain sebagai Ketua Ang Hien Hoo, Siauw Giok Bie juga menjadi anggota DPR Swatantra Tingkat 1. Juga sebagai Ketua Gabungan Pengusaha Rokok Nasional (Gaperon). 

Posisi Gaperon dapat dicatat sebagai "maesenas" dalam banyak kegiatan Wayang Orang Ang Hien Hoo. Nama Ang Hien Hoo pun makin moncer. Tahun 1961 mendapatkan kehormatan diundang ke Istana Negara di hadapan Bapak Presiden RI Bung Karno. Demikian yang tertulis di buku Peringatan Satu Abad Perkumpulan Sosial Panca Budhi (d/h Ang Hien Hoo), 11 September 2011. Dengan dukungan sponsor dari rokok Orong-orong, tahun 1962 Ang Hien Hoo ikut Festival wayang orang di Solo. Tampil bersama 17 kelompok wayang orang dari Jakarta, Surabaya, Yogyakarta, Solo, Kediri, Bandung, Purwokerto dan Pekanbaru. Menggelar pentas keliling di berbagai kota Blitar, Madiun, Nganjuk, Rogojampi, Bali, Surabaya.

Kehidupan Siauw Giok Bie seperti kakaknya dan teman-teman mereka dari Kapasan adalah kehidupan para pejuang kemerdekaan dan aktivis sosial.

Di zaman Belanda Siauw Giok Bie ditahan oleh penguasa Belanda, di zaman Jepang ditahan oleh penguasa Jepang dan di zaman Orde Baru di bawah Soeharto ditahan oleh penguasa tanpa proses hukum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun