Mohon tunggu...
Muhammad Fachri Darmawan
Muhammad Fachri Darmawan Mohon Tunggu... Freelancer - Alma Matters.

Mahasiswa

Selanjutnya

Tutup

Money

Bonus Demografi, 2020!

15 November 2017   09:04 Diperbarui: 15 November 2017   09:10 2463
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Bonus demografi merupakan suatu fenomena di mana jumlah usia produktif jauh lebih besar dan proporsi usia muda jauh lebih banyak ketimbang lanjut usia. Menurut BKKBN, Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada tahun 2020 sampai dengan 2028. Dengan rincian, Indonesia akan memiliki sekitar 180 juta orang berusia produktif, sedang usia tidak produktif sekitar 60 juta jiwa, atau 10 orang usia produktif hanya menanggung 3-4 orang usia tidak produktif, sehingga akan terjadi peningkatan tabungan masyarakat dan tabungan nasional. Itu artinya 3 tahun dari sekarang, kita, sebagai anak muda dan negeri tercinta kita, akan merasakan dampak yang luar biasa dari bonus demografi tersebut.

Bonus demografi, seperti pisau bermata dua. Ada keberkahan di sana dan ada kehancuran di sana. Mengapa bisa begitu? Keberkahan akan didapatkan ketika, setiap elemen bangsa, pemerintah dan anak muda, siap sedia untuk mengarungi bahtera bonus demografi tersebut. Pemerintah harus terus mempercepat pembangunan instrumen-instrumen pendidikan (infrastruktur, kurikulum, dan SDM) dan juga kesehatan (rumah sakit dan jaminan kesehatan bagi setiap warga negara) dan juga di bidang teknologi. Karena fokus utama dalam bonus demografi adalah anak muda, pemerintah harus memberikan concern penuh terhadap kebijakan pembangunan anak muda. Dan anak muda, harus siap sedia dengan kedinamisan pemikirannya terhadap perubahan zaman dan selalu bisa bermetamorfosa dengan ilmu yang dimilikinya untuk menjadi insan yang dapat berguna bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi nasional. 

Bonus demografi pun bisa menjadi aspek kehancuran, ketika pemerintah dan anak muda tidak siap menghadapinya. Ketika pemerintah gagal dalam membangun instrumen-instrumen pendidikan dan kesehatan dan juga teknologi, ketika pemerintah hanya fokus untuk melakukan politik pencitraan, dan ketika pemerintah hanya fokus untuk mempertahankan kekuasaannya, itu akan menjadi aspek fundamental dalam menjemput kehancuran. Dan juga, ketika anak muda sekarang, cenderung malas untuk melakukan reinkarnasi paradigma dan malas untuk bekerja secara serius bagi perkembangan dan pertumbuhan ekonomi nasional, dan juga hanya senang untuk menjadi tim  "hore"  bagi pejabat yang ingin naik tahta, itu akan menciptakan pengangguran yang luar biasa. Pengangguran yang diisi oleh angkatan produktif akan menjadi suatu gejolak konstelasi ekonomi dan politik yang baru bagi negeri kita tercinta, dan bisa jadi, itu menjadi variabel yang dapat memecah belah bangsa tercinta kita. 

Bulan Agusutus 2017, BPS mengeluarkan data statistik mengenai angka pengangguran. Menurut BPS, angka pengangguran naik 10.000 orang, dari 7.03 Juta pada Agustus 2016 menjadi 7. 04 pada Agustus 2017. Ini menjadi suatu alarm bagi pemerintah dan anak muda. Bagi pemerintah adalah alarm untuk menggenjot pembukaan lahan pekerjaan baru bagi angkatan muda yang baru lulus dari SMA/ SMK dan perguruan tinggi di wilayah di Luar Pulau Jawa, agar pembangunan infrastruktur bisa merata dan tidak Jawasentris. Dan bagi anak muda, ini menjadi alarm, untuk melakukan reinkarnasi paradigma dan menginstall ulang semangat juangnya dalam bersaing dalam dunia pekerjaan untuk berkontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.

Bonus demografi beberapa tahun ke depan, sudah sepatutnya bukan menjadi ajang kehancuran bagi negeri tercinta kita, tetapi bonus demografi adalah ajang bagi negeri tercinta kita untuk berperan aktif dalam politik ekonomi global dan ajang bagi negeri tercinta kita untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat secara luas, dan untuk bisa memajukan negeri tercinta kita dengan berbagai sumber daya alam dan penguasaan di bidang teknologi melalui pergerakan anak muda. Untuk itu, perlu adanya sinergitas antara pemerintah dan anak muda, untuk membawa negeri ini menjadi negeri yang adil dan makmur sesuai dengan nilai dan tujuan dari Pancasila dan UUD NRI 1945.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun