Isu budaya patriarki turut menjadi sorotan. Salah satu kader mengungkapkan bahwa masih ada praktik diskriminatif dalam internal HMI, seperti kecenderungan menugaskan kader perempuan untuk melakukan pekerjaan domestik seperti membuat kopi.
“Kami ingin Kohati menjadi wadah yang mampu membentuk kader perempuan percaya diri, kritis, dan inovatif. Menjadi muslimah yang tak hanya taat, tapi juga cerdas dan berani bersuara,” ungkap salah satu peserta.
Diskusi ini menjadi langkah penting dalam memperkuat semangat kaderisasi perempuan di tubuh HMI. Dengan mengedepankan nilai-nilai Islam, intelektualitas, dan kesadaran gender, Kohati diharapkan mampu menjadi garda depan dalam menghadapi tantangan keperempuanan masa kini.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI