Mohon tunggu...
Gerardus Kuma
Gerardus Kuma Mohon Tunggu... Guru - Non Scholae Sed Vitae Discimus

Gerardus Kuma. Pernah belajar di STKIP St. Paulus Ruteng-Flores. Suka membaca dan menulis. Tertarik dengan pendidikan dan politik. Dan menulis tentang kedua bidang.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

NTT (Bisa) Melawan Corona

16 April 2020   10:56 Diperbarui: 19 April 2020   12:58 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sejak kasus Covid-19 pertama di Indonesia terkonfirmasi tanggal 02 Maret 2020, belum ada tanda yang menunjukkan grafik kasus Covid-19 menurun. Baik yang terinfeksi maupun meninggal selalu bertambah. Namun pasien yang sembuh juga semakin banyak. Data Kemenkes RI tertanggal 14 April 2020 adalah  4.839 kasus positif, 426 kasus sembuh, dan 459 kasus meninggal.

Jumlah kasus covid-19 terus meningkat setiap hari dan penyebaran semakian meluas ke berbagai wilayah. Kasus pertama yang ditemukan di Bogor saat ini telah menyebar ke seluruh Nusantara. Semua propinsi nyaris terpapar covid-19. Berdasarkan data Kemenkes RI, hingga 08 April 2020, sudah 32  dari 34  propinsi di yang terserang covid-19. Dua propinsi yang masih kategori zona hijau Covid-19 adalah Nusa Tenggara Timur dan Gorontalo. Namun pertahanan dua propinsi ini dari serangan Covid-19 akhirnya "roboh." Tanggal 09 April NTT mengumumkan satu kasus positif diikuti Gorontalo sehari kemudian. Dengan demikian virus SARS CoV-2 telah menginfeksi di seluruh wilayah Nusantara.

Sejak awal muncul di Wuhan, kita berharap virus ini tidak masuk ke Indonesia dan sampai ke daerah kita. Melihat korban keganasan covid-19 di negara lain, kita tidak ingin, entah diri sendiri, keluarga, sahabat terinfeksi virus mematikan ini. Harapan demikian tidak berlebihan karena hingga kini belum ditemukan vaksin penangkal virus yang menyerang saluran pernapasan ini.

Virus corona tidak berpindah sendiri. Karena itu penyebarannya melalui media. Bisa lewat interaksi langsung dengan orang sudah terinfeksi atau sentuhan pada benda yang sudah terkena virus. Karena itu ketika arus transportasi masih terus berjalan dan pintu keluar masuk wilayah kita masih dibuka, tidak ada jaminan kita akan berada di zona hijau selamanya. Cepat atau lambat virus corona pasti masuk ke daerah kita. Kehadirannya hanya soal waktu, kalau tidak kemarin mungkin hari ini, atau besok, atau minggu depan, atau mungkin bulan depan.

Saat itu akhirnya datang juga. Bagai tamu tidak diundang virus corona telah hadir di tengah kita. Suhu panas di NTT tidak menjadi garansi daerah ini bisa aman dari serangan covid-19. Sejauh kita tidak membatasi aktivitas perjalanan dari dan ke daerah zona merah covid-19, nusa Flobamora akan terdampak. Itu nyata dan pasti.

Ketika kasus positif covid-19 pertama di NTT diumumkan, muncul beragam reaksi dari masyarakat NTT. Di jagat maya, beredar informasi yang simpang siur dan muncul beragam tanggapan. Berbagai spekulasi tentang keberadaan orang yang positif bermunculan. Antara percaya atau tidak percaya; menerima atau menolak. Masyarakat bersikap reaktif karena pemprop NTT terkesan menutup informasi dan lambat memberikan klarifikasi terkait kasus positif pertama tersebut. Di tengah situasi waspada sekarang, transparan informasi penting bagi masyarakat.

Sekarang saatnya warga Flobamora mengangkat "senjata" melawan corona. Dalam perang ini kita menghadapi musuh yang tidak kelihatan dalam bentuk virus. Sebagai prajurit kita adalah benteng yang mencegah meluasnya penyebaran covid-19. Upaya pencegahan virus ini harus dimulai dari diri sendiri. Dalam perang melawan corona, kitalah yang harus menjadi garda terdepan. Para dokter, tenaga medis, petugas kesehatan, atau para relawan berada di garda belakang. Mereka adalah benteng terakhir harapan kita.

Upaya pencegahan adalah cara terbaik mengingat daerah kita tidak memiliki fasilitas kesehatan yang memadai. Jumlah dokter dan tenaga medis juga tidak banyak. Saat ini (mungkin) baru ada satu kasus positif. Namun bila tidak ada tindakan preventif sejak awal, virus ini akan terus menyebar dan kasus lain akan bermunculan. Apabila terjadi lonjakan kasus dalam skala besar, dengan kesiapan fasilitas kesehatan yang minim kita akan kewalahan menangani pasien covid-19.

Beberapa hal berikut perlu dilakukan sebagai upaya preventif. Pertama, kebijakan social distancing harus diterjemahkan secara baik dalam praktek. Himbauan pemerintah untuk menjaga jarak, selalu menggunakan masker, mencuci tangan secara teratur, menghindari kerumunan, melakukan aktivitas dari rumah harus dijalankan dengan baik.

Sejauh ini kesadaran masyarakat melakukan social distancing masih rendah. Aktivitas di tempat-tempat umum seperti pasar, terminal, pelabuhan terus berjalan tanpa memedulikan jarak satu sama lain. Masih ada orang yang belum mengenakan masker saat berada di tempat umum. Karena itu sosialisasi dan ajakan menerapkan social distancing harus lebih digencarkan lagi.

Kedua, pemeritah perlu menyediakan tempat karantina karantina khusus baik bagi PDP maupun ODP. Ini penting mengingat masyarakat Flobamora banyak di daerah perantauan. Dan orang yang memiliki riwayat perjalanan dari wilayah zona merah covid-19 wajib dikarantina sesuai protocol kesehatan sebelum benar-benar dinyatakan bebas covid-19 untuk bergabung dengan masyarakat agar virus ini tidak menyebar ke kampung halaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun