Mohon tunggu...
Kukuh P. Putra
Kukuh P. Putra Mohon Tunggu... Dosen - Dosen

Kukuh P. Putra

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Mencegah Diabetes di Tengah Pandemi

20 Juni 2021   12:50 Diperbarui: 20 Juni 2021   12:58 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi Pribadi

Jauh hari sebelum pandemi Covid-19 masuk ke Indonesia, penyakit metabolik sudah lebih dulu menjadi mimpi buruk di masyarakat. Diabetes salah satunya. Meskipun sebenarnya diabetes dapat dicegah, namun tampaknya gaya hidup masyarakat masih cenderung mengizinkan diabetes terjadi.

Jauh hari sebelum Covid-19, prevalensi diabetes sudah tinggi dan sudah banyak menyebabkan kematian. Gaya hidup masyarakat perlu diperbaiki untuk menurunkan angka kejadian diabetes. Celakanya, saat gaya hidup masyarakat belum selesai diperbaiki, Covid-19 sudah terlanjur masuk ke Indonesia, yang mana menyebabkan munculnya berbagai kebijakan yang dapat mengurangi intensitas aktivitas fisik masyarakat. Padahal, untuk mencegah diabetes diperlukan intensitas aktivitas fisik yang tidak rendah.

Kebijakan lockdown dan physical distancing yang berlaku, cukup menyulitkan masyarakat untuk meningkatkan aktivitas fisiknya. Namun apa boleh buat, kebijakan tersebut perlu terjadi. Masyarakat, khususnya para penggiat olahraga selalu memiliki cara kreatif untuk melakukan olahraga di rumah. Banyak akademisi yang mengedukasi masyarakat tentang bagaimana olahraga di rumah, dan tidak sedikit pula personal trainer yang membuka layanan home training melalui media internet. Tampak bahwa masyarakat sudah beradaptasi dengan keadaan dan masalah aktivitas fisik dapat diatasi dengan baik.

Masalah yang masih cukup sulit diatasi adalah terkait pola konsumsi masyarakat terhadap karbohidrat dan gula. Tak dapat dipungkiri bahwa kita semua pasti menganggap bahwa rasa itu penting ketika kita makan atau minum. Selain rasa, ukuran porsi makanan atau minuman juga penting, terutama makanan atau minuman yang dibeli, bukan dibuat sendiri. Ketika membeli makanan atau minuman pasti kita akan berpikir apakah enak atau tidak, dapat banyak atau tidak.

Rasa enak dalam makanan atau minuman sering kali melibatkan jumlah gula yang banyak, apalagi jika disajikan dalam porsi yang besar. Biasanya jika enak dan banyak (dan mahal) sayang jika tidak dihabiskan. Inilah masalah sebenarnya. Lalu bagaimana solusinya? Berikut adalah tips dan trik yang diharapkan dapat menjadi win-win solution untuk konsumen maupun penjual.

Pesan menu rendah karbohidrat dan rendah gula

Bahan yang berpotensi menyebabkan diabetes adalah gula dan karbohidrat. Konsumen harus memahami karbohidrat dan gula bersumber dari mana saja. Nasi, ketela, kentang, olahan tepung seperti mie, dan sebagainya. Pesanlah menu yang tidak banyak melibatkan karbohidrat dan lebih memilih menu yang mengandung banyak sayur atau daging.

Setidaknya tubuh Anda memerlukan waktu lebih lama untuk mencerna sayur dan daging daripada mencerna nasi dan sumber karbohidrat serupa. Pesanlah dengan permintaan khusus seperti nasinya setengah porsi. Jika minuman, mintalah gulanya dikurangi menjadi setengah atau seperempat dari takaran normalnya. Jika Anda bisa menikmati sajian tanpa gula, jauh lebih baik.

Penjual pun perlu memahami bahwa tidak semua masyarakat suka gula, dan tidak semua orang porsi makannya besar. Akan lebih nyaman bagi pembeli dan tentunya dapat memperluas target pasar, jika penjual menyediakan menu less sugar atau less carbo. Tidak masalah meskipun harganya sama, namun adanya menu less sugar dan less carbo akan sangat mengundang perhatian masyarakat.

Pesan porsi kecil atau bagi porsinya

Jika di sebuah resto atau kafe Anda tidak dapat mengurangi jumlah karbohidrat atau gulanya (misal minuman kekinian yang takarannya sudah jadi dan tidak bisa diubah-ubah), Anda bisa memesan porsi kecil jika tersedia. Jika tidak tersedia porsi kecil, Anda bisa membagi porsinya menjadi dua terutama jika Anda datang berdua. Atau jika datang sendiri, Anda bisa mengonsumsi setengahnya, dan membawa pulang setengahnya untuk dikonsumsi nanti di rumah. Ini bukanlah hal yang memalukan atau tidak etis. Tidak ada yang mempermasalahkan hal ini jika tahu alasannya, terlalu banyak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun