Bila memungkinkan transit selama 9,5 jam di Istanbul, kira-kira apa yang akan Anda lakukan ?? Tidak tinggal saja di Bandaranya kan, tapi jalan-jalan ke kotanya ... setuju. Kami pun memutuskan untuk mengambil visa kedatangan Turki seharga 25 US Dollar per orang dalam transit kami dari Indonesia kembali ke Jerman. Visa Turki ini relatif nyaman dan cepat didapat karena bisa dilakukan secara online.
Dari waktu transit yang 9,5 jam ini tentu saja perlu dikurangi 3 jam, untuk waktu perjalanan bandara Atatürk - Sultan Ahmet bolak-balik dan antri pemeriksaan paspor. Nah ... jadi bersih kami memiliki waktu hanya 6,5 jam di kota yang terjepit di antara benua Asia dan Eropa ini, Istanbul, atau dulu terkenal dengan nama Konstantinopel ini.
Kami harus berstrategi untuk mengoptimalkan 6,5 jam ini, artinya tentu saja optimal dari waktu dan optimal dari biaya. Dua hal penting yang harus kami putuskan terutama, yang berhubungan dengan
1. Transportasi:
Kami sudah sepakat untuk mengambil Metro, kereta bawah tanah, M1 lalu ganti di Zeytinburnu dan mengambil Trem, kereta, T1 arah Kabatas, menuju tempat yang kami ingin lihat di Istanbul. Transportasi massal Istanbul senyaman di Jerman dan lagi bila dibandingkan taksi, biayanya jauh lebih murah. Karena kami tidak naik taksi kami tidak tahu persisnya berapa biaya taksi dari bandara ke Sultan Ahmet, tapi dari informasi internet kurang lebih 60 Lira, sedangkan naik M1 dan T1 hanya menghabiskan biaya 2,15 Lira + 1,45 Lira per orang. Jauh lebih murah kan ... apalagi Metro dan Trem ini dari waktu lebih pasti karena tidak terhalang kemungkinan macet. Kami membeli kartu Istanbul kemudian diisi tambah. Waktu yang kami butuhkan naik angkutan massal dari bandara Atatürk ke Sultanahmet kurang lebih 1 jam.
Ketika kami mendarat di Bandara Atatürk hari Minggu dan masih sangat pagi, sekitar jam 5 pagi. Metro pertama baru mulai jalan jam 6 pagi. Jadi kami punya waktu tanya-tanya di bagian Service Turkish Airlines, karena bagi pemegang Transit ticket Turkish Airlines ada kemungkinan gratis menggunakan bus tour dari maskapai ini berjalan-jalan di kota Istanbul. Sayangnya, dari jam 9 pagi sampai jam 15.00 saja, yah ... gak pas dengan waktu transit kami.
Tapi ternyata tidak perlu khawatir dengan keruwetan transportasi, transportasi massal Istanbul cukup mudah dipelajari dan selalu ada petugas di stasion. Walaupun pegawai stastion di Istanbul ini banyak yang tidak fasih berbahasa Inggris tapi mereka mau membantu dan cukup ramah.


Jam 7 pagi kurang lebih ketika kami keluar dari Trem T1 di pemberhentian Sultan Ahmet. Udara pagi dan suasana kota yang masih menggeliat sangat terasa, karena di sana sini masih lengang dan sangat sepi orang. Ketika kaki kami memasuki pelataran Mesjid Biru pun suasana sangat sepi hanya satu dua turis terlihat di halamannya, namun mesjid masih tutup dan baru dibuka jam 8.30. Menikmati Mesjid Biru atau Mesjid Sultan Ahmet ini memang belum cukup karena keindahan di dalam mesjidnya sangat terkenal. Namun, apa mau dikata, kami harus berpuas diri dengan menikmati selasar dan kecantikan bangunan Mesjid Biru yang memang indah dan sudah berumur 400 tahun ini. Kejayaan pembuatnya terlihat di sana sini.
