Mohon tunggu...
Kumala Dewi
Kumala Dewi Mohon Tunggu... -

Cinta dengan dunia baca dan tulis menulis

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cinta Merpati Putih

2 Januari 2013   05:54 Diperbarui: 24 Juni 2015   18:38 201
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Awalnya aku melihatnya bertengker di salah satu kandang putih, kagum melihat rupanya yang putih bersih, berdirinya yang tegap, kaki dan lehernya yang panjang, tonjolan hidung yang tebal dan besar. Ingin kuhampiri ia, bertegur sapa sesama spesis, bercengkrama dan mengetahui seluk beluknya, tapi aku punya misi khusus mengantar sepucuk surat kepada seseorang, jika ku tunda mengirimnya, ini membuatku terancam. Tapi jika melanjutkannya, mungkin esok ku tak melihatnya lagi, mungkin. Seketika sedih mencolek hatiku, kuurungkan niatku menghampirinya. Seperti biasa keesokan harinya aku ditugasi mengirim surat, dengan melalui rute yang sama, ku intip rumah itu, tapi sangkar putih yang terlihat, isinya entah kemana. Tertunduk ku menahan colekan pedih. Batinku berkata, mungkin ia tidak ditakdirkan untukku.


Hari demi hari terlewati dengan sesak di dada, berharap suatu hari si merpati cantik itu terlihat dan kami bisa bercengkrama. Ku tetap dengan  aktivitas suratku, yang merupakan kewajibanku. Pagi itu kulewati sekali lagi rumah itu lalu suka cita menghampiriku,  si cantik yang dulu kukagumi sekarang bertengker di dalam sangkar putihnya. Ku lihat ia semakin putih dengan bulu-bulu lebat. Colekan di hatiku berubah bahagia. Tapi aku belum bisa menghampirinya karena aktivitasku yang belum usai.


Semangat hidupku berada pada level maksimal, antaran suratku berjalan sangat lancar setiap harinya. Majikanku memuji level kecepatanku yang di atas rata-rata, walau memang merpati terkenal dengan kecepatan terbangnya.


Di pagi selanjutnya, majikanku memasukkanku ke sebuah sangkar berwarna putih, dikuncinya lalu di masukkanku ke dalam roda empat. Kekhawatiran memuncak takut kalau-kalau aku di kirim ke suatu tempat, yang akhirnya ku tak dapat melihat merpati cantik itu lagi. Tapi apa daya, ku hanya seekor merpati yang tak mampu melawan kekuatan fisik itu. Dari dalam roda empat itu, ku tatap kaca bening, ku mengenal rute jalan ini, rute antaran suratku melewati rumahnya, campuran perasaan tak karuan. Mobl berhenti di salah satu rumah, di angkatnya aku lalu melewati lorong-lorong, terlihat sebuah ruangan yang besar dengan ornamen klasik yang banyak, dibawanya ku tempat itu, dan diletakkannyaku di atas meja berukuran besar.


Sekian menit berlalu, sebuah langkah terdengar, terlihat sesorang berjalan sambil membawa sangkar berwarna putih, di dalam sangkar itu terlihat burung yang sangat ku kenali, dialah merpati yang selama ini kuperhatikan. Orang itu lalu meletakkan sangkarnya di hadapanku, sangkarnya dan sangkarku kini berhadapan. Perasaan was-was ku berubah menjadi bahagia tak karuan.


Untuk pertama kalinya kulihat ia menatapku dan berbicara, ia jelaskanlah rangkaian peristiwa-peristiwa terskenario ini. Ia juga memperhatikanku di saat pertama kali ia melihaku pada hari yang sama, lalu dicari tahulah seluk beluk si merpati pos ini. Kebahagiaan menyelimutiku, tak diayal takdir mempertemukanku.  Kulihat ia berdiri kokoh sambil menatapku lekat-lekat, kutahulah ia berharap menjadi bagain dariku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun