Mohon tunggu...
Kiki Sosali
Kiki Sosali Mohon Tunggu... Freelancer - Humanity Enthusiast

Literary, Movies and News Enthusiast. Hidupnya berputar dalam 3 figur-Dostoyevsky, Martin Scorsese, dan Albert Camus. Menganggap komedian adalah politisi terbaik, dan politisi adalah penutur lawak paling ajaib

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Pria Semua Bangsa, Pria di Akhir Cerita

13 April 2019   22:20 Diperbarui: 13 April 2019   22:42 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ivan, Alyosha, Dimitri. Tiga bersaudara Karamazov yang punya sifat bak timur dan barat dari 'The Brother's Karamazov'-nya Dostoyevsky

Bagaimana cara membentuk pria yang baik? Apakah itu dimulai dari masa kecilnya, bagaimana dia dibesarkan dalam keluarga? Mereka berkata jika "Keluarga yang bahagia semua sama, keluarga yang tidak bahagia punya cara sendiri yang membuat mereka tidak bahagia". Tapi yang dialami Alyosha, Ivan, dan Dimitri membuktikan jika kau bisa punya ayah yang sama, ayah dungu bernama Karamazov yang amoral dan suka menipu orang lain namun disisi lain mengakui dirinya bukan orang baik (dengan gaya eksistenialisnya), kau bertiga bisa tinggal di atap yang sama, dan di sisi lain sama bertolak belakangnya seperti utara dan selatan. Yang kuingin jelaskan ialah, darimana kau dilahirkan terkadang bukanlah penentu, kau bisa merubah dirimu melalui pilihanpilihan yang kauambil dalam hidup.

Berikutnya, kategori seseorang bisa dianggap sebagai 'pria baik' juga tak bisa dilihat dari yang kau lakukan di tengah-tengah hidupmu. Lihatlah kasus yang dialami Winston Smith. Dia berulangkali menyembunyikan informasi penting kepada atasannya, dia mengkhianati kekasihnya, Julia saat sedang diinterogasi (melalui penyiksaan dengan tikus---makhluk yang paling dibencinya---tentu saja). 

Tapi di akhir, kita masih melihatnya sebagai sang pahlawan dalam cerita, seseorang yang memberontak melawan kediktatoran yang dialaminya setiap hari. Dalam hati kita, yang Winston lakukan menyimbolkan keinginan tersembunyi kita untuk pada akhirnya melawan "society" yang sudah sejak lama memperlakukan kita, masyarakat biasa, dengan kejam dalam sebuah lingkaran kapitalis melawan sosialis layaknya yang diperkenalkan Marx.

Apakah seorang pria yang fisiknya kuat cikal bakal manusia yang baik? Tentu tidak. Masa dalam tubuhmu tidak membuatmu berhati mulia. Taylor Durden punya tubuh paling baik yang kau mungkin pernah lihat, tapi tetap saja, dia pemimpin sebuah kelompok berbahaya dan ancaman bagi kestabilan masyarakat. Atau mungkinkah, entah bagaimana, karena kau adalah seorang pemberontak? Bahwa dengan memberontak kau menjadi pria yang baik? Dengarkan racauan Holden Caufield dan tentukan sendiri.

Secara pribadi, pahlawan saya adalah seorang pria eksistensialis yang mempertanyakan makna kehidupan itu sendiri. Seseorang seperti Meursault dan Travis Bickle. Atau bahkan seperti Estragon dan Vladimir dalam mahakarya Beckett ("Bagaimana jika kita sama-sama gantung diri?" "Itu akan bikin kita ereksi" masih jadi kalimat eksistensial paling bagus yang pernah kubaca). 

Tapi tetap saja, pada umumnya pahlawan  macam itu menolak banyak hal yang menjadi dasar sebuah masyarakat, dan lagipula, menurutku kejahatan yang mereka lakukan tak bisa dimaklumi (umumnya pada "pahlawan eksistensialis" itu membunuh banyak orang, meskipun terkadang bukan salah mereka).

Bagaimana caramu menentukan baik buruknya seorang pria adalah dengan melihat akhir hidupnya, bagaimana pendapat orang lain tentangnya di detik-detik sebelum kematiannya. Ebenezer Scrooge, kita melihat bagaimana dia berubah jadi pria yang baik setelah ditunjukkan hidup penuh kesendirian yang dialaminya dulu, sekarang dan di masa depan jika dia tak berubah. Mungkin alasannya tak benar-benar bagus, alasan untuk berubah jadi orang baik. Tapi tetap saja, di akhir hidupnya dia membantu orang lain dan tak lagi mementingkan diri sendiri. Dan menurutku, itulah poin terpenting.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun