Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Dari Ang Hien Hoo, Ratna Indraswari Ibrahim hingga Hikajat Kebonagung

22 Januari 2018   08:40 Diperbarui: 22 Januari 2018   18:22 750
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya bertemu lagi dengan Mas Bagus saat launching media budaya Pasar Senggol di Gedung Dewan Kesenian Malang. Sejak saat itu, kami intens berkomunikasi khususnya berbagi informasi peristiwa seni budaya. Dan, 12

November 2014 sore hari saya bertemu Mas Bagus di kantor Malang Post, mengutarakan ide untuk menulis kolom budaya di Malang Post setiap minggu selama setahun. Beberapa jam kemudian, saat saya berada di Kebonagung, Mas Bagus mengirim pesan pendek bahwa Pemimpin Redaksi Malang Post setuju dengan ide yang saya ajukan. Puji syukur..

Sebagai koran lokal, Malang Post memiliki kepedulian pada dunia seni budaya. Salah satu bukti kongkritnya adalah terbitnya Barisan Hujan, Kumpulan Cerpen Pilihan Malang Post 2010. Saya hadir dalam launching Barisan Hujan di Perpustakaan Umum Kota Malang. Anita D.Retnowati, Redaktur sastra Malang Post saat itu, memilih 15 cerpen dari 39 cerpen yang dimuat Malang Post sepanjang 2010.

Dalam buku setebal 142 halaman tersebut, Anita D.Retnowati menulis “Selama perjalanannya, Malang Post turut serta mengawal perkembangan cerpen di wilayah Malang Raya lewat rubrik cerpen yang terbit tiap hari Minggu. Rasanya sudah menjadi alas an kuat untuk menerbitkan kumpulan cerpen pertama ini. Kendati Malang Post hanya sebuah Koran lokal yang terbit di Malang, tetapi kiprahnya dalam mendukung gairah menulis para cerpenis Malang tak pernah surut.”. Hingga tahun ini sudah 16 tahun rubrik cerpen hadir di Malang Post. Halaman Sastra dan Budaya Malang Post juga menyediakan ruang untuk puisi, resensi buku dan esai. Inilah pertimbangan kenapa saya menulis kolom budaya di Malang Post, karena Malang Post telah memiliki halaman sastra dan budaya.

Berapa lama waktu yang dibutuhkan menulis sebuah artikel?

Ini adalah pertanyaan Mbak Adinda Noer Zaini saat bertemu di kantor Malang Post. Untuk menulis sebuah artikel saya membutuhkan waktu 3 hari, kadang juga beberapa jam. Energi terkuras untuk mengingat kembali peristiwa-peristiwa yang telah saya alami saat masuk Malang tahun 1987.

Mencari kawan-kawan lama untuk menemani ingatan yang terkadang memudar. Salah satunya adalah Setyo Pambudi di ruang komputer Fakultas Kedokteran Unisma. Jadilah tulisan Akulah Bisma, Laki-laki yang Selalu Tersudut di Pojok Lingkaran (5/1/2014). Terkadang saya menulis di malam hari lalu paginya saya rapikan sebelum saya kirim.

Pernah juga tiga hari saya tak bisa tidur nyenyak. Bayangan sosok almarhum Pendeta Edy Sumartono terus menggedor-nggedor isi kepala saya. Saya mulai mengetik tulisan Nyanyi Sunyi Pdt Edy Sumartono (1969-2014). Saya benar-benar merasa plongsetelah tulisan tersebut selesai, dan dimuat di Malang Post, 11 Mei 2014. Beberapa saat sebelum Pendeta Edy Sumartono berpulang, saya bertemu beliau di acara Live In Samin di Bojonegoro.Ada yang mengatakan bahwa 40 hari sebelum wafat, seseorang dapat dianggap ‘almarhum’.

Dapat berdiskusi dengan beliau di Bojonegoro merupakan suatu anugerah. Sebelumnya saya pernah wawancara dengan ‘almarhum’ yang lain. Namanya Pak Atim, salah satu pemain karawitan Wayang orang Ang Hien Hoo dan pernah tampil di hadapan Ir.Soekarno, Presiden Pertama Republik Indonesia. Saya menuliskannya dalam Bung Karno dan Ang Hien Hoo. (26/1/2014)

Saat menulis ada hal-hal pendukung yang memperlancar selesainya sebuah tulisan?

Saya berdoa agar Tuhan membuka pintu ilmu pengetahuan untuk saya. Dan apa yang saya tulis dapat bermanfaat. Musik dari album Bulan Di Asia ( Java Jazz), Solo Piano Improvisations ChickCorea banyak mendukung daya kreatif saat saya menulis. Juga secangkir kopi hitam panas dan beberapa snack.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun