Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Punya Gedung Perpustakaan Tertinggi di Dunia, Bagaimana Budaya Baca Masyarakatnya?

17 Mei 2020   21:05 Diperbarui: 18 Mei 2020   15:33 1556
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perpustakaan Nasional RI di Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat.(Kompas.com/Silvita Agmasari)

Tanggal 17 Mei diperingati sebagai hari buku nasional. Kalau ditambah lagi dengan hari buku international maka dalam satu tahun kita merayakan hari buku sebanyak 2 kali. Luar biasa!

Fenomena ini menunjukkan pentingnya buku bagi manusia. Sebagaimana ungkapan klasik "Buku adalah jendela dunia", buku menyimpan banyak pengetahuan. 

Dari bukulah kita memperoleh banyak informasi. Saya punya kutipan favorit dari bahasa Arab terkait buku, "Sebaiknya-baiknya teman duduk yang paling setia adalah buku." Ungkapan ini menunjukkan bahwa buku selain menyimpan banyak ilmu juga menjadi teman yang setia di kala kita sendirian.

Kalau kita membaca riwayat para tokoh besar di Indonesia bahkan dunia, kita menemukan bahwa mereka adalah kutu buku. Pencinta buku kelas berat. Pembaca yang setia. Kapan dan dimana pun selalu ditemani buku. Salah satu tokoh penggila buku adalah Moh. Hatta. Kita tahu, Bung Hatta adalah seorang proklamator kemerdekaan Indonesia. 

Perjuangannya dalam mengusir bangsa colonial dari bumi Indonesia dipengaruhi oleh buku-buku yang beliau baca. Aktivitas politiknya yang dianggap membahayakan pemerintah kolonial membuat beliau menjadi incaran. Namun ia tidak gentar. Bahkan ketika ditangkap dan dibuang ke Boven Digoel, Bung Hatta berujar, "Aku rela dipenjara asal bersama buku, karena dengan buku aku bebas."

Penetapan hari buku nasional adalah bentuk penghormatan bangsa kita terhadap buku dan pengakuan akan pentingnya buku bagi peradaban manusia. Adanya momen tersebut diharapkan dapat menjadi pemacu agar minat baca masyarakat Indonesia meningkat. Peringatan hari buku nasional dimulai sejak 2002. 

Artinya ini adalah perayaan hari buku ke-18. Ditetapkan tanggal 17 Mei sebagai hari buku nasional bertepatan dengan momentum berdirinya perpustakaan nasional, tanggal 17 Mei 1980.

Dasar penetapan ini bukan tanpa alasan. Buku dan perpustakaan adalah dua entitas yang tidak dapat dipisahkan. Perpustakaan dikenal sebagai pusat informasi dan sumber ilmu pengetahuan karena di sana buku-buku disimpan. 

Tanpa ada buku, perpustakaan hanyalah bangunan kosong tanpa isi. Sebaliknya dengan adanya perpustakaan buku-buku memiliki tempat yang laik untuk dijangkau pembaca. Melalui perpustakaan buku mendapat ruang menemui pembaca.

Indonesia memiliki gedung perpustakaan nasional megah. Gedung ini dibangun dengan menggunakan anggaran multi years (2013-2016) dan menelan sekitar Rp 465,207 miliar. 

Fasilitas yang tersedia dalam gedung perpustakaan nasional antara lain ruang layanan keanggotaan perpustakaan nasional, ruang teater, ruang zona promosi budaya baca, data center, layanan anak, lansia dan disabilitas, layanan koleksi buku langka hingga layanan multimedia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun