Mohon tunggu...
ACJP Cahayahati
ACJP Cahayahati Mohon Tunggu... Life traveler

tukang nonton film, betah nulis dan baca, suka sejarah, senang jalan-jalan, hobi jepret, cinta lingkungan, pegiat konservasi energi dan sayang keluarga

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

9,5 Jam Transit di Istanbul

16 Juni 2015   17:03 Diperbarui: 17 Juni 2015   05:58 3405
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bila memungkinkan transit selama 9,5 jam di Istanbul, kira-kira apa yang akan Anda lakukan ?? Tidak tinggal saja di Bandaranya kan, tapi jalan-jalan ke kotanya ... setuju. Kami pun memutuskan untuk mengambil visa kedatangan Turki seharga 25 US Dollar per orang dalam transit kami dari Indonesia kembali ke Jerman. Visa Turki ini relatif nyaman dan cepat didapat karena bisa dilakukan secara online.

Dari waktu transit yang 9,5 jam ini tentu saja perlu dikurangi 3 jam, untuk waktu perjalanan bandara Atatürk - Sultan Ahmet bolak-balik dan antri pemeriksaan paspor. Nah ... jadi bersih kami memiliki waktu hanya 6,5 jam di kota yang terjepit di antara benua Asia dan Eropa ini, Istanbul, atau dulu terkenal dengan nama Konstantinopel ini.

Kami harus berstrategi untuk mengoptimalkan 6,5 jam ini, artinya tentu saja optimal dari waktu dan optimal dari biaya. Dua hal penting yang harus kami putuskan terutama, yang berhubungan dengan

1. Transportasi:

Kami sudah sepakat untuk mengambil Metro, kereta bawah tanah, M1 lalu ganti di Zeytinburnu dan mengambil Trem, kereta, T1 arah Kabatas, menuju tempat yang kami ingin lihat di Istanbul. Transportasi massal Istanbul senyaman di Jerman dan lagi bila dibandingkan taksi, biayanya jauh lebih murah. Karena kami tidak naik taksi kami tidak tahu persisnya berapa biaya taksi dari bandara ke Sultan Ahmet, tapi dari informasi internet kurang lebih 60 Lira, sedangkan naik M1 dan T1 hanya menghabiskan biaya 2,15 Lira + 1,45 Lira per orang. Jauh lebih murah kan ... apalagi Metro dan Trem ini dari waktu lebih pasti karena tidak terhalang kemungkinan macet. Kami membeli kartu Istanbul kemudian diisi tambah. Waktu yang kami butuhkan naik angkutan massal dari bandara Atatürk ke Sultanahmet kurang lebih 1 jam.

Ketika kami mendarat di Bandara Atatürk hari Minggu dan masih sangat pagi, sekitar jam 5 pagi. Metro pertama baru mulai jalan jam 6 pagi. Jadi kami punya waktu tanya-tanya di bagian Service Turkish Airlines, karena bagi pemegang Transit ticket Turkish Airlines ada kemungkinan gratis menggunakan bus tour dari maskapai ini berjalan-jalan di kota Istanbul. Sayangnya, dari jam 9 pagi sampai jam 15.00 saja, yah ... gak pas dengan waktu transit kami.

Tapi ternyata tidak perlu khawatir dengan keruwetan transportasi, transportasi massal Istanbul cukup mudah dipelajari dan selalu ada petugas di stasion. Walaupun pegawai stastion di Istanbul ini banyak yang tidak fasih berbahasa Inggris tapi mereka mau membantu dan cukup ramah.

2. Situs apa saja yang ingin kami lihat dalam waktu pendek ini:

Kami memutuskan untuk berkonsentrasi saja di Sultan Ahmet dan Jembatan Galata. Di daerah Sultan Ahmet, situs bersejarah banyak terkumpul. Mulai dari Hagia Sophia, Mesjid Biru, Top Kapi, Sumur air, Hippodrome dan tidak jauh dari situ ada juga Grand Bazaar atau pasar besar dalam bangunan. Grand Bazaar harus kami coret karena hari Minggu tutup. Jadi gunakan sepatu yang nyaman, karena Anda akan banyak jalan.

Jam 7 pagi kurang lebih ketika kami keluar dari Trem T1 di pemberhentian Sultan Ahmet. Udara pagi dan suasana kota yang masih menggeliat sangat terasa, karena di sana sini masih lengang dan sangat sepi orang. Ketika kaki kami memasuki pelataran Mesjid Biru pun suasana sangat sepi hanya satu dua turis terlihat di halamannya, namun mesjid masih tutup dan baru dibuka jam 8.30. Menikmati Mesjid Biru atau Mesjid Sultan Ahmet ini memang belum cukup karena keindahan di dalam mesjidnya sangat terkenal. Namun, apa mau dikata, kami harus berpuas diri dengan menikmati selasar dan kecantikan bangunan Mesjid Biru yang memang indah dan sudah berumur 400 tahun ini. Kejayaan pembuatnya terlihat di sana sini.

Dari Mesjid Biru atau Mesjid Sultan Ahmet ini kami menuju ke Hagia Sophia, yang tentu juga masih tutup. Kami berhenti sejenak dan menikmati keindahan kedua bangunan bersejarah ini. Hagia Sophia usianya lebih tua lagi, karena museum yang dalam perjalanan sejarahnya berawal merupakan gereja lalu kemudian menjadi mesjid lalu sekarang museum ini, diresmikan pertama kali tahun 537. Waw ... sudah hampir 1500 tahun usianya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun