Mohon tunggu...
Kukuh Fany Fatkhuloh
Kukuh Fany Fatkhuloh Mohon Tunggu... profesional -

:::Terlahir untuk menjadi luar biasa:::

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional

20 Januari 2015   01:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   12:48 329
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pendidikan merupakan sebuah keharusan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pendidikan menjadi sebuah parameter kemajuan suatu bangsa dalam mensejahterakan rakyatnya. Dalam undang-undang dasar 1945 pun disebutkan bahwa setiap warga Negara berhak untuk mendapatkan suatu pendidikan dan pemerintah wajib membiayainya. Ini menjadi sebuah kebutuhan fundamental betapa pentingnya sebuah pendidikan.

Sebelum kemerdekaan, bangsa Indonesia dijajah oleh Belanda selama tiga setengah abad. Dalam waktu yang panjang ini rakyat Indonesia mengalami berbagai hal yang sangat menyakitkan seperti Keterpurukan, kelaparan dan kesengsaraan menjadi makanan sehari-hari mereka. Hal ini telah membuat para pribumi ningrat yang mengenyam pendidikan merasa tergerak hati untuk menyelamatkan rakyat Indonesia dari penjajahan tersebut. Dalam konteks kesejahteraan rakyat, pendidikan menjadi sebuah instrumen dan solusi dari ketertindasan, kebodohan dan kemiskinan yang ada dinegeri ini.

Raden Mas Suwardi Suryaningrat atau yang biasa disapa Ki hajar Dewantara merupakan tokoh yang berperan dalam proses kemerdekaan. Dia adalah seorang aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, politisi dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan belanda. Dia adalah pendiri perguruan taman siswa. Suatu lembaga pendidikan Indonesia yang memberikan kesempatan bagi pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti para priyayi maupun orang-orang belanda.

Ki Hajar dewantara lahir di Yogyakarta pada 2 mei 1889 pada masa hindia belanda dan meninggal di Yogyakarta pada umur 69 tahun tepatnya pada 26 april 1959. Beliau terlahir dalam keluarga kraton Yogyakarta sebagai golongan ningrat. Pendidikan yang beliau tempuh adalah ELS (sekolah dasar belanda) kemudian di STOVIA (sekolah dokter bumiputera) namun beliau tidak sampai selesai menempuh pendidikan ini karena menderita sakit.

Tidak tamat di STOVIA tidak membuatnya vakum, beliaupun mulai menulis di beberapa surat kabar sebagai wartawan muda. Selain itu beliau juga aktif dalam kegiatan social dan politik. Sebagai seorang wartawan tulisan-tulisan beliau dikenal sangat patriotic dan mampu membangkitkan semangat antikolonial bagi para pembacanya. Tulisan ki hajar dewantara yang fenomenal adalah Andai Aku Seorang Belanda, dimuat dalam surat kabar de Expres milik Dr. Douwes Dekker tahun 1913. Artikel ini ditulis sebagai protes atas rencana pemerintah Belanda untuk meminta sumbangan dari hindia belanda (Indonesia) untuk perayaan kemerdekaan belanda dari Perancis.

Tulisan beliau yang terkesan provokatif dan menyindir pemerintahan belanda membuat beliau diasingkan di Pulau Bangka tanpa peradilan terlebih dahulu, kemudian untuk kedua kalinya beliau diasingkan ke Belanda atas permintaan dua rekannya yang mengalami nasib serupa, yaitu Dr. Douwes dekker dan Dr. Cipto mangunkusumo. Selama pengasingan hal ini tidak disia-siakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk mendalami bidang pendidikan dan pengajaran. Dari sinilah pergumulan beliau dalam konteks pendidikan dimulai sebagai upaya kemerdekaan dan kesejahteraan rakyat Indonesia.

Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1918, Ki Hajar Dewantara mulai konsen dalam dunia Pendidikan sebagai salah satu bentuk perjuangan meraih kemerdekaan. Bersama-sama rekan seperjuangannya, Ki Hajar mendirikan National Onderwijs instituut Tamansiswa atau lebih dikenal dengan Perguruan Nasional Tamansiswa pada 3 juli 1922.

Taman Siswa merupakan perguruan yang bercorak nasional yang menekankan rasa kebangsaan dan cinta tanah air serta semangat berjuang untuk memperoleh kemerdekaan. Ketika sudah mencurahkan perhatiannya pada pendidikan, tulisan-tulisan beliau lebih berorientasi pada pendidikan dan kebudayaan. Tulisan-tulisan ki Hajar dewantara berisi konsep-konsep pendidikan dan kebudayaan yang berwawasan kebangsaan dan melalui konsep itulah beliau meletakan dasar-dasar pendidikan nasional bagi bangsa Indonesia.

Pasca Kemerdekaan, Ki Hajar dewantara diangkat oleh Presiden Soekarno sebagai menteri Pendidikan Nasional republik Indonesia yang pertama. Beliau pun dikukuhkan sebagai pahlawan nasional yang kedua oleh presiden Soekarno pada 28 November 1959 melalui surat keputusan presiden republic Indonesia No. 305 tahun 1959. Tanggal kelahirannya diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Bagian dari semboyan ciptaanya adalah Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya mangun Karso, Tut Wuri Handayani (didepan menjadi teladan, ditengah membangkitkan semangat, dari belakang mendukung). Perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam proses mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan sebuah tonggak awal untuk kemajuan bangsa dalam mensejahterakan rakyat Indonesia. Bangsa kita sudah merdeka dari fisik tetapi tidak dari segi politik, ekonomi, social dan budaya. Lalu, siapa yang akan meneruskan perjuangan beliau hari ini dan esok yang akan datang kalau bukan kita?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun