Mohon tunggu...
Abdul Malik
Abdul Malik Mohon Tunggu... Penulis seni - penulis seni budaya

penulis seni. tinggal di malang, ig:adakurakurabirudikebonagung. buku yang sudah terbit: dari ang hien hoo, ratna indraswari ibrahim hingga hikajat kebonagung

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anwari dan Batu-batu yang Hidup

15 Januari 2018   09:47 Diperbarui: 15 Januari 2018   09:58 842
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Anwari dan Batu-batu Yang Hidup

Oleh Abdul Malik


Pentas Teater Antropologi "Mini-Mini #3 Batu" sutradara Anwari di Dewan Kesenian Kota Malang, 4 Juni 2016 pukul 19.10 wib. Dokumentasi  Fatqur Rochman

LIMA AKTOR, empat laki-laki dan satu perempuan, berdiri menghadap ruang pentas. Sembari menunggu penonton, Anwari(sutradara) memimpin baris, memeriksa sarung, kopiah, kaos, dan sepatu tentara yang dikenakan para aktor. Di dinding pendopo Hazim Amir Dewan Kesenian Kota Malang ditembakkan video pentas Mini-Mini #3 Batu di penambangan batu putih di Jeddih, Bangkalan, 1 Juni 2016.

Satu per satu penonton hadir, duduk lesehan di pendopo Hazim Amir Dewan Kesenian Kota Malang.Tepat pukul 19.10 wib, Anwari dan para aktor memulai pentas. Lima aktor berlari menuju pintu masuk Dewan Kesenian Kota Malang. Empat aktor laki-laki (Khoirul Umam, Bedjo Supangat, Yudha La Tahzan, Ahmad Mardani), mengambil posisi duduk di ruang pentas, memutar gilis. Aktor perempuan (Yuniar Resti)berdiri di pojok sedang memasak. Ruang pentas berukuran delapan kali sepuluh meter, berada di ruang terbuka, di tengah gedung Dewan Kesenian Kota Malang. Penuh batu putih yang telah disusun rapi. Musik saronen dan gitar listrik membuat atmosfir pertunjukan pada alam Madura yang dinamis. Anwari mengambil mikropon dan mengenalkan satu per satu para aktor dalam bahasa Madura. Inilah pentas pembuka Teater Antropologi Mini-Mini #3 Batu di Dewan Kesenian Kota Malang Jl.Majapahit 3, Sabtu, 4/6/2016.

Anwari memposisikan dirinya serupa 'star' dalam catur---bebas bergerak kemana saja. Bisa sebagai narator, aktor, sutradara.

Empat aktor laki-laki berdiri diatas gilis, membuka kaos, memeras dan mengeringkannya diantara bebatuan putih.Gitar elektrik dan musik saronen dimainkan oleh Muhammad Farobidan Chaex, menambah suasana pentas makin dinamis.

Anwari menyuguhkan  kehidupan sehari-hari pekerja penambang batu putih di Bangkalan. Kehidupan yang keras, penuh persaingan dan premanisme yang berkelindan didalamnya. Namun demikian, mereka bersuka cita menjalaninya.

Anwari menampilkan keikhlasan mereka dalam menjalani kehidupan sebagai penambang batu putih dalam adegan istirahat makan.

Satu aktor perempuan memasak dan membunyikan wajan. Tanda istirakat makan dimulai. Aktor perempuan memasukkan potongan batu putih ke mulut para aktor.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun